Opini
Arisan Online: Ingin Untung Malah Buntung!
Oleh: Erlina YD
TanahRibathMedia.Com—Lagi dan lagi! Puluhan orang tertipu arisan online. Beberapa pekan lalu puluhan emak berbondong-bondong mendatangi Mapolres Brebes, Jawa Tengah. Mereka beramai-ramai akan melaporkan pengelola arisan online yang diduga sudah menipu mereka. Para korban mengaku rugi mulai dari jutaan hingga puluhan juta (detik.com, 2-8-2023).
Para korban menyampaikan mengenal arisan online dari penawaran di sosial media. Mereka mengaku tertarik dengan keuntungan berlipat yang dijanjikan. Namun, bukannya keuntungan yang didapat, uang yang sudah disetorkan bahkan tidak bisa ditarik kembali.
Menyesal pastinya yang mereka rasakan saat ini. Namun, apa lacur, duit setoran arisan sudah menguap dibawa si pelaku alias penipu arisan online tersebut. Selain iming-iming keuntungan berlipat, di awal putaran mereka sudah bisa mendapatkan keuntungan. Ini menjadikan mereka tambah bersemangat untuk terus menyetorkan uang arisan secara rutin. Apalah daya, mereka justru tertipu, uang puluhan juta pun melayang.
Modus arisan yang ditawarkan ini beragam. Mulai dari keuntungan berlipat maupun mendapat bonus jika bisa mengajak orang lain untuk menjadi peserta. Di zaman serba instan dan demi memenuhi kebutuhan serta gaya hidup, siapa yang tidak tergiur dengan tawaran keuntungan besar ini? Bahkan tawaran keuntungan terkadang tidak rasional yaitu mulai dari 10 persen hingga 80 persen. Dari sini saja sudah terindikasi adanya penipuan. Sangat tidak realistis ketika tidak jelas pemanfaatan uang tersebut digunakan untuk usaha apa, tetapi bisa mendapatkan keuntungan besar.
Para penipu arisan online hampir semuanya menggunakan skema Ponzi, yakni keuntungan yang dibayarkan diambil dari setoran uang peserta baru. Agar para korban makin percaya, penipu akan membayarkan keuntungan di awal-awal putaran. Selain itu, peserta arisan juga diiming-imingi mendapatkan bonus jika berhasil mengajak orang lain menjadi peserta baru. Makin banyaklah orang yang menjadi korban penipuan.
Kapitalisme Biang Keroknya
Kehidupan sekularisme dan hedonisme di alam kapitalisme memaksa banyak orang mengambil tindakan instan tanpa berpikir panjang. Di depan mata hanya keuntungan materi berlipat yang ingin diraih. Gaya hidup dengan standar materi akan menjadi acuan dalam kehidupan sosial. Belum lagi kebutuhan hidup yang mau tidak mau harus segera dipenuhi. Jalan tercepat untuk mendapat uang salah satunya dengan ikut investasi bodong, yakni modus arisan.
Banyak kaum muslimin tidak terlalu melihat apakah muamalah yang dilakoninya sesuai dengan hukum Islam atau tidak. Mereka bahkan banyak belum mengetahui muamalah atau bisnis islami itu seperti apa. Suguhan bisnis ala kapitalisme sudah mendarah daging dan melekat kuat hampir dalam setiap aktivitas ekonomi kita. Padahal bisnis ala kapitalisme adalah bisnis yang hanya mengutamakan keuntungan materi dengan upaya minimalis. Tanpa memedulikan benar atau salah, merugikan orang lain atau tidak, merusak kehidupan sosial atau tidak, tidak akan menjadi urusan. Yang penting, bisnisnya harus mendatangkan keuntungan berlipat.
Kapitalisme juga telah menjadikan masyarakat sangat mendewakan materi. Inginnya mendapatkan materi dengan cara cepat dan instan. Di sisi lain, ada banyak penipu melihat peluang ini. Klop-lah sudah, bisnis palsu ini menjerat manusia baik menjadi pelaku maupun para mangsanya.
Mawas Diri
Melihat banyaknya bisnis kotor dan palsu dalam sistem kapitalisme ini seharusnya membuat kita mawas diri dan tidak mudah tergiur iming-iming keuntungan tidak jelas. Pelajari muamalah atau bisnis yang tidak melanggar hukum syarak. Selain itu, kita juga janggan sampai terjebak pada kehidupan hedonisme yang ditawarkan kapitalisme.
Ketika sudah terjebak pada kehidupan hedonis, sifat konsumtif akan menguasai kita. Merasa akan dipandang serta memiliki kedudukan di masyarakat saat menjadikan materi sebagai tolok ukurnya. Padahal ini adalah kehidupan semu. Kehidupan yang menomorsatukan materi hakikatnya tidak akan menghasilkan kebahagian hakiki. Maka sudah sepatutnya kita tinggalkan sistem buruk ini untuk kembali kepada sistem Islam.
Via
Opini
Posting Komentar