Opini
Islamofobia Makin Marak, Umat Butuh Perisai
Oleh: Chatharina, S.Si.
TanahRibathMedia.Com—Ketakutan akan Islam atau islamofobia di dunia saat ini makin hari makin terus saja terjadi. Banyak sekali pemberitaan terkait serangan terhadap Islam baik pada simbol maupun penganutnya akhir-akhir ini seakan tidak ada hentinya.
Berita terbaru, mengutip dari situs cnbcindonesia.com, terjadi bentrokan antara umat Hindu dan muslim pada Senin (31-7-2023) yang tidak jauh dari New Delhi. Kekerasan meletus setelah prosesi keagamaan Hindu melewati wilayah Nuh yang didominasi muslim di negara bagian Haryana. Kekerasan pun makin meluas hingga ke Gurugram.
Masjid Anjuman Jama di Sektor 57 Gurugram yang merupakan salah satu dari sedikit tempat ibadah muslim di sana yang menampung hingga 450 jemaah tidak luput dari serangan oleh segerombolan sayap kanan Hindu. Mereka membakar masjid dan membunuh imam masjid yaitu Mohammad Saad yang berusia 22 tahun.
Tidak hanya masjid yang dibakar, massa juga membakar toko-toko milik muslim, restoran, properti di Gurugram serta di kota-kota terdekat seperti Sohna. Serangan dan kekerasan yang terjadi memaksa sebagian besar keluarga muslim pergi dari wilayah Gurugram.
Sementara itu di Copenhagen juga terjadi aksi pembakaran Al-Qur'an oleh kelompok anti-Islam Danske Patrioter (Patriot Denmark). Aksi dilakukan berturut-turut selama 3 hari, pada Senin (31-7-2023) dilakukan di depan kedutaan Besar Arab Saudi di Copenhagen. Aksi kedua dan ketiga terjadi pada Selasa dan Rabu (1&2-8-2023) di depan Kedutaan Besar Turki di Copenhagen (Sindonews.com).
Aksi pembakaran Al-Qur'an dilakukan juga oleh pengungsi asal Irak Salwan Momika di depan Parlemen Swedia pada hari Senin (31-7-2023) dan menuntut agar Islam dilarang di negara itu.
Ketakutan Akan Kebangkitan Islam
Islamofobia yang melanda dunia saat ini berkembang menjadi narasi yang terus digaungkan negara-negara Barat. Fenomena ini merupakan buah dari makin buruknya sistem kapitalisme. Ide-ide yang berbahaya seperti rasisme, Islam moderat, dan lain sebagainya, inilah yang menghasilkan islamofobia. Di samping itu juga karena memang dalam sistem kapitalisme liberalisme munculnya memang difasilitasi atas nama HAM dan kebebasan berekspresi.
Sesungguhnya islamofobia adalah ketakutan akan kebangkitan peradaban Islam, terutama Barat sebagai pengusung ideologi kapitalisme. Saat ini, Barat menyadari ada pertumbuhan yang tidak bisa mereka elakkan akan kebangkitan Islam, mereka hari ini juga merasa khawatir bahwa peradaban Islam akan segera bangkit. Kekhawatiran akan kembali tegaknya Islam memimpin dunia dan ini menjadi ancaman bagi ideologi mereka.
National Strategy Combating Terorism yang dikeluarkan US Departement of States (2006) mengungkapkan "...Musuh yang dihadapi bukan hanya terorisme itu sendiri. Namun, ideologi yang melatari atau mendukung aksi terorisme tersebut... gerakan-gerakan yang menentang AS dan mereka menggunakan Islam sebagai ideologi mereka."
Meskipun islamofobia ini dipicu sentimen keagamaan karena ada riwayat sejarah perang salib, tetapi sesungguhnya pertarungan peradaban yang terjadi hari ini adalah pertarungan antara ideologi kapitalisme yang sudah makin tampak kajatuhannya dengan tidak terelakkannya kebangkitan peradaban Islam. Barat sendiri tidak mampu menyembunyikan keburukan sistem kapitalisme. Bukan hanya dari aspek ekonominya saja, tetapi juga dampak yang dihasilkannya terhadap kehidupan masyarakat dan kehidupan politik. Maka ketakutan ini mereka tunjukkan dengan terus memelihara islamofobia dan ide-ide berbahaya lainnya.
Sementara penetapan hari anti islamofobia 15 Maret oleh PBB bisa jadi adalah upaya Barat menutupi kejahatan mereka. Buktinya, rentetan tragedi yang terjadi terhadap ajaran Islam dan kaum muslim saat ini masih saja terjadi.
Kebencian kaum kafir terhadap kaum muslim dengan jelas diberitakan dalam firman Allah Swt.,
“Mereka (kaum kafir) tidak pernah berhenti memerangi kalian (kaum muslim) sampai mereka bisa mengembalikan kalian dari agama kalian (pada kekafiran) andai saja mereka sanggup.” (TQS Al-Baqarah [2]: 217)
Umat Butuh Perisai dan Institusi yang Kuat
Mengapa islamofobia makin marak akhir-akhir ini? Ini karena umat Islam tidak memiliki perisai (junnah) yang menjadikan musuh-musuh Islam dengan mudah menunjukkan kebenciannya terhadap Islam dan ajarannya. Berbagai penderitaan yang dialami kaum muslim dan ajarannya di berbagai belahan dunia saat ini menunjukkan kebutuhan umat akan adanya seorang khalifah yang memimpin umat dalam naungan syariat Islam. Tentunya karena keselamatan kaum muslim hanya ada pada Islam, juga pada kekuasaan Islam.
Sabda Nabi saw.,
“Sungguh Imam (Khalifah) itu laksana perisai. Kaum Muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
Khalifah sebagai perisai bagi umat meniscayakan harus kuat, berani dan terdepan, yang tidak hanya pada pribadinya, tetapi juga pada institusi negaranya. Kekuatan yang dibangun karena akidah Islam. Dengan adanya institusi negara yang kuat akan menjamin terjaganya kemuliaan Islam serta keselamatan dan keamanan umat, baik muslim maupun nonmuslim. Islam telah memberikan tuntunan bagaimana menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. Tidak memaksa nonmuslim untuk masuk Islam. Rasul saw. pernah menjenguk orang Yahudi yang sedang sakit, melakukan transaki jual-beli dengan nonmuslim, menghargai tetangga nonmuslim, dan sebagainya.
Negara Islam pertama tegak di Madinah yang Rasul saw. pimpin saat itu juga menunjukkan keberhasilannya dalam mengelola keberagaman. Kaum muslim, Nasrani, dan Yahudi hidup berdampingan satu sama lain. Meskipun hidup dalam naungan pemerintahan Islam, masyarakat nonmuslim mendapatkan hak-hak yang sama sebagai warga negara, memperoleh jaminan keamanan, juga bebas beribadah sesuai keyakinannya. Inilah wujud toleransi dalam Islam.
Perlakuan yang adil negara Islam terhadap nonmuslim bukan sekadar konsep, tetapi benar-benar diterapkan. Bukan berdasar pada tuntunan toleransi ala Barat, melainkan karena menjalankan syariat Islam.
Wallahu a'lam biasshawab.
Via
Opini
Posting Komentar