Sastra
Sesal Saat Bulan Sabit Pamit
Oleh: Maman El-Hakiem
TanahRibathMedia.Com—Dia meratap dalam kesedihan. Saat bulan sabit akan meninggalkannya. Ia menyesal tidak bisa istikamah. Maksimalkan ibadah di separuh ujung malam.
Ia merasa hampa dan kecewa, tak mampu menjaga amanah tentang waktu untuk apa ia habiskan. Ia menyesal karena terlalu asyik dengan duniawi. Hingga tak sempat meluangkan waktu untuk diri-Nya.
Kini, di separuh ujung malam ia merasa kehilangan arah. Ia merasa dirinya hanyalah manusia biasa, Yang tak mampu memenuhi janji dan harapan-Nya. Untuk merenda cinta, meraih derajat takwa.
Ia menyesal karena terlelap dalam fatamorgana dunia. Dengan sepenuh hati dan keikhlasan yang tulus. Ia menyadari telah terlalu banyak melakukan dosa, Membuat dirinya terpuruk dalam dekapan nafsu duniawi.
Namun, meskipun terluka dan merasa kesepian. Ia tahu bahwa masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Ia yakin bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Dan dengan kerendahan hati, ia memohon ampunan-Nya.
Oleh karena itu, dalam kesedihan yang mendalam, Ia berjanji akan berusaha lebih baik lagi di lain waktu. Ia akan berusaha mengisi setiap hari dengan amal kesalehan, Dan memohon rahmat dan hidayah-Nya untuk bisa istikamah.
Ia tahu bahwa Allah selalu dekat dan selalu mengasihi. Dan dengan kerinduan yang tulus, ia berharap dapat menikmati kembali ujung malam yang syahdu dalam sujud salat Tahajud.
Ada sesal saat tatapan rembulan malam perlahan pamit berganti cahaya fajar kemenangan. Akankah kemenangan itu untuk dirinya bersama orang-orang yang beriman?
Majalengka, 5 Mei 2023
Via
Sastra
Posting Komentar