Program Pelatihan Kerja, Solusi Tangani Banyaknya Laki-laki Pengangguran di Brebes?
Oleh: Yulida Hasanah
(Aktivis Muslimah Brebes)
TanahRibathMedia.Com—Beberapa hari lalu, Direktur Jenderal (Dirjen) Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan Jamsos) Kemenaker RI, Indah Anggaro Putri menyoroti masih banyaknya kaum pria di Kabupaten Brebes yang susah mencari pekerjaan. Padahal, perkembangaan industri di Kota Bawang saat ini semakin menjamur, tetapi penyerapan tenaga kerja banyak didominasi pekerja perempuaan. “Kami sudah mengetahui masalah ini. Nantinya akan disampaikan ke Menteri Tenaga Kerja dan Direktorat Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi Dan Produktivitas (Ditjen Binalavotas),” kata Indah.
Dia juga mengakui sebagian perusahaan lebih banyak membutuhkan tenaga kerja perempuan untuk di bidangnya. Salah satunya bidang menjahit. Adapun Nur Nadhifah, sebagai anggota Fraksi PKB DPR RI asal Kabupaten Brebes, berharap dana CSR yang ada di perusahaan bisa dipakai untuk meningkatkan kompetensi masyarakat di daerahnya. Khususnya para laki-laki. (panturapost.com, 05/05/2023)
Berbicara tentang banyaknya penganggguran laki-laki di Brebes bukanlah problem yang baru muncul. Masalah ini sesungguhnya telah lama menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah setempat. Jika menengok data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Jateng tahun 2022 lebih dari satu juta orang, tepatnya mencapai 1.084.475. Dari jumlah tersebut jumlah pengangguran terbanyak ada di Brebes yang tembus mencapai 86.501 orang, diantaranya didominasi oleh kaum laki-laki. (radartegal.com, 05/05/2023)
Maka tidak keliru jika fakta ini dikaitkan dengan kata pepatah ‘Ibarat tikus mati di lumbung padi.’ Menjamurnya pabrik raksasa di Kota Bawang tersebut terbukti belum menjamin penyerapan pekerja laki-laki sebagai buruh lokal. Kondisi inilah yang memunculkan keprihatinan dan butuh solusi mendesak.
Minimnya penyerapan angkatan kerja laki-laki usia produktif, juga direspon Anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Paramitha Widya Kusuma. Menurutnya perlu adanya program pelatihan menjahit bagi pria usia produktif. Tujuannya, memberikan bekal keterampilan sekaligus menambah peluang sekaligus mendorong agar pekerja laki-laki terserap industri garmen melalui pelatihan keterampilan menjahit 2023. Menurut Mitha, program ini juga memfasilitasi Pelatihan Operator Jahit Upper Alas Kaki dan termasuk dalam program kerja sama dengan Kementerian Perindustrian, Balai Diklat Industri Yogyakarta. Program ini akan diikuti 450 peserta. Semua pesertanya dari putra putri asli Brebes angkatan muda yang siap bekerja. (jateng.disway.id, 02/05/2023)
Namun sayang seribu sayang, program yang ada seakan hanya menjadi formalitas bahwa pemerintah telah bekerja untuk rakyatnya. Padahal sejatinya, program tersebut sampai hari ini tak mampu mengatasi problem pengangguran kaum laki-laki di Brebes. Program ini justru membuktikan sikap pemerintah yang melemparkan tanggunggjawabnya pada swasta dengan mengharap dana CSR perusahaan. Adapun yang telah dilkakukan oleh pemerintah sendiri, lebih tepat dikatakan sebagai usaha setengah hati. Sebab, pelatihan yang diberikan ternyata tidak semua peserta yang ikut bisa lolos dan mendapatkan lapangan pekerjaan. Misalnya saja, dari 450 peserta yang lolos masuk pabrik hanya 50 orang saja. Sedangkan 400 orang yang lain entah bagaimana nasib mereka?
Padahal problem pengangguran yang tidak teratasi dengan baik akan berdampak negatif terhadap ekonomi, sosial, dan keamanan. Pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kemiskinan sehingga mengurangi kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, termasuk gizi yang cukup, pendidikan, dan kesehatan. Termasuk juga akan berdampak pada makin meningkatnya kasus kriminalitas.
Menurut Peneliti Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA) Muhammad Ishak, problem tingginya angka pengangguran terjadi karena jumlah angkatan kerja tak sebanding dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Hal tersebut merupakan bukti bahwa negara tidak sungguh-sungguh dalam menyediakan peluang pekerjaan bagi rakyatnya.
Pemerintah lebih banyak menyerahkan penciptaan lapangan kerja pada mekanisme pasar. Penduduk yang menganggur dilihat sebatas angka statistik saja, tidak dilihat sebagai individu rakyat yang berhak mendapatkan pekerjaan. Wajar jika pemerintah hanya berupaya mendorong penyerapan tenaga kerja dengan mendorong investasi domestik maupun asing, tanpa memperhatikan fakta di lapang masih banyak yang menganggur pemerintah merasa sudah bekerja.
Di sisi lain, tak bisa dipungkiri dalam penerapan sistem kapitalis hari ini, perempuan dianggap sebagai roda penggerak ekonomi. Padahal, secara tidak sadar pemikiran kebebasan termasuk pandangan bahwa perempuan adalah barang/komoditas ekonomi, itulah yang justru menimbulkan diskriminasi pada perempuan itu sendiri. Baik berupa diskriminasi fisik, diskriminasi upah, tingkat pendidikan, dan juga status sosialnya. Bahkan menempatkan perempuan pada posisi tidak terhormat.
Inilah bukti rusaknya kapitalisme yang takkan pernah memberikan ruang sejahtera bagi manusia, khususnya bagi laki-laki sebagai ‘qawwam’ rumahtangga. Rusaknya sistem ini tak hanya menjauhkan laki-laki dan perempuan dari fitrahnya, tapi juga menciptakan berbagai masalah ekonomi yang tak kunjung usai, termasuk mengatasi problem pengangguran yang didominasi kaum laki-laki ini.
Maka jelas bahwa tak bisa berharap pada kapitalisme untuk menyolusi atau mengatasi problem tingginya tingkat pengangguran. Tak ada solusi yang manusiawi dan mampu memberikan jaminan kesejahteraan pada manusia kecuali solusi dari Islam. Telah terbukti belasan abad lamanya, Islam menjadi sistem kehidupan yang mampu menciptakan tingkat kesejhateraan terbaik sepanjang sejarah manusia.
Penerapan sistem Islam secara sempurna yang bersumber dari Al Qur'an dan As-Sunnah baik dalam politik, ekonomi, pendidikan, sosial, sistem sanksi dan yang lainnya, telah menghantarkan rakyat baik muslim ataupun nonmuslim pada kehidupan yang makmur dan sejahtera. Dan tentu saja hal ini merupakan wujud ketaatan totalitas pada Allah Swt. yang telah mampu direalisasikan dalam sebuah kepemimpinan Islam yakni Khil4f4h.
Will Durant, seorang sejarawan barat telah mengakui kegemilangan Khil4f4h dalam menyejahterakan rakyatnya. Hal tersebut tercantum dalam buku yang dia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization. Dia mengatakan, “Para khalifah telah memberikan keamanan pada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang bagi siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti ini belum pernah tercatat dalam sejarah manusia setelah zaman mereka.”
Wallaahu a’lam
Posting Komentar