Sastra
Paradoks Kemerdekaan
Oleh: Pehalimah
TanahRibathMedia.Com—Angka-angka yang menjadi puisi
Hari-hari yang membekas luka
Tahun-tahun yang dilanda frustasi
Orang-orang dilanda bermacam celaka
Ia telah dikubur dengan kafan putih
Bersama air mata rakyat dari Timur ke Barat
Para penjajah kemudian berbagi hidangan
Siap berperang lalu menghujani kemerdekaan
Banyak orang bangga tak terjajah fisik
Mengaku sehat, tak sedikitpun celaka
Padahal nafasnya dikuasai asap batu bara
Airnya dikuasai limbah dan privatisasi swasta
Tanahnya milik para tuan, sedang diri tinggal menumpang
Hartanya dirampas, dibiarkan terbelenggu kemiskinan
Akalnya dimandulkan, hingga nyaman dengan kebodohan
Kami berteriak merdeka, sedang anak-anak busung lapar
Di kala hidup berkecukupan, anak-anak terancam monster pedofilia
Berteriak tanah air, tapi ancaman kekeringan di depan mata
Diantara kami banyak yang putus sekolah, dan mati dalam perjalanan menuju fasilitas kesehatan
Para ayah pergi fajar kembali saat senja, mencari rupiah hanya cukup untuk makan seharian
Entah, apa kami sudah merdeka
Atau kami masih terjajah, lalu berpura merdeka
17 Agustus 2023
Via
Sastra
Masyaa Allah
BalasHapus