Opini
Kapitalisme Individualistis Ciptakan Hidup yang Sinis
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
TanahRibathMedia.Com—Kasus meninggalnya warga di Cinere mengundang banyak tanya. Bagaimana tidak? Membusuknya jasad warga tidak diketahui hingga satu bulan lamanya. Fakta ini membuat geleng kepala. Kepedulian antar tetangga makin minimalis.
Sistem Kapitalisme Ciptakan Individualisme Akut
Penemuan jasad ibu dan anak yang sudah mengering, di Cinere, Depok, Jawa Barat, menggegerkan media pemberitaan tanah air. Kasusnya tak jauh berbeda dengan kematian keluarga di Kalideres, sekitar satu tahun lalu. Jasad ibu (64 tahun) dan anaknya (38 tahun) ditemukan pada (7-9-2023) dan keduanya telah mengering di kamar mandi (metro.tempo.co, 11-9-2023). Lokasi perumahan tempat ditemukannya jasad adalah perumahan elite yang cukup banyak penduduknya. Pihak lingkungan setempat mengatakan bahwa keluarga yang bersangkutan menutup diri dari lingkungan sejak suami meninggal, yakni 2011.
Minimnya sosialisasi dengan warga sekitar membuat kasus ini tertutup. Tak banyak warga yang mengetahui apa yang terjadi di keluarga tersebut. Aliran listrik PLN yang ada pun diputus, tetapi warga sekitar masih juga enggan bertanya, sebetulnya apa yang tengah terjadi dengan keluarga tersebut? Kasusnya pun kini masih ditangani pihak kepolisian setempat.
Seperti diketahui, kasus ini memiliki beberapa kesamaan dengan kasus kematian keluarga di Kalideres. Minimnya interaksi dengan warga sekitar membuat hubungan yang ada pun terasa hambar. Tak ada rasa kepeduliaan antar sesama tetangga. Padahal keluarga yang bersangkutan tinggal di lingkungan perumahan elite yang berkecukupan.
Betapa buruk realita kehidupan saat ini. Kepedulian antar tetangga tak lagi terjalin. Justru tetangga yang memiliki rasa peduli dianggap terlalu mencampuri urusan orang lain. Tak ada lagi rasa peduli dan kemanusiaan antar tetangga. Yang ada, hanya rasa ego dan "benteng" emosi yang tak mau masalahnya dicampuri oleh siapa pun. Pola hubungan individu yang kini ada telah bergeser. Sikap individualistis telah merajai dalam pola hubungan bermasyarakat. Individualis, egois dan apatis, menjadi karakteristik individu yang terlahir dari sistem kapitalisme yang saat ini dijadikan pijakan dalam kehidupan. Alhasil, masyarakat tak lagi saling peduli. Bahkan cenderung pura-pura tak tahu agar tak dianggap merusak urusan orang lain.
Parahnya lagi, sikap individualisme ini dipandang sebagai sikap yang wajar saja terjadi karena dianggap sebagai sikap yang praktis dan tak memantik masalah antar individu dalam bermasyarakat. Pola pikir masyarakat saat ini mempercayai jika setiap urusan individu harus dihadapi sendiri. Tak perlu ada campur tangan pihak lain, apalagi tetangga. Sebab, semua ini hanya akan menimbulkan masalah baru, seperti akan digunjing dan sebagainya. Dan sikap ini menjadi hal yang lumrah terjadi, terutama di masyarakat perkotaan.
Inilah refleksi sistem kapitalisme yang mengagungkan kebebasan individu. Hak individu dianggap sebagai hak privasi yang harus dihormati dan dijaga. Tanpa perlu orang lain mencampurinya. Tentu saja, hal ini akan menimbulkan efek yang bahaya. Tak ada rasa peduli, minim empati, sehingga akhirnya mematikan sifat sosial dari setiap individu. Padahal fitrahnya manusia adalah makhluk sosial yang seharusnya saling peduli dan menjaga.
Sistem kapitalisme, benar-benar tak layak dijadikan panduan. Sifatnya yang merusak pasti akan mencabik tatanan kehidupan bermasyarakat sehingga akhirnya individu manusia-lah yang sengsara.
Islam Menjaga Hubungan Antar Manusia
Islam mengajarkan untuk saling amar makruf nahi mungkar. Saling menasihati dalam kebaikan bukan berarti saling mencampuri urusan orang lain. Konsep Islam jelas menetapkan aturan sehingga setiap muslim terhindar dari sikap cuek dan individualisme. Tak hanya amar makruf nahi mungkar, Islam juga mengajarkan kita untuk saling menolong dalam kebaikan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya." (QS Al-Ma'idah: 2)
Dengan tolong-menolong, kekuatan dan ukhuwah islamiah senantiasa kokoh terjaga secara kontinu. Sedangkan sifat individualis merupakan sikap yang tak sesuai dengan syariat Islam, sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya.” (HR Bukhari).
Dalam Islam, setiap tetangga disyariatkan untuk saling membantu dan menjaga. Konsep ini bukan berarti untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi sebagai bentuk kepeduliaan bahwa sesama tetangga adalah saudara. Bahkan ada ungkapan, saudara terdekat adalah tetangga sehingga berbuat baik dan saling peduli adalah sikap yang dianjurkan demi menjaga keutuhan hubungan dalam masyarakat. Agar tercipta ketenangan, keharmonisan, dan persaudaraan.
Sistem Islam senantiasa menjaga penerapan syariat Islam secara menyeluruh, baik pengaturan bermasyarakat maupun bernegara. Negara pun mengatur dengan tegas tata aturan sosial, lengkap dengan sistem sanksinya sehingga kontrol masyarakat mampu terus optimal terlaksana di bawah pengawasan negara.
Sistem Islam dengan aturannya yang amanah meniscayakan keseimbangan dalam ekonomi. Pola hidup saling tolong, amar makruf, dan saling menjaga akan menciptakan keharmonisan dalam bermasyarakat. Alhasil, tak ada sikap saling cuek dan tak peduli. Keharmonisan akan tercipta dan individu pun akan saling menjaga. Inilah hakikat penjagaan syariat Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Hanya syariat Islam-lah yang mampu melahirkan maslahat. Tak ada pilihan lain.
Wallahu a'lam bisshawwab
Via
Opini
Posting Komentar