Nafsiyah
Menjaga Keikhlasan
Oleh: Naila Ahmad
(Santri Peduli Generasi)
(Kontributor Tetap TanahRibathMedia.Com)
TanahRibathMedia.Com—"(Perhatikanlah terhadap apa yang dikatakan, jangan memperhatikan siapa yang berkata)."
Perkataan di atas berasal dari Ali bin Abi Thalib sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu 'Asakir. Ungkapan di atas bisa menjadi tamparan keras bagi diri kita untuk selalu ikhlas. Menerima nasihat dari siapapun selama itu kebaikan, sehingga hal ini menjadi sebuah hal yang akan sangat menguji keikhlasan kita dalam beramal.
Fenomena yang sering kali terjadi saat ini adalah kita enggan untuk mendengarkan nasihat jika itu berasal dari orang yang lebih muda dari kita, atau dari orang yang gak sekolah, atau yang lebih rendah pendidikannya dari kita. Padahal jika yang mereka sampaikan adalah kebaikan dan bermanfaat untuk kita, maka seharusnya kita tidak menolaknya.
Dalam sebuah kisah yang berasal dari seorang ulama besar, yakni Imam Abu Hanifah kita bisa mengambil pelajaran bahwa seorang ulama saja mendengarkan perkataan seorang bocah.
Kala itu Imam Abu Hanifah berjalan dan bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan terompah kayu. Lalu beliau berkata, "Hati-hati Nak, jangan sampai engkau tergelincir karena terompah kayumu itu." Anak kecil itu pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Lalu ia bertanya kepada Imam Abu Hanifah, "Bolehkah saya tahu, siapa nama tuan?" "Nu'man," jawab Imam Abu Hanifah.
Kemudian anak kecil tersebut berkata kembali, "Jadi tuan yang selama ini terkenal dengan gelar al-Imam al-Adham (imam agung) itu?" Kemudian Imam kembali menjawab, "Bukan aku yang menyematkan gelar itu, melainkan masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu padaku."
"Wahai Imam, berhati-hatilah terhadap gelar yang diberikan padamu, terompah kayuku ini mungkin hanya akan menggelincirkanku di dunia. Namun gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke dalam neraka jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya."
Imam Abu Hanifah seketika menangis, ia bersyukur, Allah masih mengingatkannya walaupun melalui lisan seorang anak kecil. Nah, sekelas Imam Hanafi aja berkenan dinasihati oleh seorang anak kecil yang mungkin secara keilmuan jauh di bawah beliau, namun sikap beliau yang tawaduk membuat beliau mau menerima nasihat dari siapapun.
Nah, oleh karena itu kita sebagai remaja millenial harus open minded, yakni terbuka pikirannya. Jangan terkungkung oleh pemikiran yang jadul. Kita harus mau menerima nasihat dari siapapun, sebagai bukti kita untuk selalu menjaga keikhlasan kita dalam beramal. Sehingga hati kita tetap lapang, siapapun yang menasihati, karena lihatlah apa yang disampaikan bukan siapa yang menyampaikan.
Wallahu'alam bisshawwab.
Via
Nafsiyah
Posting Komentar