Opini
Sekuler Kapitalisme Cetak Generasi Jauh dari Adab
Oleh: L. Nur Salamah, S.Pd.
(Penulis, Pengasuh Kajian Mutiara Ummat)
TanahRibathMedia.Com—Capek. Hanya satu kata itu saja yang mampu terucap. Karena tidak hanya satu atau dua kali terjadi hal serupa. Sebagaimana yang telah diuraikan di tulisan sebelumnya. Tidak sedikit yang beranggapan bahwa sejak pengelolaan air Batam, diambil oleh PT. Moya Holding Asia, kerap mengalami gangguan suplai air, baik aliran kecil hingga mati total dan kondisi air yang agak keruh.
Kalau yang terjadi di berbagai perumahan, mati air hanya satu atau dua hari saja, tidak demikian yang terjadi di Rusun Pemko Batam. Khususnya Rusunawa Fanindo, Batu Aji. Mati air bisa terjadi hingga dua pekan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan akan air, cukup menguras kantong karena harus membeli air galon untuk memenuhi kebutuhan. Bagi yang masih memiliki cukup uang tidak menjadi masalah. Bagaimana dengan yang tidak memiliki penghasilan? Untuk makan saja sulit, apalagi membeli galon untuk mandi.
Maka air sumur tadah hujan bahkan air kolam pun jadi alternatif. Berdasarkan keterangan dari pihak pengelola, untuk mendapatkan air tangki harus melalui proses birokrasi yang sangat ribet dan terkesan lelet.
Padahal, Rusunawa Fanindo lokasinya berdampingan dengan masjid yang cukup megah dan mewah, sarana dan prasarana yang lengkap bak hotel bintang lima, namun tidak banyak yang bisa mengambil manfaat di dalamnya.
Sungguh ironis. Kemegahan itu tidak serta merta menjadi sebuah tempat yang nyaman dan menyejahterakan. Warga rusun yang mengalami kekeringan, kesulitan mendapatkan air, tidak dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia di masjid tersebut. Sekadar buang air dan mandi tidak diperkenankan.
Dinilai Kampungan dan Tidak Beradab
Kebijakan yang ditetapkan oleh pengurus masjid terkait larangan mandi maupun buang hajat bagi warga rusun ternyata bukan tanpa alasan. Setelah dikonfirmasi, mereka menyampaikan bahwa pada awalnya tidak dipermasalahkan. Orang rusun mandi maupun menggunakan fasilitas di masjid. Akan tetapi ternyata ada sebagian warga rusun itu tidak menjaga fasilitas dengan baik. Tidak bisa diajak kerja sama, terkesan bar bar dan kampungan.
Alhasil, beberapa fasilitas seperti kran atau shower ada yang rusak. Selain itu banyak sampah tidak dibuang pada tempatnya. Wadah sampo maupun sabun, rambut-rambut berceceran, dan masih banyak lagi yang lainnya. Kemudian ditambah lagi anak-anak yang mandi, tidak disertai orang tuanya. Mereka bermain sesuka hati tanpa memikirkan dampak buruknya. Shower disiram-siram ke gipsum atas.
Bukan hanya itu, ada juga warga yang numpang mandi, dari rusun ke masjid hanya memakai handuk saja. Wajar, jika akhirnya menetapkan sebuah kebijakan pelarangan untuk warga rusun mandi dan buang hajat di toilet masjid. Orang-orang yang baik pun terkena imbasnya.
Generasi Kurang Adab Lahir dari Sistem Pendidikan Sekuler
Paham sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, menganggap bahwa agama hanya aktivitas penyembahan secara ritual saja, seperti salat, zakat, puasa, menunaikan ibadah haji, tilawah Al-Qur'an, tabligh akbar dan salawatan. Aktivitas kehidupan yang lain dijauhkan dari agama, termasuk masalah pendidikan.
Kurikulum yang lahir dari sistem sekuler, menyajikan berbagai pelajaran yang bersifat teoritis belaka, nihil praktik. Akibatnya lahir generasi jumud, tidak memiliki arah dan tujuan hidup. Di samping itu, pendidikan yang hanya berorientasi pada nilai belaka menjadikan guru atau tenaga pendidik hanya sibuk dengan administrasi yang menggunung, sehingga mendidik generasi yang berakhlak baik hanya slogan semata.
Diakui atau tidak, buruknya mental generasi saat ini tidak lepas dari abainya peran negara dalam meriayah rakyatnya. Generasi Islam saat ini justru jauh dari nilai-nilai Islam, karena hasil dari didikan sistem pendidikan yang sekuler. Oleh karenanya, banyak orang pintar dan bertitel namun tidak berkepribadian Islam, kering adab dan dangkal akidah. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Anak-anak berperilaku bar-bar merusak beragam fasilitas yang ada.
Kondisi yang ideal, tatanan hidup yang layak dan sejahtera, generasi yang berakhlak al karimah hanya akan terwujud dalam sistem pendidikan Islam. Karena peran negara dalam Islam adalah sebagai pelayan umat. Melayani masyarakatnya dalam seluruh aspek kehidupan. Termasuk masalah pendidikan. Negara menjamin penuh dengan biaya yang sangat murah bahkan gratis, serta gaji guru yang sangat menyejahterakan.
Dengan demikian tidak ada cara lain, untuk mengubah seluruh tatanan kehidupan ini hanya dengan perjuangan untuk menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan di bawah naungan sebuah institusi negara.
Allahu a'lam bisshowwab.
Via
Opini
Posting Komentar