Opini
Agent of Change
Oleh: Nurjannah, A.Md.
TanahRibathMedia.Com—You never change your life until you step out of comfort zone
Change begins at the end of your comfort zone – Roy T. Benneth
Kamu tidak akan pernah mengubah hidupmu sampai kamu keluar dari zona nyaman,
Perubahan dimulai pada akhir zona kenyamananmu.
Berbicara tentang perubahan tentu identik dengan pemuda, pemuda mempunyai peranan penting dalam perubahan yang diberi predikat agent of change, yaitu memiliki potensi yang begitu besar, pemikiran yang matang, keberanian yang tinggi dan antusias dalam perjuangan membela kebenaran sehingga keberadaan pemuda seperti ini sangat dinanti di tengah masyarakat karena kemampuan mereka dalam membela umat.
Tanpa disadari gelar agent of change hari ini sudah begitu asing di kalangan pemuda. Mereka tidak lagi menyibukkan diri dalam hal kebaikan. Alih-alih berjuang membela kebenaran, justru sudah terjerumus dalam kebatilan, pemikirannya sudah sangat merosot, gaya hidup serba bebas, kesenangan yang dicari, dan mengejar materi adalah prioritas utama sehingga agama pun menjadi asing dan bahkan hilang di kehidupannya. Gaya Barat diadopsi, Islam dihilangkan, semua ini karena pemuda sudah dikontrol oleh sistem kapitalisme buatan orang kafir.
Bagaimana Islam bisa bangkit kembali jika agent of change sudah punah. Seperti yang kita ketahui, bangkit dan runtuhnya suatu bangsa dikarenakan para pemuda, jika pemudanya punya semangat juang, tentu bangsa itu akan bangkit kembali dari keterpurukannya dan hancurnya suatu bangsa dikarenakan pemuda yang sudah jauh dari Islam sehingga rasa ingin berjuang begitu asing di benaknya.
Lalu seperti apa seharusnya pemuda agent of change dalam Islam? Pemuda selalu menjadi aktor penting dalam sejarah peradaban manusia dan kebanyakan dari penyampai risalah adalah para pemuda. Seperti halnya Ali bin Abi Thalib di usia belia yang paling awal memeluk Islam, pemuda cerdas, gagah berani membela Rasulullah dan agama Allah.
Juga ada Sayyidah Aisyah seorang muslimah muda yang cerdas, berwawasan luas, ingatan yang kuat, dan banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah sehingga beliau dikenal dengan Ummul Mukminin di kalangan para sahabat dari dulu hingga sekarang.
Berikut beberapa para sahabat lainnya dari kaum pemuda yang menjadi agent of change yang ikut berjihad bersama Rasulullah di medan pertempuran dan bidang keilmuan. Di antaranya, yaitu di medan pertempuran:
Pertama, ada Sa’ad bin Abi Waqqash. Memeluk Islam pada usia 17 tahun. Orang yang pertama melepaskan anak panah di jalan Allah dan yang pertama terluka akibat busur panah. Beliau mampu menaklukkan kekaisaran Sasaniyah di Persia dalam perang Qadisiyah sehingga membuka jalan dakwah Islam di wilayah Persia.
Kedua, Usamah bin Zaid. Dalam buku Para Panglima Perang Islam karya Rizem Aizid menceritakan bahwa setelah Perang Mu’tah, Usamah bin Zaid diangkat menjadi panglima oleh Rasulullah saw.. Pada waktu pengangkatan ini, usianya masih 18 tahun karena itulah Usamah bin Zaid menjadi panglima termuda yang pernah dimiliki kaum muslim.
Ketiga, ada Muhammad Al-Fatih. Salah satu pahlawan besar umat Islam setelah Shalahuddin Al-Ayyubi. Di usia mudanya, yakni 25 tahun mampu menaklukkan Romawi Timur yaitu Kota Konstantinopel. Telah terbukti Sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Ahmad bahwasanya,
"Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah
sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaikbaik pasukan."
