Opini
Sulitnya Peran Guru TPQ/TPA dalam Sistem Sekularisme Liberalisme
Oleh: Sunaini, S.Pd, CTrQ.
TanahRibathMedia.Com—Begitu pentingnya penerapan sebuah sistem Islam dalam tatanan kehidupan saat ini. Betapa tidak! Dalam dunia pendidikan agama yang dijalankan oleh lembaga pendidikan Al-Qur'an (TPQ/TPA) dan lembaga yang berkutat dalam pengajaran agama Islam, tentunya seluruh ilmu yang disampaikan terkait dalam ranah akidah-akhlak, ibadah, fikih, muamalah, sosial dalam masyarakat bangsa dan negara, dan ilmu kaidah membaca Al-Qur'an sudah seharusnya diterapkan dalam aktivitas sehari-hari.
Ilmu-ilmu yang disampaikan tentunya bukan sekadar kepada teori yang dituliskan di buku, lalu dihafalkan kemudian diujikan pada setiap semesternya, terkahir pada ujian munaqasyah dan mendapat ijazah lalu selesai. Hal ini tentulah menjadi kekeliruan yang sangat besar.
Kekeliruan ini didapati tatkala ilmu yang sudah disampaikan tidak ada berefek pada perubahan tingkah laku. Padahal secara tertulis, nyaris mendapatkan nilai excellent. Misalnya pada bahasan rukun Islam dan rukun iman yang mana santri diharapkan wajib menunaikan salat, begitupun yakin adanya Allah Yang Maha Melihat atas segala perbuatan manusia, kemudian yakin akan diawasi segala perbuatan itu oleh tentaranya Allah, yakninya malaikat Rakib dan Atid. Adapun adab makan dan minum menggunakan tangan kanan dan dalam posisi duduk. Kemudian batasan aurat laki-laki dan perempuan. Kesemuanya nyaris dijawab benar. Namun, sangat berbeda ketika penerapannya.
Sebagaimana pada saat kegiatan perlombaan mengisi hari kemerdekaan 17 Agustus 2023 yang masih hangat ini. Beragam perlombaan pun dilaksanakan diseluruh pelosok negeri. Seperti lomba makan kerupuk, lomba joget balon, lomba gerak jalan, lomba joget kreasi, lomba fashion show, lomba karoke, lomba tarik tambang, dan lain sebagainya, baik dilakukan tingkat sekolahan, warga RT/RW, kelurahan, kecamatan hingga struktur lainnya.
Pada kegiatan perlombaan ini penulis dapati bahwa peserta yang mengikuti lomba seolah lupa akan ilmu yang sudah diteguk. Misalnya lomba makan kerupuk. Pada teorinya, sebagai seorang muslim hendaknya makan dalam posisi duduk, menggunakan tangan kanan dan mengunyah dengan pelan.
Sungguh menjadi pemandangan yang ironis ketika dalam perlombaan makan kerupuk, kerupuk ini pun digantung, lalu dimakan dalam keadaan berdiri dan tidak menggunakan tangan. Walhasil, menirukan pola makan selain dari manusia. Mulai dari sifat rakus mau cepat habis, tidak ada adab, dan sangat jauh dari nilai tata krama.
Begitupun dengan ibu-ibu, atau pun bapak-bapak. Berjoget ria disaksikan oleh beragam orang dari sudut pandang berbeda, ada yang mensupport, ada yang memotret, ada yang menjadikannya bahan tertawaan, bahkan sampai pada ejekan dari regu yang menang kepada yang kalah. Begitulah faktanya, banyak lagi yang lainnya dan jauh dari nilai akhlak yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah. Adanya tabarruj, khalwat, ikhtilat dengan yang bukan mahram. Padahal ini semua dibenci oleh Allah dan Rasulullah.
Faktor Penyebab Lemahnya Penerapan Ilmu yang Sudah Didapatkan
Kekeliruan dari yang penulis paparkan di atas terjadi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Pertama, di samping faktor guru yang sudah sedemikian tegas dan lugas menyampaikan ilmu, pentingnya teladan guru dan orang tua yang sepemahaman sehingga terjalin kesamaan tujuan yang hendak dicapai. Ketika guru menanamkan ilmu, hendaknya orang tua menyirami dan memagari ilmu itu agar tidak dimakan oleh parasit sehingga terjadi tumpang tindih antara teori dan praktiknya.
Kedua, lemahnya pemahaman orang tua dan para pelaksana kegiatan. Pada dasarnya, keikutsertaan peserta lomba adalah berdasarkan ikut-ikutan atau ingin membawa nama baik suatu kelompok atau regu.
Ketiga, paham sekularisme dan liberalisme. Artinya, mereka yang ikut, memandang berdasarkan akal dan hawa nafsu. Misalnya ungkapan yang sering didengar, "kan sesekali-tidak mengapa," ada juga "ini kan dalam rangka kemerdekaan, kalau mau alim nanti pas shalawatan," dan masih banyak ungkapan lainnya. Hal ini disebabkan karena umat masih memisahkan antara aturan agama dan aturan dalam aktivitas perlombaan.
Solusi dalam Pandangan Islam
Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Islam adalah agama yang berisi sekumpulan aturan yang dijadikan asas dan menjadi pandangan hidup secara totalitas dan menyeluruh. Di dalam Al-Qur'an terdiri dari lebih 6.660-an ayat. Mencakup akidah/keimanan, ibadah puasa, bershalawat, zakat, dan haji, kisah Nabi dan Rasul, muamalah, hukum pergaulan, akhlak dalam berpakaian, akhlak kepada manusia dan akhlak mengatur lingkungan, qishas, zina, riba, tata pergaulan dan urutan mahram, tabaruj, dakwah, belajar, menulis, jihad dan politik, serta masih banyak subtansi lainnya.
Oleh karena lengkap dan menyeluruh itulah, kita sebagai orang yang beragama Islam sudah sepantasnya menjadikan Kitabullah dan Sunnatullah sebagai panduan dalam segala aspek kehidupan sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-Baqarah ayat 208 yang berbunyi:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kafah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak setan karena sesungguhnya setan adalah musuh besar bagi kalian.”
Sebagai seorang muslim kita harus mengimani bahwa Rasulullah pasti telah memberikan panduan kehidupan yang lengkap. Meskipun zamannya berbeda, tetapi kondisi manusia itu atau potensi kehidupannya tetap sama. Makanya, terakhir Rasulullah berpesan bahwa telah disempurnakannya untuk kita agama dan Allah telah mencukupkan kepada kita nikmat-Nya, dan Allah hanya meridai Islam di sisinya. Lantas apakah kita masih mencari-cari jalan lain? Masih mengikuti langkah-langkah setan?
Oleh sebab itu, perlu adanya kesadaran bersama baik guru, orang tua, pemuka masyarakat, lingkungan sekolah, dan negara untuk senantiasa menjadikan Islam sebagai asas kehidupan yang mana teori dan praktiknya harus sejalan, yaitu antara aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap). Alhasil, akan menjelma pribadi yang kokoh memegang prinsip dalam mempertahankan Islam di dadanya.
Wallahu a’lam bisshawwab.
Via
Opini
Posting Komentar