Opini
Harga Tiket Konser Tembus 11 Juta, Ada Apa di Baliknya?
Oleh: L. Nur Salamah, S.Pd.
(Penulis, Pengasuh Kajian Mutiara Ummat)
TanahRibathMedia.Com—Gila. Iya memang gila dengan macam-macam bentuknya. Begitulah kira-kira bunyi salah satu baris syair dari Kitab Adab Ta'limu Al Muta'alim bab lima. Bagaimana tidak disebut gila, hanya demi konser band yang digandrungi, rela menjual perabot rumah tangga. Mulai dari kulkas, sepeda motor, dan lain sebagainya.
Lantas, siapa grup band yang saat ini menjadi topik perbincangan cukup panas tersebut? Coldplay. Iya Coldplay namanya, yaitu grup band asal Inggris yang rencananya akan menggelar konser akbar pada 15 November 2023 mendatang di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Hal yang tidak kalah uniknya, tiket dengan harga yang fantastis, mulai 800 ribu hingga 11 juta ludes dalam sekejap. Padahal rencana konser masih enam bulan mendatang.
Ironisnya, fenomena ini terjadi saat kondisi perekonomian masyarakat sedang tidak baik-baik saja. Pemulihan ekonomi akibat pandemi belum juga usai. Selain itu, sebentar lagi juga tahun ajaran baru, yang identik dengan DKT (Dana Kegiatan Tahunan) atau DKS (Dana Kegiatan Semester), yang nominalnya juga luar biasa. Apalagi kalau anaknya banyak, sekolah di lembaga pendidikan swasta, jelas ini adalah bagian dari beban kehidupan yang tidak bisa dielakkan.
Belum lagi, akhir-akhir ini harga telur terus meroket. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, juga akan diikuti kenaikan komoditas yang lain. Bahkan harga jagung diberitakan juga merangkak naik. Kondisi ini benar-benar akan terasa bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
Konser Hanya Menguntungkan Segelintir Orang
Jika kita renungkan, adakah manfaat dari sebuah konser akbar dengan harga tiket yang luar biasa mahal tersebut? Jika ada, se urgent apa? Bagi mereka yang memiliki pendapatan besar, puluhan hingga ratusan juta, maka uang sebesar itu mungkin tidak menjadi persoalan.
Tetapi realitas kondisi masyarakat kita yang kebanyakan dari golongan ekonomi menengah ke bawah, manfaat dari sudut mana didapatkan? Jelas tidak ada.
Lain halnya bagi penguasa yang memiliki wewenang kebijakan dengan memberikan izin atau legalitas. Jelas ini sebuah keuntungan atau semacam bisnis yang sangat menggiurkan. Maka diakui atau tidak dari sisi manapun dengan adanya konser-konser semacam itu yang diuntungkan adalah segelintir orang saja yaitu para promotor atau Industri musik itu sendiri serta orang-orang yang memiliki banyak uang.
Ada juga yang mengatakan bahwa dengan adanya konser akan mampu mendongkrak perekonomian. Benarkah? Perekonomian siapa? Tidak mungkin konser akbar semacam itu ada penjual cilok atau siomay atau es seribuan di dekat GBK.
Jika dikatakan mendongkrak perekonomian, mungkin ada benarnya, yakni menjadi pemasukan untuk APBN. Namun, keuntungan yang ada tidak dirasakan oleh seluruh masyarakat. Ini yang disebut pemusatan ekonomi, bukan lagi pemerataan ekonomi. Lagi-lagi yang menikmati hanyalah segelintir orang saja.
Jika kita melihat kenyataan, mereka yang akan datang dalam konser akbar tersebut didominasi oleh anak-anak muda atau yang menyandang status sebagai pelajar atau mahasiswa. Mereka yang tidak memiliki cukup uang, tetap memaksakan diri untuk hadir, akhirnya tidak menutup kemungkinan akan menghalalkan segala cara, menabrak rambu-rambu agama demi cuan. Ada yang rela menjadi ‘simpanan’, memungkinkan juga menjajakan dirinya kepada laki-laki hidung belang. Semua itu dilakukan demi untuk mendapatkan uang supaya bisa menghadiri konser grup band kesayangannya.
Yang tidak kalah hebohnya, Coldplay ini disinyalir membawa pesan terselubung yaitu L63T. Ini bukanlah tuduhan tanpa bukti. Bahkan di beberapa channel YouTube, tampak jelas bahwa personel grup band ini selalu mengibarkan bendera pelangi saat manggung. Teknisnya dengan mengambil bendera dari penonton.
Sebenarnya bukan hanya Coldplay, tetapi hampir semua grup band polanya hampir sama. Mengambil bendera dari penonton dan dikibarkan. Ritmenya selalu begitu. Apakah ini sebuah pesan atau kebetulan? Karena diakui atau tidak yang namanya musik itu sarat akan pesan dan nilai.
Meskipun dari lirik-lirik lagunya Coldplay tidak ada yang menyuarakan L68T, akan tetapi sebagian besar bercerita tentang revolusi dan penentangan terhadap agama. Hal ini tidak lepas dari sebuah agenda besar Barat supaya bisa diterima di tengah-tengah masyarakat melalui musik.
Kalau sudah demikian, yang menjadi sasaran adalah remaja muslim. Ini jelas sebuah kerugian yang besar. Melalui jargon dan akan menyeret generasi dalam jurang kehancuran dan kehinaan. Oleh karena yang diinginkan musuh-musuh Islam adalah kehancuran akidah generasi mudanya. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 120 yang artinya, "Tidak akan pernah rida Yahudi dan Nasrani, sampai kalian mengikuti agama mereka."
Islam Solusi Atas Segala Problem Generasi
Sikap yang tepat sebagai masyarakat terhadap rencana konser Coldplay adalah:
Pertama, menolak. Tidak ada cara lain selain menyampaikan penolakan. Karena hal yang demikian tidak sepantasnya terjadi, melalui aktivitas muhasabah lil hukam atau menasihati penguasa agar membatalkan rencana tersebut.
Selanjutnya, bentengi diri dan keluarga dengan akidah, perhatian, dan kasih sayang yang cukup untuk anak-anak kita. Kita sadar sebagai seorang hamba, setiap amal dan perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban.
Jika tidak ditolak, jelas konser-konser semacam Coldplay bahkan yang lebih gila lagi akan terjadi. Dan ini sebuah lumrahisasi di sebuah negara yang mengusung paham kebebasan. Karena tolok ukur perbuatannya bukanlah halal atau haram tapi manfaat dan keuntungan.
Sekeras apapun penolakan, selagi masih ada orang-orang yang mendukung (pemilik modal besar) yang mampu membiayai, tentu masyarakat hanya gigit jari.
Oleh karena itu, tidak boleh tidak, pengarusan opini Islam harus terus digulirkan di tengah-tengah umat agar mereka sadar bahwa hanya Islam yang akan menjamin keamanan, kedamaian, dan kesejahteraan, termasuk keselamatan generasi dari berbagai propaganda yang merusak.
Allahua'lam bisshowwab.
Via
Opini
Posting Komentar