Ilmu Fiqih, Sebaik-baik Ilmu dan Aturan yang Mengantarkan Penuntut Ilmu Kepada Kebaikan dan Ketakwaan
TANAH RIBATH MEDIA - Pengasuh Kajian Mutiara Ummat, Ustazah L. Nur Salamah, S.Pd menjelaskan bahwa ilmu fiqih merupakan sebaik-baiknya ilmu dan aturan yang mengantarkan penuntut ilmu kepada kebaikan dan ketakwaan.
"Ilmu fiqih adalah sebaik-baik aturan yang mengantarkan penuntut ilmu kepada kebaikan dan ketakwaan. Ilmu fiqih juga mampu menjadi petunjuk sekaligus menjadi benteng yang mampu membentengi diri dari segala macam keburukan," tuturnya sebagai awal pembukaan Kajian Mutiara Ummat, Selasa (11/4/2023) di Batam.
Dengan ilmu fiqih, lanjutnya, seseorang tidak sembarangan. Ia akan berpikir sebelum bertindak. Setiap amal perbuatan yang dilakukan tolok ukurnya adalah halal atau haram.
Ia juga menambahkan bahwa dengan ilmu fiqih seseorang akan bersikap wara' dan menghindarkan diri dari hal-hal syubhat dan haram.
"Karena sesungguhnya orang yang faqih (ahli fiqih) adalah seseorang yang menjauhkan diri dari hal-hal syubhat dan haram. Maka, seseorang akan beramal sesuai dengan ilmu yang dimiliki," tandasnya.
Seseorang yang terbiasa melakukan perbuatan dosa, kata Ustazah Nur, maka hatinya akan keras dan sulit menerima kebenaran. Maka, seyogyanya ilmu fiqih dipelajari, agar dapat mengetahui hukum-hukum atas perbuatan yang dilakukan oleh seorang hamba. Jika tidak tahu, maka cari tahulah dengan cara belajar, jangan bangga akan kebodohan.
Bunda, sapaan akrabnya, juga menegaskan bahwa orang yang berilmu lebih ditakuti setan daripada seribu orang ahli ibadah. "Sesungguhnya orang yang faqih lebih ditakuti oleh setan dari pada seribu orang ahli ibadah tanpa berilmu. Maka dikatakan, tidurnya orang-orang berilmu lebih ditakutki setan dari pada ibadahnya orang bodoh," terangnya.
Contoh yang paling ringan, imbuhnya, adalah ketika hendak tidur. Orang yang berilmu akan membaca doa sebelum tidur, memaafkan orang-orang yang telah berbuat salah, dan melakukan rangkaian ibadah lainnya. Beda hal dengan orang bodoh, melakukan aktivitas dan rangkaian ibadah tanpa disertai dengan ilmu alias asal-asalan.
Bunda juga menyampaikan bahwa, sebagai penuntut ilmu dianjurkan untuk mempelajari ilmu sombong. Apa makna sombong yang sebenarnya, hal ini bertujuan agar kita tidak sembarangan mengatakan orang lain sombong serta menjauhkan kita dari sikap sombong.
"Dalam kacamata Islam, pengertian sombong adalah menolak kebenaran, suka merendahkan orang lain dan merasa diri paling saleh," bebernya.
Begitu pun dengan ilmu tawaduk, ujarnya kembali, maka untuk menjadi sesorang yang tawaduk perlu mempelajari ilmu tentang tawaduk yang bermakna rendah hati. Sikap tawaduk akan mendekatkan diri sesorang kepada sikap takwa, wara', yakin dan konaah.
Selain mempelajari ilmu tentang sombong dan tawaduk, lanjutnya ternyata dalam pandangan syariat ada juga ilmu yang mempelajari tentang keramahan atau persahabatan, ilmu menjaga kehormatan, definisi boros, hemat dan lain sebagainya. Semua itu terdapat di dalam kitab aklak.
Ustazah Nur juga menyampaikan bahwa Islam adalah syariat yang luar biasa dan sempurna serta detail dalam hal amal perbuatan.
"Islam begitu luar biasa mengatur detail setiap tindakan, agar akhlak kita sesuai dengan syariat Islam. Maka penting bagi kita untuk senantiasa belajar dan mengkaji Islam, seperti mengkaji kitab akhlak," tegasnya.
Begitu juga dalam beberapa akhlak, kata Bunda, seperti sikap dermawan, bakhil (pelit), pengecut, dan berani. Dalam pandangan Islam sikap seperti sombong, boros, pelit dan pengecut hukumnya haram.
Sebagai penutup kajian, Bunda menyampaikan bahwa untuk menjauhkan diri kita dari sikap-sikap yang diharamkan dalam Islam maka haruslah memiliki ilmunya. "Tidak mungkin seseorang bisa menjaga dirinya dari hal yang diharamkan kecuali dengan ilmu," pungkasnya. [] Nai
Posting Komentar