Straight News
Asih Ummu Ayyash: Buka Mata dan Ambil Peran untuk Palestina!
TanahRibathMedia.Com—Pemateri kajian bulanan Forum Muslimah Perindu Surga (Formusda), Ummu Ayyash menyampaikan agar kita membuka mata dan mengambil peran untuk Palestina.
"Sebagai kaum muslimin, wajib bagi kita membuka mata dan mengambil peran untuk saudara kita di Palestina," ungkapnya sebagai awal pembukaan kajian Formusda (22-10-2023) di Batam.
Selanjutnya ia menyebutkan sebuah hadis bahwa seorang muslim adalah saudara muslim yang lain.
عَÙ†ْ أبْÙ†ِ عُÙ…َرَ رَضِÙ‰ الله عَÙ†ْÙ‡ Ù‚َالَ: Ù‚َالَ رَسُÙˆْÙ„َ اللهِ صَÙ„ّÙ‰ الله عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ّÙ…َ: الْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ُ Ø£َØ®ُÙˆْ الْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ِ لا ÙŠَضْÙ„ِÙ…ُÙ‡ُ ولايخذله Ùˆَلا ÙŠُسْÙ„ِÙ…ُÙ‡ُ
Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim).
"Sungguh, seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain. Maka dari itu, derita Palestina merupakan derita seluruh umat Islam di dunia," tukasnya.
Sebagai pemateri sekaligus pembina formusda, Ummu Ayyash menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh penjajah Israel adalah tindakan genosida, mereka lah teroris yang sesungguhnya.
"Sebuah opini yang menyesatkan mengatakan bahwa warga Palestina dan Hamas adalah teroris. Sungguh ini opini yang keliru. Justru, yang bertindak sebagai teroris adalah Zionis Israel laknatullah yang merampas wilayah Palestina dan melakukan tindakan genosida besar-besaran di Palestina," bebernya.
Teh Asih, sapaan akrabnya mengisahkan sejarah mengapa Israel ingin merampas tanah Palestina.
"Bermula dari seorang tokoh utama gerakan Zionisme yakni Theodore Herzl yang disebut sebagai Bapak Negara Israel. Ia menuliskan sebuah buku dengan judul Der Judenstaat yang berisi ingin mendirikan negara Yahudi. Theodore Herzl lalu memberanikan diri untuk meminta wilayah kepada khalifah di masa itu yakni Sultan Abdul Hamid II. Reaksi Khalifah Sultan Abdul Hamid II pada masa itu menolak dengan keras dan tegas untuk memberikan wilayah Palestina meskipun hanya sejengkal," paparnya.
Sebagai seorang khalifah, lanjutnya, Sultan Abdul Hamid II memahami bahwa wilayah Palestina merupakan tanah Kharajiah yakni tanah yang ditaklukkan tanpa peperangan pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang harus dijaga dan dipertahankan.
Teh Asih juga membeberkan kronologi penyerahan Palestina kepada Yahudi Inggris.
"Penjajahan Zionis Yahudi bermula pasca melemah dan runtuhnya Khilafah Ustmani/Ottoman Turki. Penjajahan dimulai dari peristiwa Perjanjian Sykes-Picot pada 1916 antara Inggris dan Prancis. Inggris dan Prancis membagi peninggalan Khilafah Utsmaniyah / Ottoman Turki di wilayah Arab. Pada perjanjian tersebut ditegaskan bahwa Prancis mendapat wilayah jajahan Suriah, Lebanon, Afrika (Mesir, Ethiopia, Libiya dll) sedangkan Inggris memperoleh wilayah jajahan Irak dan Yordania. Sementara itu, Palestina khususnya old city dijadikan status wilayahnya sebagai wilayah internasional. Pada tahun 1917 Pemerintah Inggris melalui Menteri Luar Negeri, Arthur Balfour mengirimkan surat kepada pemimpin Yahudi Inggris, Lord Rotschild bahwa Pemerintah Inggris menyerahkan Palestina kepada Mereka," terangnya.
Sungguh, imbuhnya, kondisi Palestina hari ini adalah tanggung jawab seluruh kaum muslimin. Maka, ada beberapa peran yang harus diambil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peran dalam jangka pendek, pertama yaitu melalui jihad ilmu dan harta. Dengan belajar memahami Islam, lalu mengajarkannya kepada umat.
Ia juga menekankan bahwa konflik Palestina dan Yahudi tidak akan pernah berakhir, dan akan senantiasa terulang tanpa ada kekuatan yaitu persatuan kaum muslimin.
"Kita memahami bahwa konflik Palestina tidak kunjung selesai karena tidak adanya persatuan kaum muslimin di seluruh dunia. Jadi hal yang mesti kita lakukan adalah menyadarkan umat agar mereka sadar dan mau berjuang mewujudkan institusi Islam yang akan mampu menghadapi dan mengusir penjajah Yahudi dari bumi para Nabi," jelasnya.
Sebagai dukungan dan bantuan kita, katanya kembali, adalah terus menyeru kepada penguasa negeri muslim agar mengirimkan pasukan militer untuk membantu saudara yang ada di Palestina.
Terakhir, Teh Asih mengingatkan kepada seluruh peserta kajian pentingnya menyadarkan umat pentingnya persatuan, karena umat Islam bagaikan satu tubuh. Apabila satu tubuh sakit, maka tubuh yang lain juga mengalami kesakitan.
"Tidak ada solusi lain untuk konflik di Palestina kecuali dengan jihad dari para militernya dan persatuan umat Islam di bawah naungan Khil4f4h," pungkasnya. [] Nai
Via
Straight News
Posting Komentar