Opini
BSI Error, Keamanan Diteror
Oleh: R. Raraswati
(Penulis lepas)
TanahRibathMedia.Com—Beberapa hari terakhir nasabah Bank Syariah Indonesia (BSI) dibuat khawatir karena aplikasi BSI Mobile tidak berfungsi. Nasabah tidak bisa mengakses dan transaksi melalui aplikasi BSI Mobile. Kondisi ini ternyata tak kunjung membaik, bahkan akhirnya ATM pun tidak bisa berfungsi maksimal. Nasabah hanya bisa melihat saldo tanpa bisa mengambil uang secara tunai di mesin ATM BSI. Akibatnya kepanikan nasabah semakin meningkat. Hal ini tentu dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap keamanan bank.
Meski pada awalnya diinfokan gangguan terjadi karena adanya maintenance, tetap saja erornya sistem membuat kekhawatiran nasabah. Apalagi setelah terkonfirmasi bahwa mereka menjadi korban ransomware, sebagaimana ditulis pakar keamanan siber sekaligus pendiri Ethical Hacker Indonesia Teguh Aprianto dalam cuitannya, Sabtu (13/5) pagi. Sudah bisa dipastikan nasabah akan beralih ke bank lain atau berusaha menarik semua simpanannya.
Sementara itu, Lockbit secara terang-terangan menyampaikan ancamannya akan menyebar data pengguna yaitu nama, nomor ponsel, alamat, saldo, nomor rekening, histori transaksi, pekerjaan, dan beberapa data lain jika BSI tidak membayar tebusan sampai 16 Mei 2023 (cnnindonesia.com, 13/5/2023).
Dengan demikian, bukan hanya ketakutan nasabah terhadap simpanannya, tapi juga data pribadi yang diretas. Data yang semestinya rahasia karena bisa disalahgunakan hingga merugikan orang lain bahkan negara. Pasalnya data ini mempengaruhi ketahanan negara.
Dampak bagi Nasabah
Terganggunya layanan BSI jelas berbuah berdampak bagi nasabah. Bahkan sejak digabungnya beberapa bank syariah menjadi BSI justru mempersulit nasabah karena tidak memiliki alternatif rekening lain untuk transaksi. Dapat dipastikan, begitu ada gangguan dari sistem BSI, para pelaku bisnis (terutama bisnis online) merugi karena terhambatnya proses transfer pembayaran.
Keresahan para pebisnis yang menggunakan jasa BSI dalam transaksinya banyak dituangkan melalui sejumlah media sosial. Begitu pun pembeli yang akhirnya juga kesulitan dalam melakukan transaksi melalui BSI Mobile. Beberapa pelaku online shop mengaku rugi karena mestinya pembayaran sudah bisa diterima, barang segera dikirim dan uang bisa untuk modal berikutnya, jadi terhambat.
Selama ini BSI dipilih karena berlabel “syariah” yang tidak ada tambahan bunga (riba). Hal ini mengindikasikan kesadaran masyarakat muslim terhadap pentingnya transaksi ekonomi tanpa riba yang semakin meningkat. Namun, kejadian erornya sistem pada BSI memengaruhi kenyamanan dan kepercayaan nasabah.
Selain itu, bocornya data nasabah bisa berdampak pembobolan rekening bank. Pasalnya data yang bocor lengkap dengan nomor rekening, saldo dan sebagainya. Besar kemungkinan lebih mudah pelaku kajahatan membobol isi rekeningnya. Belum lagi jika disalahgunakan untuk pinjaman online dan banyak lagi yang lainnya.
Dampak bagi Negara
Jika memang data nasabah BSI telah diretas dan kemudian disebar, tentu tidak hanya nasabah yang dirugikan tapi juga negara. Pada era digital, reputasi negara bisa dilihat dari pelayanan dan keamanan. Apabila keamanan suatu negara tidak baik, maka kepercayaan negara-negara lain secara otomatis menurun. Hal ini bisa berdampak pada banyak hal seperti berkurangnya kepercayaan investor sehingga bisa menarik investasinya atau membatalkan investasi bagi calon investor.
Dampak lainnya adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan recovery. Peretasan data harus segera diatasi agar tidak terjadi kasus serupa. Untuk itulah biaya yang harus dikeluarkan harus lebih besar.
Ekonomi dan Teknologi dalam Islam
Di era digital seperti sekarang ini, pelayanan ekonomi juga perlu ditingkatkan dengan memanfaatkan teknologi. Hanya saja, pemanfaatan teknologi maupun pelayanan ekonomi tetap harus disandarkan pada hukum syarak. Memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan umat tidak boleh meninggalkan syariat, karena itu konsekuensi sebagai muslim.
Dalam sistem ekonomi Islam, hukum halal dan haram tetap jadi pertimbangan. Dalam dunia perbankkan sering dikaitkan dengan riba. Maka keberadaan bank syariah menjadi terobosan positif bagi masyarakat muslim. Hanya saja, masyarakat harus cerdas memilih bank yang benar-benar sesuai hukum syarak. Pasalnya, sekarang ada bank yang menggunakan kata-kata lain untuk mengganti kata bunga, padahal sejatinya tetap saja itu riba. Maka, sebagai masyarakat muslim harus cerdas memilih bank dan jenis rekening yang 0% riba. Hal ini hanya sebagai upaya alternatif secara parsial pada sistem yang tidak menerapkan syariat Islam.
Meski demikian, kita tidak bisa menggunakan sistem ekonomi berlabel syariah, tetapi sejatinya tetap ekonomi di bawah pasar bebas, menggunakan uang kertas dalam nauangan lembaga perbankan dan pasar modal dengan suku bunga sebagai penguatnya. Sistem ekonomi Islam tidak boleh digabung dengan sistem lain yang jelas-jelas berlawanan.
Karena itulah selama negara menerapkan kapitalisme, sistem ekonomi Islam tidak akan pernah bisa diterapkan. Sistem ekonomi Islam hanya dapat diterapkan pada sistem pemerintahan yang menjadikan Islam sebagai ideologi dan dasar negara, yaitu Khil4f4h.
Sistem ekonomi Islam juga bisa menggunakan teknologi digital sebagai suatu madaniah yang dibolehkan syariat. Penggunaan teknologi akan profesional, tidak mudah diserang siber. Khil4f4h akan memastikan teknologi keuangan yang sesuai pilar-pilar politik pengurusan umat. Dengan demikian, kemungkinan teknologi eror akibat diretas dan berakibat diterornya keamanan bisa diminimalisir.
Wallahu a’lam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar