Opini
Mengakhiri Derita Pilu Perempuan Peru
Oleh: Hanum Hanindita, S.Si.
TanahRibathMedia.Com—Lebih dari 3.400 wanita dilaporkan hilang di Peru selama Januari-April 2023. Berdasarkan informasi yang diterima hanya 1.902 yang ditemukan, sedangkan 1.504 masih hilang. Wakil Ombudsman Peru, Isabel Ortiz mengatakan bahwa situasi Peru mengenai orang hilang ini akan diklasifikasikan sebagai situasi bahaya yang sedang terjadi. Menurut Ortiz negara tidak mengambil tindakan untuk mencegah kejadian semacam ini, meskipun kasus wanita hilang terjadi setiap tahun di Peru. Negara juga tidak menjadikan masalah orang hilang (kebanyakan di antaranya penculikan dan penyekapan) sebagai agenda prioritas (kompas.com, 11-06-23).
Sebelumnya perwakilan hak perempuan di Kantor Ombudsman pada pada tahun 2020, Eliana Revollar Añaños sudah pernah mengatakan juga bahwa sebagian besar perempuan yang hilang karena melarikan diri dari pemerkosaan, kekerasan atau pelecehan seksual. Pada saat itu pun kasus ini tidak mendapat perhatian yang serius dari pemerintah maupun kepolisian setempat, walaupun banyak aduan yang masuk dari keluarga korban. Alasan kurangnya data yang dapat diandalkan tentang hilangnya para perempuan ini menjadi alasan analisis atau tindak lanjut menjadi sulit (bbc.com, 25-06-20).
Peristiwa hilangnya perempuan di Peru berulang setiap tahun hingga kini. Namun, nahasnya peristiwa ini tidak mendapat penanganan yang serius dari pemerintah setempat sehingga langkah antisipasi untuk pencegahan tidak dilakukan. Reaksi pemerintah terhadap ribuan perempuan yang hilang itu tampak biasa saja. Seolah sosok perempuan ini tidaklah berharga sehingga penyelesaian kejadian ini tidak menjadi prioritas. Padahal ribuan perempuan Peru berada pada kondisi derita yang memprihatinkan dan tidak aman. Penculikan, kekerasan, pelecehan, dan berbagai kejahatan lain menjadi indikasi lenyapnya ribuan perempuan Peru. Berdasarkan analisis para pakar, kejahatan yang terjadi dan tidak ditangani secara serius oleh pemerintah setempat karena lemahnya penegakan hukum dan tekanan dari pelaku kriminalitas kepada pemerintah setempat.
Mengingat angka yang sangat besar dari korban hilang, tentu ini didalangi oleh kelompok kejahatan yang terorganisasi, selain adanya pelaku kejahatan individual. Dilansir dari katadata.coi.id, pelaku kajahatan kemanusiaan adalah kelompok-kelompok yang memiliki dana besar dan memiliki pengaruh ke penguasa yakni jaringan kelas kakap dan diduga penguasa menikmatinya. Inilah yang membuat sulitnya menyelesaikan kasus hilangnya banyak perempuan Peru.
Hal ini disebabkan karena dunia tengah menerapkan sistem sekularisme kapitalisme, termasuk di Peru (salah satu negara di wilayah Amerika Selatan). Sistem sekularisme kapitalisme membuat manusia berperilaku bebas tanpa aturan (khususnya agama) dan memandang dunia beserta isinya sebagai perusahaan besar untuk meraih keuntungan materi. Di dalam sistem kapitalisme, kejahatan kemanusiaan menggurita dan cenderung dibiarkan karena penikmatnya adalah bos-bos besar yang berkolaborasi dengan penguasa. Ini menjadi bisnis menggiurkan berkeuntungan sangat besar. Termasuk perempuan dalam sistem sekulerisme kapitalisme hanya dipandang tak lebih dari sekadar komoditas bisnis yang bisa dieksploitasi fisiknya.
Sungguh malang dan memilukan. Perempuan Peru tak memiliki benteng kokoh sebagai penjaga berupa negara. Jangankan menjadi benteng yang akan menguatkan dan melindungi mereka, justru perhatian saja tak ada. Kehormatan, kemuliaan, nyawa, darah, dan harta mereka tak dijaga sama sekali. Hal ini pun banyak menimpa para perempuan di negeri lainnya, tidak hanya di Peru.
Keberadaan sistem sekularisme kapitalisme memang menjadi biang keladi atas derita pilu perempuan Peru. Padahal mereka adalah warga negara yang patut dilindungi oleh pemerintah di wilayah setempat. Keberadaan sistem sekularisme kapitalisme menjadikan negara berlepas tangan atas tanggung jawabnya. Sungguh keamanan menjadi barang langka dan mahal di negara mana pun yang menerapkan sistem jahat ini. Padahal bukan hal yang sulit bagi negara membuat program yang menjamin keselamatan bagi perempuan. Sekularisme kapitalisme memang telah mematikan empati dan rasa kepedulian. Oleh karena itu dibutuhkan solusi cemerlang oleh para pemangku kebijakan.
Solusi itu tentunya bukanlah lahir dari sistem sekularisme kapitalisme yang telah terbukti merusak dan menghasilkan derita. Namun, solusi itu berasal dari Sang Khalik yang menciptakan manusia, alam, dan kehidupan. Sistem yang akan memunculkan keberanian para penguasa untuk bertindak tegas dan memberikan perlindungan nyata. Para penguasa di seluruh dunia, termasuk di Peru sepatutnya banyak belajar pada peradaban Islam. Perempuan itu sangat dimuliakan dalam Islam. Oleh karena itu, derita pilu yang dialami ribuan perempuan tidak boleh terus dibiarkan dan harus dihentikan. Maka, patutlah para penguasa negara di dunia, termasuk Peru memperlakukan perempuan dengan sebaik-baiknya sebagaimana sabda Nabi saw. :
“Berbuat baiklah pada para wanita. Karena wanita diciptakan dari tulang rusuk. Yang namanya tulang rusuk, bagian atasnya itu bengkok. Jika engkau mencoba untuk meluruskannya (dengan kasar), engkau akan mematahkannya. Jika engkau membiarkannya, tetap saja tulang tersebut bengkok. Berbuat baiklah pada para wanita.” (HR. Bukhari, no. 3331 dan Muslim, no. 1468)
Negara bisa melakukan langkah preventif dan kuratif dalam menjaga kemuliaan perempuan. Langkah preventif bisa dilakukan dengan pembinaan kepada para perempuan khususnya dan seluruh warga negara agar bisa melindungi diri dari kejahatan dan tidak melakukan kriminalitas. Negara wajib menunjukkan kepedulian kepada mereka. Negara juga patut menjamin penuh keamanan mereka, terutama perempuan yang memang lebih lemah fisiknya. Langkah kuratif bisa dilakukan negara dengan mengawasi, mengontrol atau berpatroli, dan memberi sanksi yang menjerakan kepada pelaku kejahatan. Penegakan hukum ini harus adil, tegas, dan tidak tebang pilih. Jika negara menjalankan perannya secara nyata, mulai dari antisipasi sebagai pencegahan dan juga pemberian sanksi tegas, maka perempuan akan mendapatkan perlindungan yang sempurna dan tidak akan terjadi kehilangan perempuan berulang.
Wahai para pemimpin negeri, khususnya di Peru, tunggu apalagi untuk bersikap berani menerapkan sistem pemerintahan yang diturunkan dari Ilahi. Apakah sudi menunggu kejahatan-kejahatan lain yang makin ngeri? Tak tergerakkah hati nurani melihat nasib perempuan yang sungguh menyayat hati. Jangan sampai pengadilan Allah Swt. yang akan mengeksekusi di hari akhir nanti.
Wallahu a’lam bishawab.[TRM/Nai]
Via
Opini
Posting Komentar