Opini
Individualisme dalam Sistem Sekuler Kapitalisme Mendatangkan Bencana
Oleh: Riza Maries Rachmawati
TanahRibathMedia.Com—Publik digegerkan dengan berita penemuan dua mayat ibu dan anak laki-lakinya berinisial GAH berusia 64 tahun dan DAW berusia 38 tahun pada Kamis (7-9-2023) sekitar pukul 10.00 WIB di perumahan elite di Cinere, Depok. Kedua mayat ibu anak itu membusuk dan sudah menjadi kerangka di dalam kamar mandi rumah. Kasus ini berawal dari kecurigaan warga dan petugas keamanan yang melihat kondisi rumah korban selalu dalam keadaan gelap tanpa listrik sejak satu bulan terakhir (kompas.com, 08-09-2023).
Kasus ini sangat mirip dengan penemuan tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat pada November 2022 lalu (kompas.com, 11-11-2022). Kriminolog Andrianus Eliasta Sembiring Meliala mengatakan bahwa ada kemiripan antara gaya hidup para korban di Cinera dan Kalideres, yaitu tertutup terhadap lingkungan sekitar, menyendiri, dan tidak mau berinteraksi dengan tetangga (tempo.co, 10-09-2023).
Sistem Sekuler Kapitalisme Membentuk Individualisme
Penemuan mayat dalam waktu yang cukup lama hingga tinggal kerangka di komplek perumahan mencerminkan masyarakat yang kurang peduli dengan lingkungan. Hal ini juga menggambarkan buruknya hubungan pertetanggaan yang terbentuk. Tak bisa dimungkiri, semua itu terjadi akibat dari dampak diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang melahirkan sikap individualis di tengah masyarakat. Sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah menetapkan liberalisme (kebebasan) sebagai standar berperilaku masyarakat. Akhirnya individu masyarakat bebas menentukan sikap yang diinginkan dalam bermasyarakat, termasuk sikap anti sosial.
Kehidupan sekuler kapitalis juga telah membangun hubungan antar individu masyarakat sebatas hubungan kepentingan dan materi semata. Sebab standar kebahagiaan yang ditanamkan di tengah masyarakat adalah standar materi berupa harta, kekuasaan, ketenaran, dan sejenisnya. Jika individu masyarakat telah meraih hal tersebut mereka merasa tidak membutuhkan orang lain lagi sehingga terbentuklah sikap acuh terhadap keadaan sekitarnya. Meski pada hakikatnya tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri atau tidak membutuhkan orang lain. Hubungan yang dibangun atas landasan materi juga seringkali mengakibatkan konflik strata sosial.
Indvidualisme ini telah menjadi karakteristik masyarakat dalam sistem sekuler kapitalisme. Dalam sistem sekuler kapitalisme, kepedulian dianggap sebagai campur tangan terhadap urusan orang lain. Sistem ini merusak interaksi sosial di masyarakat sekaligus menggerus hakikat manusa sebagai makhluk sosial. Di sisi lain, negara sekuler kapitalisme tidak akan mempermasalahkan individu atau keluarga yang melakukan sikap anti sosial ini. Sebab dalam sistem sekuler kapitalisme, negara justru hadir untuk menjamin kebebasan idividu. Negara tidak boleh mengekang kebebasan rakyat, sebab hal tersebut dianggap melanggar hak asasi seseorang.
Begitulah gambaran masyarakat dalam negara yang menerapkan sistem sekuler kapitalisme. Maka sangatlah wajar penemuan mayat yang sudah membusuk terjadi dalam sistem ini. Masyarakat yang ideal, yakni masyarakat yang menghasilkan interaksi produktif dan saling tolong-menolong dalam membangun umat tidak akan pernah terwujud selama negeri ini masih menggunakan asas sekularisme dibawah ideologi kapitalisme.
Masyarakat Saling Peduli Hanya dalam Sistem Islam
Berbeda dengan masyarakat yang terbentuk dalam kehidupan Islam, yakni kehidupan yang diatur oleh aturan Islam kafah. Islam menjadikan kepedulian terhadap tetangga sebagai akhlak mulia bahkan suatu keharusan atau kewajiban. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (Muttfaq alaih).
Dalam kitab Fathhul Baari Bab X halaman 456, berkata Al-Hafizh, “Syaikh Abu Muhammad bin Abi Jamrah mengatakan, 'Dan terlaksanakannnya wasiat berbuat baik kepada tetangga dengan menyampaikan beberapa bentuk perbuatan baik kepadanya sesuai dengan kemampuannya. Seperti memberi hadiah, salam, wajah yang berseri-seri ketika bertemu, memperhatikan keadaannya, membantunya dalam hal yang ia butuhkan dan selainnya serta menahan sesuatu yang bisa mengganggunya dengan berbagai macam cara, baik secara hissiyyah (terlihat) atau maknawi (tidak terlihat)."'
Islam memiliki mekanisme untuk mewujudkan kepedulian dalam kehidupan masyarakat secara nyata. Aturan Islam akan mengembalikan manusia pada tata aturan kehidupan dari Zat yang menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini akan diwujudkan oleh negara yang menerapkan sistem Islam, sebagai pelaksana dan penegak hukum syariat. Islam juga memiliki pandangan yang khusus dan benar tentang bagaimana seharusnya keluarga, masyarakat, dan negara terbentuk.
Islam memandang bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang yang memiliki perasaan, pemikiran, dan peraturan yang sama dan di dalamnya terjadi interaksi sosial berdasarkan aturan Islam. Dalam Islam, interaksi ini tidak terbatas dengan sesama muslim saja, tetapi juga kepada tetangga yang nonmuslim. Sistem Islam yang diterapkan dalam negara, baik pada ranah keluarga, masyarakat, maupun negara harus dibangun dan ditegakkan dengan landasan akidah Islam, bukan manfaat yang bersifat materi. Keluarga, masyarakat, maupun negara dibentuk untuk mewujudkan tujuan penciptaan manusia di dunia ini sebagai hamba, yakni untuk beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam Qur’an sura Az-Zariyat ayat 56, “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku..”
Islam menetapkan bahwa standar kebahagiaan hakiki manusia adalah rida Allah. Kemuliaan manusia tidak diukur dari banyaknya kekayaan dan capaian-capaian duniawi yang diraih, tetapi dari ketakwaannya kepada Allah. Standar kebahagiaan dan kemuliaan inilah yang akan membentuk masyarakat dalam negara dengan aturan Islam menjadi masyarakat yang gemar beramar makruf nahi mungkar. Jadi tidak akan ada masyarakat yang tidak saling peduli karena semua berlomba-lomba dalam beramal saleh dan membangun kemaslahatan di tengah kehidupan. Masyarakat yang bertakwa akan selalu mengotrol agar individu tidak melakukan pelanggaran syariat. Dalam rangka kontrol sosial ini, negara juga mengangkat hakim yang bertugas mengawasi ketertiban umum.
Demikianlah masyarakat yang saling peduli hanya terbentuk dalam negara yang menerapkan sistem Islam secara kafah, yaitu Daulah Khil4fah. Wallahu a’lam bisshhawab.
Via
Opini
Posting Komentar