Opini
Generasi Strawberry
Oleh: Sunaini, S.Pd, CTrQ
TanahRibathMedia.Com—Berbicara mengenai generasi adalah mengenal sosok manusia pengganti dari masa ke masa. Setiap penciptaan manusia pasti dimulai dari proses yang sama, yaitu sel telur dibuahi sperma, kemudian menjadi zigot, lalu berkembang menjadi janin dan pada akhirnya menjadi manusia yang utuh. Bersiap memulai babak baru kehidupan di dunia.
Ketika manusia lahir maka potensi kehidupan yang dimiliki soeorang manusia itu sama. Yaitu ia akan memiliki kebutuhan jasmani (hajatul udhawiyyah) seperti makan, minum, tidur, buang hajat, yang kesemuanya ini wajib terpenuhi dan apabila tidak maka akan menimbulkan kekacauan diri hingga berakibat mati. Kemudian pasti memiliki naluri (gharizah) seperti, ingin disayangi, bisa meluapkan emosi, ingin memiliki pasangan, ingin melanjutkan keturunan, dan pasti ingin melakukan penyembahan kepada Yang Maha Kuat darinya.
Namun, ketika potensi kehidupan manusia itu sama yang dikaruniakan oleh Allah Ta'ala, lantas kenapa generasi itu potensinya tidak sama?
Mengutip dari laman blog.ecampuz.com (1-1-2023) bahwa di Indonesia memiliki 6 macam generasi berdasarkan pengelompokan tahun kelahiran. Pertama, generasi Pre Boomer yang lahir sebelum 1945. Kedua, generasi Baby Boomer yang lahir rentang tahun 1946-1964. Ketiga, generasi X yaitu lahir rentang tahun1965-1980. Keempat, generasi Y lahir rentang tahun 1981-1996. Kelima, generasi Z lahir rentang tahun 1997-2012. Terakhir, generasi Alpha yaitu lahir rentang 2013-hingga sekarang.
Berdasarkan fakta penamaan generasi ini adalah dilatarbelakangi atas ciri identitas karakteristik yang dominan. Fokus pada Gen Z dan Gen Alpha adalah generasi yang sudah tidak asing lagi dengan dunia teknologi. Mereka sangat melek dengan dunia maya. Bagi mereka, dunia maya adalah kehidupan nomor satunya.
Dengan kehadiran teknologi canggih ini, sungguh akan memberikan pengaruh yang sangat signifikan kepada pribadi generasi, terutama kepada Gen Z dan Gen Alpha. Salah satunya yang penulis soroti adalah lahirnya generasi bermental lunak, lembek, temperamen, sulut emosi negatif, dan anti kritik. Inilah yang kemudian penulis beri sebutan dengan "generasi stoberi".
Penyebab Generasi Stoberi
Kepribadian setiap individu dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya sebagai berikut:
Pertama, lingkungan keluarga sebagai madrasatul ula atau pendidikan pertama untuk generasi. Tentu menjadi pentingnya peran ibu dan ayah yang dapat membantu mengantarkan anak atau generasi agar memiliki kepribadian yang cerdas, punya semangat yang tinggi, rajin ibadah, berbakti kepada orang tua, tau akan kewajiban sebagai anak dan lain sebagainya. Ketika dalam tahapan ini orang tua mengabaikan pengasuhan dasar, maka akan tinggi risiko kekacauan mental dan kepribadian buruk. Orang tua yang tidak sabaran sehingga untuk mengantisipasi ketidaksabaran itu, orang tua cenderung memfasilitasinya dengan gawai atau televisi yang jauh dari kontrol.
Kedua, lingkungan teman sepergaulan baik di perumahan maupun teman di sekolahan. Teman sepergaulan adalah sarana anak untuk mendapatkan banyak sekali ragam informasi terlepas itu baik dan buruk. Baik dari hobi, cara berbicara, atitude, yang kesemuanya ini sangat mungkin ditiru oleh anak atau generasi Gen Z atau Gen Alpha.
Ketiga, dunia digitalisasi dan teknologi. Menjadi suatu kewaspadaan orang tua apabila anak cenderung mengurung diri di kamar, jarang komunikasi atau tidak mau diajak diskusi. "Mager" atau malas gerak. Ini adalah ciri generasi yang sudah terpapar dunia maya. Biasanya akan mudah marah, bahkan cenderung melawan jika dinasihati.
Ketika ketiga faktor di atas jika tidak dikontrol atau jauh dari pengawasan orang tua, maka akan berefek fatal. Lahirlah generasi yang bermental lembek. Malas gerak. Tidak produktif.
Selain itu, faktor yang tidak bisa dielakkan lagi adalah jebakan sistem kapitalisme sekularisme. Sistem ini berupaya menjauhkan generasi dari agama sehingga tidak jarang ditemukan anak usia sekolahan sampai perguruan tinggi yang tidak mengenal waktu salat. Seolah mereka tidak kenal akan Allah Yang Maha Melihat dan Mengawasi.
Sistem kapitalisme ini juga menjadikan generasi yang bersifat arogan. Hidup dengan gaya "suka-suka gue", "masa muda masa bahagia, agama urusan nanti" begitulah banyak ungkapannya.
Islam Aturan Sempurna
Di dalam Islam generasi itu dipandang sebagai mahkota mutiara umat, mendapat gelar umat terbaik yaitu khairul ummah. Untuk mewujudkan itu, memang terlahir dari ibu terbaik yang memahami hebatnya Islam.
Seorang ibu harus senantiasa menuntut ilmu, dengan ilmu Islam ia dapat mengantarkan anaknya menjadi generasi terbaik. Begitu pun seorang ayah akan mengajarkan jiwa yang kuat, penuh tanggung jawab. Keluarga akan menjadi benteng pertama dalam memahamkan agama, di kala negara abai atas generasi. Oleh karena itu, selama Islam tidak dijadikan asas dalam kehidupan maka generasi terbaik itu banyak yang gugur sebelum masanya. Mari kembali pada sistem Islam rahmatan lil'alamiin.
Wallahu a’lam bissawab.
Via
Opini
Posting Komentar