Nafsiyah
Menumbuhkan Rasa Cinta Hakiki
Oleh: Sunaini, S.Pd
TanahRibathMedia.Com—Awal bertemu dengannya beragam keraguan mengerumuni pikiran dan sanubari, benarkah ia jodohku? benarkah pria ini yang akan menjadi imamku? Aku tak kenal dia. Dia asing bagiku.
Yaaaa...
Kami dipertemukan karena dijodohkan. Dua tahun pernikahan masih penyesuaian, banyak perdebatan yang kadang tak ada titik solusi. Masing-masing bertahan pada ego. Tahun berikutnya sudah mulai menundukkan ego, rasa cinta dan pengorbanan pun sudah tumbuh. Dua tahun berikutnya sudah memiliki visi dan misi yang satu untuk membangun kehidupan, melengkapi kekurangan masing-masing, dan Allah titipkan buah hati yang dirindu. Rasa cinta itupun semakin bersemi dan semakin dalam. Baru di titik ini, kurasakan bunga-bunga cinta yang bersemi.
Mencintai Islam sebagai Ideologi
Ide adalah gagasan yang di dalamnya terdapat pemikiran yang mendasar dan kokoh. Islam adalah ideologi atau mabda yang di dalamnya lengkap dan rinci aturan kehidupan, manusia, alam semesta dan Pencipta yaitu Al Khaliq.
Agar seseorang dapat menumbuhkan rasa cinta pada islam, tidak jauh berbeda dari kisah yang saya angkat di atas. Terlahir dalam keadaan Islam bukan berarti seseorang itu paham akan Islam sebagai ideologi yang mengatur segala lini kehidupan. Tidak jarang ditemukan banyak orang yang mencukupkan diri dengan selesainya belajar salat, baca Qur'an, mampu puasa, merasa sudah religius. Saat diperkenalkan Islam itu adalah ideologi yang mengatur segala aspek, mulai adab bangun tidur, adab masuk WC, adab makan dan minum, adab kepada orang lebih tua, aturan pergaulan, utang-piutang, adab menepati janji, bahkan kehidupan sosial dan aturan bernegara pun lengkap dan rinci di dalam Islam. Semuanya dijelaskan dalam kitab ulama empat mazhab. Tentu yang bersumberkan pada dalil yang kuat (qoth'i).
Islam Datang dalam Keadaan Asing
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam,
"Islam muncul dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang asing.” (HR Muslim.no. 145)
Betul, saat ini kita berada pada aturan dunia yang dipimpin oleh Barat dengan sistem kapitalisnya. Aturan kehidupan secara Islam dijauhkan dari umat. Sedangakan ibadah salat, puasa, zakat dan salawat masih dibiarkan.
Mereka pun tak berhenti menakuti umat dengan jargon radikal, teroris dan fanatik.
Akankah kita tidak mau berpikir dan berdiam diri saja! Islam adalah agama yang mengajak untuk berpikir.
Supaya Islam tidak menjadi asing, dan mau dipanggil menjadi orang yang beruntung. Mari kaji Islam secara kafah dengan keimanaan yang mantap, waktu yang panjang, dikontrol oleh guru, sehingga rasa cinta yang dalam pada Islam akan tumbuh bersemi. Bergerak menyampaikan Islam tanpa dibayar adalah level tertinggi ungkapan rasa cinta yang hakiki.
Wallahu a’lam bisshowab.
Via
Nafsiyah
Posting Komentar