Motivasi
Berbakti
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN 1 Batam)
TanahRibathMedia.Com—Hai Guys, udah pada mulai efektif lagi ya sekolahnya? Semoga tetap semangat untuk menuntut ilmu ya! Berbicara tentang berbakti tentu akan mencakup persoalan yang sangat luas. Sebagai seorang manusia kita dituntut untuk taat dan patuh kepada banyak orang. Kepada orang tua, guru, pemerintah, dan lain sebagainya. Namun, bagaimana sih berbakti yang sebenarnya itu? Yuk, baca sampai bawah ya.
Patuh atau berbakti pada perintah manusia selama itu baik, maka kita harus mematuhinya. Namun, apabila perintah tersebut melanggar atau menyalahi hukum-hukum atau syariat yang telah Allah buat, maka tidak ada kepatuhan pada perintah yang menyalahi aturan Allah Swt..
Allah adalah yang pertama dan paling utama untuk kita taati perintah-Nya sebagaimana yang telah tertera dalam sebuah firman-Nya di surah An-nisa ayat 59. Nah, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk melanggar perintah Allah Swt. dengan alasan karena menuruti perintah orang tua. Padahal perintah orang tua tidak perlu kita patuhi ketika menyalahi hukum Allah Swt..
Sebagaimana kisah seorang sahabat yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqash yang tetap teguh mempertahankan agamanya yakni Islam walaupun kala itu ibunya menolak dengan keras. Bahkan juga seperti Mush'ab bin Umair yang rela meninggalkan kekayaannya karena tidak menuruti perintah ibunya, karena Mush'ab lebih yakin akan janji dari Rabbnya.
Nah, ketika perintah orang tua kita tidak menyalahi aturan Allah Swt., maka kita wajib untuk mematuhinya karena rida Allah tergantung rida orang tua, murka Allah juga tergantung pada murka orang tua. Maka jangan sekali-kali menolak atau bahkan membentak mereka karena itu adalah perbuatan yang Allah benci.
Sebagaimana yang telah tertulis dalam surah Al Isra' ayat 23 dan 24, bahwasanya kita harus berbakti kepada orang tua dan jangan membentaknya, bahkan berkata ah saja tidak diperbolehkan.
Contoh nyatanya yang patut kita teladani adalah dari sosok Uwais Al-Qarni, seorang tabi'in dari Yaman. Beliau hidup semasa dengan Rasulullah, tetapi tidak termasuk golongan sahabat karena tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah saw. sehingga beliau digolongkan kepada generasi tabi'in.
Kala itu beliau ingin bertemu dengan Rasulullah, tetapi ketika sampai di Madinah, Rasul sedang berangkat berperang, sedangkan beliau memiliki seorang ibu yang tidak bisa ditinggal terlalu lama, akhirnya beliau hanya menitipkan salamnya kepada Rasulullah saw. dan tidak dapat bertemu dengan Rasulullah saw..
Bahkan ketika ibu beliau ingin berhaji ke Baitullah, beliau menggendong ibunya dari Yaman ke Makkah dengan berjalan kaki karena memang Uwais bukanlah dari golongan orang yang berada. Namun, itulah Uwais, berkat kepatuhannya terhadap sang ibu, doanya menembus hingga langit ke tujuh. Subhanallah.
Oleh karena itu, tetaplah berbakti kepada orang tua kita, tetapi jangan sampai melalaikan kewajiban kita sebagai hamba Allah Swt..
Wallahu a'lam bisshawwab.
Via
Motivasi
Posting Komentar