Motivasi
Mengikat Ilmu dengan Menulis
Oleh: Maman El Hakiem
TanahRibathMedia.com—Tidak ada kata terlambat dalam mencari ilmu karena mencari ilmu adalah kewajiban sepanjang hayat. Sejak buaian hingga liang lahat beban itu dipikul manusia yang memiliki akal sehat. Jika ada pepatah yang mengatakan mencari ilmu di usia muda bagaikan menulis di atas batuan, sedangkan mencari ilmu di usia senja bagaikan menulis di atas air. Sebenarnya tidak ada yang percuma karena yang ditekankan adalah kewajibannya, bukan seberapa hebat ia menyerap ilmu.
Potensi akal manusia pada dasarnya memiliki daya serap yang sama, hanya saja ada yang sering dilatih, tetapi banyak yang kemampuan akalnya tersebut dibiarkan membeku tanpa mau belajar mencari ilmu. Kebodohan itu bukanlah ketetapan, melainkan pilihan dari konsekuensi malasnya menunaikan ketaatan dalam memenuhi kewajiban menuntut ilmu. Padahal sebagaimana bunyi hadis:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim." (HR Ibnu Majah)
Sebuah kewajiban akan terus melekat di pundak seseorang hingga ia sempurna menunaikannya. Kesempurnaan ilmu tidak lain ketika ilmu menjadi cahaya penerang dalam kegelapan. Konsekuensi dari ilmu bukan sekadar dipelajari dan dipahami, melainkan juga diamalkan dalam kehidupan. Berapa banyak ilmu yang didapat, tetapi tidak mampu mengubah pemikiran atau cara pandang, apalagi memberikan kesadaran baru tentang makna kehidupan yang benar dan diridai Allah Swt.
Ilmu itu harus sering diulang dan diingat, maka di sinilah pentingnya mengikat ilmu dengan aktivitas menulis agar ilmu yang didapat bisa menjadi pengingat (reminder) dan memberikan manfaat untuk umat. Kita bisa memahami ilmu dengan cepat bukan sekadar direkam dalam memori ingatan melalui bahasa lisan, tetapi lebih kuat jika melalui bahasa tulisan karena akan mampu bertahan di sepanjang zaman.
Dalam sejarah peradaban manusia, aktivitas tulis-menulis menjadi pusat perhatian karena dengan menulis sejarah peradaban manusia bisa diwariskan pada generasi selanjutnya dalam kurun waktu puluhan, ratusan, bahkan ribuan tahun. Manusia sejatinya mempunya naluri mempertahankan eksistensinya, salah satunya diwujudkan melalui bukti tulisan sebagai saksi sejarah.
Mereka yang terbiasa menulis akan selalu mencatat setiap peristiwa dalam hidupnya untuk menjadi cermin, hikmah atau pelajaran di masa depan. Orang bisa mengenali sejarahnya di masa lalu karena ada bukti tulisan, walaupun tertimbun oleh reruntuhan peradaban dan pergantian zaman, tetapi tetap akan ada saja orang yang menceritakannya. Seperti halnya dalam adab menuntut ilmu bahwa keberkahan ilmu akan didapat ketika ada sanad keilmuan yang tersambung dengan penulis kitab dari ilmu yang dipelajarinya tersebut.
Untuk itu, tetaplah bertahan menulis sebagai jalan dakwah, hanya mereka yang istikamah mengikat ilmu dengan menulis yang dapat menikmati manis pahitnya kehidupan dengan penuh kesabaran hingga datangnya pertolongan Allah Swt. Sebaik-baiknya tulisan adalah yang mampu memberikan pencerahan dan perubahan cara berpikir umat dari cara berpikir jahiliah menuju Islam yang menenteramkan hati dan memuaskan akal. Wallahu a’lam bisshawwab.
Via
Motivasi
Posting Komentar