Opini
Pembangunan Musi III, untuk Siapa?
Oleh: Daliyem
(Aktivis Muslimah Palembang)
TanahRibathMedia.Com—Berdasarkan berita dari harianhaluan.com (3-9-2023), Sumatera Selatan akan membangun proyek Jembatan Musi III, sebuah jembatan terowongan dalam air pertama di Indonesia. Pembangunan ini akan membutuhkan dana fantastis yang diperkirakan mencapai 5 triliun rupiah. Rencana pembangunan ini juga dikabarkan akan menggandeng investor Cina. Jembatan Musi III akan dibangun melintasi kawasan Pulau Kemaro yang menghubungkan Sungai Gerong Pertamina Plaju di Ulu dan Sungai Batang di Kalidoni.
Siapa yang Sejahtera?
Jika kita berbicara fakta, arus lalu lintas dengan menggunakan terowongan bawah laut yang akan menghabiskan dana 5 triliunan tentunya bukan untuk nelayan atau sekadar orang yang ingin menyeberang ke seberang Sungai Musi. Namun, tidak bisa dimungkiri pembangunan jembatan ini didorong oleh gengsi semata demi menjadi kota terdepan dalam pembangunan kota. Proyek ini hendaknya dilihat apa manfaatnya bagi masyarakat. Sesuai atau tidak untuk hajat masyarakat.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap fasilitas infrastruktur yang dibangun selalu ada kepentingan yang bermuatan bisnis, apalagi jika menggandeng para investor. Investor asing dianggap sebagai patner bisnis yang menjanjikan yang nantinya akan membantu jalannya pembangunan infrastruktur tersebut.
Beginilah pembangunan dalam sistem kapitalisme, sesuatu yang menguntungkan akan dilindungi dan diurusi. Pinjaman utang dari negara luar atas nama investasi akan disetujui segala syaratnya, pun termasuk kebolehan mendatangkan tenaga kerja dari asing untuk pembangunan proyek tersebut. Lalu, siapa yang disejahterakan dalam hal ini? Para pendukung kapitalisme atau rakyat?
Ironis negeri yang mayoritas muslim, tetapi masih menerapkan sistem kapitalisme yang hanya mengurus para korporasi. Rakyat jelata hanya sebagai pihak yang ditekan dan yang paling menderita. Potret seperti ini sudah menjadi hal lumrah. Lalu, apa solusi hakikinya?
Sistem Islam adalah Rahmatan lil ‘Alamin
Jika kita melihat sejarah yang menerapkan sistem Islam dimasa Umar bin Khattab, tentunya banyak kita temui teladan para penguasa dalam mengurusi rakyatnya. Ketika Khalifah Umar membangun jalan di Irak penuh dengan kehati-hatian, khalifah khawatir ada hewan seperti onta yang mengangkat barang terperosok ke jurang sehingga menyebabkan hewan tersebut mengadukan kepada Allah Swt. perihal kepengurusan Khalifah Umar pada saat itu.
Hikmah yang kita bisa petik adalah pembangunan infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan lain sebagainya adalah bentuk pengurusan negara terhadap rakyatnya. Sebagaimana para pemimpin Islam terdahulu melayani urusan umat sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunah secara totalitas (keseluruhan) sehingga membawa kemaslahatan dan rahmat bagi seluruh alam, termasuk hewan, ekologi di sekitarnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (TQS Al-Baqarah [2]: 208)
Tentu kekhawatiran penguasa seperti Khalifah Umar hanya ada di dalam sistem Islam yang sempurna yang diterapkan bagi seluruh rakyatnya. Ketakutan pada Allah Swt. adalah bentuk ketakwaan yang dibangun di atas fondasi pandangan hidup yang kokoh. Kepemimpinannya sebagai raa’in (pengurus rakyat) dan junnah (pelindung rakyat) benar-benar menjadikan mereka (para khalifah) menjalankan amanah yang Allah Swt. bebankan padanya dengan ketakwaan.
Para penguasa juga memberikan jaminan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di yaumil hisab. Ketakwaan individu, masyarakat, dan negara menjadi dorongan ketakwaan hanya mengharap keridaan Allah Swt.. Oleh karena itu, rakyat butuh penguasa yang adil yang mampu memenuhi hajat hidup mereka. Kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan harus terpenuhi dengan mudah dan murah bagi seluruh elemen masyarakat.
Jika mau belajar dari pengalaman, maka dengan penerapan Islam secara kafah akan menjamin kesejahteraan dan keadilan, sebagaimana para penguasa setelah Rasulullah saw. dulu menjadikan Islam sebagai landasan dalam memimpin dan melayani rakyatnya. Semoga Allah Swt. segera mengembalikan kembali peraturan, perasaan, dan pemikiran Islam di benak para pemimpin dan kaum muslimin.
Wallahu a’lam bishawwab
Via
Opini
Posting Komentar