Nafsiyah
Kemiskinan Takkan Menyusahkan
Oleh: Sunaini, S.Pd.
TanahRibathMedia.Com—Suatu keadaan yang apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan sandang bisa disebut miskin. Kategori miskin tentu tidak sama. Miskin berbeda juga dengan cukup.
Masih ingat jugakan bahwa Allah Ta'ala menciptakan segala sesuatu berpasangan, seperti firman Allah Ta'ala berikut ini:
ÙˆَاَÙ†َّÙ‡ٗ Ù‡ُÙˆَ اَغْÙ†ٰÙ‰ ÙˆَاَÙ‚ْÙ†ٰÙ‰ۙ
Artinya, "Dan sesungguhnya Dialah yang memberikan kekayaan dan kecukupan."
Nah, yang menarik itu adalah pasangan antara kondisi kaya adalah cukup, bukan miskin. Mengapa demikian?
Kaya dan miskin menurut pandangan munusia pada umumnya adalah materi atau uang. Sedangkan pandangan orang yang beriman dengan menggunakan petunjuk dari Allah Ta'ala, menyebutkan bahwa kaya dan miskin tidak bisa hanya diukur dengan materi atau uang semata.
Badan yang sehat dan jarang sakit adalah rezeki. Lihat saja di luar sana, banyak orang yang materinya berlebih, mobil punya, rumah mewah, fasilitas lengkap, tapi setiap pekan harus kontrol ke klinik atau rumah sakit dikarenakan banyak penyakit yang terdapat di dalam tubuh.
Ada juga, yang punya materi lebih, tapi diuji dengan anak yang susah diatur, susah memahami pelajaran, temperamen, sehingga uangnya habis untuk terapi psikologis dan sebagainya.
Sebagai individu yang kuat, yang memiliki akal dan hati, maka ketika mendapatkan ujian kekurangan harta, tidaklah menjadikan diri sengsara, tidak menyalahkan orang, keluarga, apalagi sampai menyalahkan Al Khaliq. Tentu kekuatan diri dan iman tidakklah segampang membalikkan telapak tangan.
Individu yang kuat itu pasti dikarenakan ia memiliki ilmu. Menuntut ilmu itu sangatlah penting, meskipun posisinya sebagi ibu rumah tangga dengan segudang pekerjaan yang takkan pernah ada habisnya. Ilmu agama adalah benteng diri, menjadikan seseorang dekat Allah sebagai tuhannya. Ia menyadari bahwa segala sesuatu baik-buruknya sudah pasti ada hikmahnya.
Oleh sebab itu, tolok ukur bagaimana seseorang menyikapi keadaan adalah dengan bekal ilmu yang Ia miliki. Motivasi diri sendiri untuk menjadi orang yang mau berfikir kritis, sehingga dengan adanya proses itu, maka akan memudahkan seseorang untuk mengubah keadaan susah menjadi senang, dan keadaan sempit menjadi lapang.
Wallahu a’lam bisshawab.
Via
Nafsiyah
Posting Komentar