Opini
Antara Nafkah dan Kemajuan Teknologi
Oleh: Reni Adelina
(Tim Redaksi Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Pejuang nafkah saat ini sering diuji dengan berbagai permasalahan di lapangan. Seperti perebutan lapak usaha antar rekan kerja, kejar setoran yang harus memenuhi target dalam sehari, termasuk berjibaku dengan kemajuan teknologi. Kita sering melihat fakta di lapangan, perebutan lapak atau jasa antar jemput penumpang kerap terjadi antara pengemudi transportasi satu dengan yang lainnya. Baik itu tranportasi di bawah naungan satu perusahaan atau pun berbeda perusahaan. Apa lagi antara pengemudi transportasi konvensional dengan pengemudi tranportasi berbasis online.
Seperti dikutip dari laman kompas.com (12/5/2023), kini giliran taksi konvensional milik Blue Bird dilarang ambil penumpang oleh taksi bandara yang berada di kawasan bandara Hang Nadim Kota Batam. Kekisruhan pun terjadi antara supir taksi bandara dengan supir taksi konvensional di bawah naungan perusahan Blue Bird. Padahal taksi konvensional milik Blue Bird telah berada di luar area penjemputan bandara Hang Nadim namun tetap saja mendapat protes keras dari taksi bandara setempat.
Fakta yang lain juga sering terjadi perebutan penumpang antara moda transportasi konvensional dengan moda transportasi berbasis online di beberapa fasilitas umum seperti bandara, pelabuhan dan terminal. Tak heran, moda transportasi berbasis online dilarang memasuki fasiltas umum tersebut. Di sisi lain para penumpang sebenarnya lebih memilih transportasi berbasis online karena biayanya jauh lebih murah dari pada transportasi konvensional. Hal inilah yang memicu rasa ketidakadilan antara sesama pengemudi baik konvensional maupun online.
Ketidaksiapan Masyarakat
Seyogianya, masuknya pemodal besar yang bergerak dalam bidang transportasi berbasis online membuat matinya usaha para pengemudi transportasi konvensional. Hal ini terlihat karena ketidaksiapan masyarakat menghadapi era kecanggihan teknologi dan sistem informasi. Beberapa faktor juga banyak mempengaruhi di antaranya faktor usia, kesejahteraan dan jaminan dari negara.
Pertama, sering kita jumpai pengemudi transportasi konvensional seperti ojek dan taksi adalah orang tua yang sudah lanjut usia. Faktor usia yang sudah dikatakan berumur membuat lambat berpikir dalam menghadapi kemajuan teknologi. Kedua, yakni berkaitan dengan faktor kesejahteraan. Faktor kesejahteraan yang belum merata membuat sebagian pengemudi mendapatkan kendala dalam mencari nafkah dan bersaing di lapangan. Jangankan untuk membeli gadget yang canggih beserta paket datanya, untuk makan saja sudah pas-pasan. Faktor yang terakhir adalah jaminan dari negara. Jaminan dari negara belum sepenuhnya dirasakan para pengemudi transportasi konvensional. Jaminan ini baik berupa penentuan regulasi yang adil hingga tarif yang diberlakukan.
Solusi
Tidak bisa dimungkiri bahwa kemajuan teknologi kian hari kian pesat. Siap atau tidak siap kita diminta untuk berjibaku di dalamnya. Persaingan dunia kerja pun makin ketat. Dalam persaingan tentunya membutuhkan relasi, ilmu yang mumpuni yang di peroleh dari bangku sekolah maupun perguruan tinggi ditambah dengan sertifikasi keahlian yang biayanya sangat besar. Namun karena kesejahteraan yang belum merata dalam sistem kehidupan hari ini. Tentunya hanya orang-orang yang mampu secara finansial dan memiliki kemauan yang siap untuk bersaing.
Dalam kacamata syariat Islam, kemajuan teknologi boleh-boleh saja diterima karena ini bentuk dari madaniyah. Kesiapan kita mempelajari teknologi adalah ikhtiar dalam bersaing di dunia kerja. Benar, rezeki sudah Allah yang mengatur namun sebagai seorang hamba haruslah ikhtiar dalam menjemputnya.
Dalam problem seperti ini peran negara sangatlah besar. Negara wajib menjamin kesejahteraan setiap rakyatnya, karena ini adalah amanah yang terletak di pundak para pemimpinnya. Ketika masuknya arus teknologi secara deras maka negara wajib memfilter dan mengkaji ulang dampak yang bisa berpengaruh kepada masyarakat khususnya para pejuang nafkah seperti para pengemudi transportasi konvensional. Hendaknya negara juga bersikap adil dan tidak memihak kepada pihak pemilik modal.
Negara juga wajib memberikan perlindungan dan jaminan kesejahteraan dan regulasi atau kebijakan yang adil kepada para pengemudi konvensional supaya tidak terjadi kesenjangan penghasilan.
Negara sudah seharusnya turun tangan menyelesaikan permasalahan ini dengan menghadirkan para ahli transportasi dan ekonomi yang sesuai pada bidangnya serta mengontrol jalannya kebijakan yang akan diterapkan nanti dengan sangat bijaksana. Hal ini mencegah kekisruhan dan kesenjangan antara pengemudi transportasi konvensional dan online tidak terus berulang.
"Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR Bukhari)
Wallahu a'lam
Via
Opini
Posting Komentar