Opini
Fungsi Strategis Seorang Ibu
Oleh: Sunaini, S.Pd, CTrQ
(Pengasuh Rumah Tahfidz Qur'an Habil Bilal)
TanahRibathMedia.Com—Menjadi ibu adalah dambaan semua perempuan yang sudah menikah. Maka untuk itu pentingnya memahami beberapa fungsi strategis seorang ibu. Islam menempatkan kedudukan penghormatan kepada ibu lebih tinggi daripada ayah dikarenakan pengorbanannya.
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah dari Abu Hurairah ra. berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali? Nabi Shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, Ibumu. Dan orang tersebut kembali bertanya, kemudian siapa lagi? Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, Ibumu. Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi? Beliau menjawab, Ibumu. Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi, Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, kemudian ayahmu.’” (HR Bukhari dan Muslim).
Menjadi ibu tentulah tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh segudang ilmu, kesabaran, dan keikhlasan tingkat tinggi untuk dapat menghidupkan keluarga yang bahagia, penuh nuansa keharmonisan, dan memiliki prinsip-prinsip Islam.
Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa pengorbanan ibu ketika mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan, tidak bisa hanya sekadar pandai, tetapi butuh strategi pengalaman yang diperoleh dari membaca, bertanya, dan berguru kepada suhunya. Oleh karenanya, ketika menghadapi masalah, ibu tidak mudah tersulut emosi kepada anak, suami, ataupun orang-orang di sekelilingnya.
Maka setidaknya, seorang ibu tidak hanya pandai mengurus rumah tangga, tetapi ibu harus menguasai fungsi lainnya. Berikut ini beberapa fungsi ibu:
Pertama, fungsi pengurus yang disebut ummu warabbatul bait (Ibu adalah pengurus rumah tangga) mulai dari mengurus urusan dapur, sumur, dan kasur. Ahli dalam memasak menu kesukaan keluarga sehingga keluarga betah makan makanan ibu. Kemudian cekatan dalam bersih-bersih rumah karena kebersihan adalah bagian dari iman. Kemudian pandai menyenangkan hati suami di kala memandangnya dan dapat melayani dengan penuh keikhlasan.
Kedua, fungsi pendidik, madrasatul ula (pendidik pertama). Ibu adalah gambaran keberhasilan anak. Betapa banyak kisah kehebatan seorang anak yang dididik oleh ibu yang memiliki pemahaman Islam yang kokoh. Ia paham betul akan fondasi agama untuk anaknya, kemudian menancapkan tiang agama ke relung hati anaknya dengan penuh kasih sayang dan seterusnya nilai-nilai kehidupan sehingga lahirlah Nabi Muhammad manusia pilihan Allah dari Ibu Siti Aminah. Kisah Ibu Imam Syafi'i yang begitu waro' (hati-hati) memperhatikan segala sesuatu yang masuk ke dalam mulut anaknya dan juga kisah Imam Bukhari yang selalu dicarikan guru-guru terbaik untuk nya. Begitulah fungsi ibu sebagai madrasah pertama untuk anak-anaknya.
Ketiga, fungsi politis yaitu ibu adalah agen perubahan dalam meriayah umat atau mengambil peran dalam mengurus urusan umat berupa kepedulian dan perhatian. Fungsi ketiga ini adalah level tertinggi yang dicapai oleh seorang perempuan atau ibu. Di waktu yang bersamaan saat mengurus diri, rumah tangga dan anaknya, ia selalu ingat dan peduli kepada saudara, tetangga, dan banyak orang. Bentuk kepedulian paling tinggi itu adalah mencerdaskan umat dengan pemikiran Islam. Menjelaskan bahwa Islam harus menjadi ide dasar pemahaman sehingga segala perbuatan terikat dengan hukum syariat. Mencerahkan ini bisa dilakukan melalui dakwah secara langsung maupun perantara media sosial.
Begitulah hendaknya semua ibu atau perempuan harus memahami ketiga fungsi tersebut. Ketika suaminya rida, maka rida dari Allah Ta'ala juga akan diraih. Oleh sebab itu, marilah menjadi ibu yang tangguh di zaman yang penuh tantangan ini untuk melanjutkan perjuangan ibu dan perempuan kaum muslimin terdahulu.
Wallahu a’lam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar