Opini
Penyebab Maraknya Tawuran Remaja
Oleh: Umi Hanifah
(Aktivis Muslimah Jawa Timur)
TanahRibathMedia.Com—Tawuran remaja makin memprihatinkan sekaligus meresahkan. Resah, calon pemimpin yang harusnya mempersiapkan diri melanjutkan tugas besar justru terjerumus dalam aktivitas rendah dan memalukan. Tawuran seolah menjadi budaya. Prihatin, akan seperti apa masa depan negeri. Hanya karena masalah remeh-temeh, saling lihat, senggolan, dan sakit hati lalu adu jotos, menendang, menginjak hingga tak segan membunuh. Bahkan mereka banyak yang terlibat tindak kriminal lainnya seperti narkoba, begal, mucikari, dan lainnya.
Jika kita telusuri, para remaja hari ini sebenarnya korban dari diterapkannya sistem sekularisme. Dalam sistem ini tabu dan dilarang mengaitkan agama dengan aktivitas sehari-hari. Agama hanya mengatur ibadah privat, sedangkan dalam kehidupan umum baik pergaulan, ekonomi, pendidikan, politik, dan lainnya, aturan yang dipakai adalah kesepakatan dan kebiasaan yang dilakukan banyak orang.
Padahal yang dilakukan banyak orang di suatu tempat belum tentu cocok bagi daerah yang lain. Jika hari ini dianggap baik oleh banyak orang, bisa jadi besok atau yang akan datang dianggap tidak baik dan kuno. Aturan yang dihasilkan sering berubah, penuh pertentangan, perselisihan serta menimbulkan masalah yang lain. Alhasil, para generasi krisis jati diri, tidak mengenal siapa dirinya dan tidak paham untuk apa ada di dunia.
Sejatinya manusia adalah makhluk dengan sifatnya yang lemah dan terbatas. Dari kelemahan dan keterbatasannya maka aturan yang dihasilkan pasti salah. Maka aturan yang diterapkan harus dari Sang Pencipta. Pencipta pasti tahu mana yang baik dan mana yang buruk bagi ciptaan-Nya. Diciptakann-Nya manusia adalah untuk mengelola alam dengan baik serta menjalankan kehidupan sesuai yang diinginkan Sang Pencipta. Itulah ibadah dalam makna luas.
Sekularisme membuat mereka abai hingga jauh dari maksud diciptakannya. Kehidupannya hanya dipenuhi bagaimana mendapat pengakuan meski sering merugikan serta merusak diri serta orang lain. Geng motor adalah salah satu contohnya, meski masyarakat geram dan marah, tetapi belum ada sanksi yang membuat pelaku jera. Mereka tetap bertindak brutal hingga memakan banyak korban.
Islam Solusi Tawuran Remaja
Kehidupan remaja tak jauh dari keluarga, sekolah, dan lingkungan. Ketiga lingkungan tersebut harus sama tolok ukurnya yaitu syariat.
Pertama, keluarga adalah penentu awal mau dibentuk seperti apa anak-anak. Ayah dan ibu punya kewajiban mendidik dan mengarahkan mereka agar sesuai harapan. Ayah ibarat nakhoda kapal keluarga, ia harus bisa menjadi teladan dan mengendalikan akan ke mana kapal berlabuh. Ayah juga harus perkasa, melindungi mereka dari pengaruh buruk lingkungan maupun sosial media. Kehadiran ayah akan bisa membentuk karakter kuat calon pemimpin bagi mereka. Bijaksana, berani mengambil keputusan, sabar, kreatif, tegas adalah sikap yang diperlukan bagi calon pemimpin.
Ibu laksana sekolah pertama, peran strategis ini harus dijalankan dengan serius dan fokus. Kelembutan dan kasih sayang ibu membuat jiwa anak tenang dan tidak mudah terpengaruh lingkungan yang buruk. Keberadaan ibu di sampingnya adalah bak malaikat yang mampu mensolusi permasalahannya. Jika fungsi ini diabaikan, maka mereka mencari solusi di luar yang ternyata berakibat fatal.
Kedua, kurikulum yang diterapkan harus berlandaskan akidah Islam sehingga terbentuklah kepribadian Islam, pola pikir dan sikapnya menyatu. Apa yang dilarang syariat tidak akan dilakukan, yang diperintahkan akan maksimal diwujudkan. Mereka produktif karena paham bahwa hidup di dunia adalah untuk mempersembahkan karya terbaik yang bermanfaat bagi umat.
Generasi yang dihasilkan dari sistem lslam terbukti menebar rahmat di mana pun mereka berada. Siapa yang tidak kenal sosok Al Fatih penakluk Konstantinopel yang masih berusia 21 tahun. Sebelumnya ada shahabat Mush’ab bin Umair pemuda sekaligus dai pertama di Madinah, satu tahun dakwahnya membuat penduduk di sana menyambut lslam. Imam Syafi’i di usianya yang masih belia mampu dipercaya menjadi mufti, dan tak terhitung lagi sosok pemuda visioner yang karyanya bermanfaat bagi umat hingga hari ini.
Ketiga, adanya negara yang hadir memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya dengan murah bahkan gratis, yaitu pangan, papan, sandang, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Jika kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik bisa dipastikan ayah dan ibu optimal menjalankan kewajibannya terutama ibu, tidak sibuk di luar rumah untuk mencari tambahan penghasilan.
Keempat, ada sanksi tegas terhadap pelaku tawuran. Sanksi dimaksudkan agar mereka jera dan tidak mengulanginya lagi. Tawuran yang mengakibatkan patah hidung, dikenakan qishas yaitu hukuman yang sama pada pelaku. Jika merontokkan dua gigi, hukumannya juga sama terhadap pelakunya dan seterusnya. Jiwa dan nyawa terjamin keamanannya.
Walhasil, sekularisme harus segera ditinggakan karena hal itu menjadi sebab maraknya tawuran dan gagal menjaga jiwa serta nyawa. Hanya dengan penerapan sistem lslamlah akan lahir generasi emas, pemimpin tangguh dalam peradaban mulia.
Allahu a’lam.
Via
Opini
Posting Komentar