Sedangkan dalam bidang keilmuan, yaitu:
Pertama, Zaid bin Tsabit. Seorang pemuda Anshar dan masuk Islam pada usia 11 tahun. Memiliki kecerdasan yang luar biasa sehingga membuat Rasulullah mempercayainya dalam menulis wahyu dan di masa Abu bakar ditunjuk sebagai penghimpun Al-Qur’an.
Kedua, Abdullah bin Mas’ud. Pemuda awal yang memasuki Islam, dikenal sebagai penghafal Al-Qur’an terbaik, memiliki ilmu yang tinggi, dan yang paling sering memberikan fatwa setelah Rasulullah wafat, juga termasuk deretan ulama paling cerdas.
Inilah beberapa contoh para pemuda di zaman Rasulullah yang menjadi agen perubahan, mempunyai kekuatan, dan kehebatan mencetak peradaban emas. Lantas apa yang membedakan pemuda zaman dulu dengan pemuda masa kini?
Dengan teknologi yang canggih di masa sekarang seharusnya tidak menjadi penghambat para pemuda untuk memperoleh ilmu dan memiliki kemauan untuk berjuang membela Islam. Namun, ada beberapa faktor yang menjadi penghambat pemuda sulit untuk dikategorikan sebagai agent of change di antaranya, yaitu jauhnya pemuda dari Al-Qur’an, ulama, atau orang berilmu sudah sangat asing di lingkungannya sehingga menjadi berat untuk menuntut ilmu, minim dan bahkan minat membaca hilang dari kalangan pemuda sehingga tidak mengenal sejarah Islam itu sendiri, begitu mudah terpengaruh oleh budaya luar, dan tidak ada pengedukasian negara kepada para pemuda.
Untuk menjadi seorang agent of change pemuda wajib memiliki 3B, yaitu:
Pertama, yaitu berinteraksi dengan Al-Qur’an. Dengan membaca Al-Qur’an dan terjemahannya, setidaknya pemuda mengetahui maksud isi yang disampaikan dalam Al-Qur’an dan mampu mengaplikasikan ke kehidupan sehari-hari. Tentunya Al-Qur’an menjadi obat penenang hati, mengobati hati yang keras dan gersang menjadi lembut kembali.
Kedua, adalah berinteraksi dengan para ulama. Hal ini dimaksudkan mencari ilmu kepada ulama atau para ustadz/ustadzah yang mempunyai pengetahuan di atas kita, pun bisa dengan mengkaji islam secara intensif sehingga segala permasalahan hidup yang kita hadapi ada solusi dalam menyelesaikannya.
Ketiga, berinteraksi dengan sejarah. Pemuda sudah harus bisa bangkit dari kemalasan dalam membaca karena dengan membaca makin menambah ilmu pengetahuan, sejarah, dan peradaban Islam adalah bagian penting yang tidak bisa dipisahakan dari kehidupan kaum muslim dari masa ke masa. Dengan mengetahui sejarah, kita bisa bercermin untuk mengambil pelajaran dan membenahi segala kekurangan atau kesalahan guna meraih kejayaan dan kebangkitan Islam.
Pemuda sudah harus memfokuskan pikirannya bukan lagi sekadar memikirkan dirinya sendiri, tetapi wajib gelisah dengan keadaan umat dengan begitu akan ada semangat untuk berjuang. Tidak dimungkiri, jika 3B di atas sudah dilaksanakan oleh pemuda, tetapi negara juga sangat berpengaruh dalam hal kebangkitan ini. Negara wajib menutup semua celah yang dapat menjerumuskan pemuda ke dalam kehancuran seperti meninggalkan sistem kapitalisme dan memfasilitasi pemuda dengan pendidikan secara menyeluruh sesuai dengan syariat Islam sehingga menciptakan pemuda berkarakter dan ahli di bidangnya. Dengan begitu, pemuda memiliki peluang besar dalam membawa perubahan dan sistem Islam bisa tegak kembali di tengah umat.
Wallahua’lam …
Via
Opini
Posting Komentar