Straight News
Sikap Malas Muncul Akibat Jarang Menghayati Kemuliaan dan Keutamaan Ilmu
TanahRibathMedia.Com—Pengasuh Kajian Mutiara Umat, Ustazah L. Nur Salamah, S.Pd., kembali menjelaskan tentang penyebab munculnya sikap malas karena jarang menghayati tentang kemuliaan dan keutamaan ilmu.
"Sungguh telah dikatakan bahwa sikap malas itu muncul karena jarang menghayati kemuliaan dan keutamaan ilmu," terangnya diawal pembukaan kajian Kitab Adab Ta'limu Al-Muta'alim Thoriqotu Ta'lum, Selasa (3-10-2023) di Batam.
Menurutnya sikap malas disebabkan karena sedikitnya kita mencermati kebaikan-kebaikan yang ada pada ilmu, tidak menyadari dan merasakan betapa banyaknya kebaikan di dalam majelis ilmu, proses menuntut ilmu, dan orang yang berilmu.
"Karena kurangnya kesadaran dan mencermati tentang keutaaman di dalam ilmu, hal inilah yang membuat orang tersebut bersikap malas. Manisnya ilmu akan dirasakan dengan berlelah-lelah dan bukan bermalas-malasan," paparnya.
Bunda, sapaan akrabnya, mengingatkan kembali, bahwa dalam menuntut ilmu seyogianya harus berlelah-lelah, berupaya, dan berusaha dengan maksimal.
"Sebagai contoh berusaha maksimal dalam menuntut ilmu, rela tidak tidur malam, berusaha mencari referensi, dan mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam bermajelis ilmu seperti alat tulis," ungkapnya.
Ustazah L. Nur Salamah, juga mengingatka kepada para peserta kajian sekaligus memberikan contoh bahwa ketika menuntut ilmu kita harus mampu membagi waktu memakai skala prioritas.
"Sebagai seorang ibu rumah tangga, kita harus bisa memahami mana hal yang prioritas atau yang didahulukan. Misalnya, pada hari yang sama ada kajian, maka upayakan diri untuk terlebih dahulu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dengan bangun lebih cepat dan bergegas menyiapkan segala sesuatunya," jelasnya.
Seyogianya, tandasnya, dalam menuntut ilmu kita harus semangat, berlelah-lelah, bersungguh-sungguh, dan kontiniunitas.
Ia juga menambahkan pentingnya memperhatikan tentang fadilah-fadilah atau keutamaan dari ilmu. "Penting ya bagi kita sebagai penuntut ilmu memperhatikan dan memahami keutamaan-keutamaan ilmu, sehingga tidak boleh bersantai ria, atau sekadar 4D, yaitu datang, duduk, diam, delongo (bingung).
Sesungguhnya, tegasnya, Ilmu itu akan kekal jika selalu dimurajaah (dikaji dan diulang) terus-menerus. Sedangkan harta akan binasa. Maka sungguh rugi jika kita terlalu mengejar dunia dan melupakan kewajiban menuntut ilmu.
"Sebagaimana dikatakan oleh Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhu; Kami rida, pembagian Allah untuk kami. Ilmu untuk kami, dan harta buat musuh kami. Sesungguhnya harta itu akan sirna dalam waktu yang sangat singkat. Sedangkan ilmu akan tetap ada dan memang demikian adanya. Begitupun ilmu yang bermanfaat akan diperoleh jika selalu menyebutkan kebaikan-kebaikan dari ilmu tersebut," bebernya.
Ia juga memberikan contoh dari maksud menyebutkan kebaikan-kebaikan. "Sebagai contoh kitab adab yang sedang kaji saat ini, penulisnya sudah lama meninggal ratusan tahun yang lalu (Imam Az-Zarnuji Rahimahullah) namun kitab ini panjang umur dan seolah-olah abadi. Kebaikan-kebaikan dari penulisnya juga dipanggil dengan sebutan Rahimahullah, Karamallahu Wajha, Al-Imam dan semisalnya. Hal ini bertujuan agar kita memperoleh keberkahan dan kebermanfaatan ilmu tersebut," paparnya.
Mengajarkan ilmu dan menyampaikannya, ulasnya kembali adalah sarana untuk menjaring amal jariyah dan berharap adanya pertolongan di hari kiamat.
Terakhir ia menekankan bahwa dalam belajar dan mengajarkan ilmu hanya berharap kebaikan dari Allah SWT di hari perhitungan.
"Kita tidak pernah tahu, di antara kita siapa yang akan masuk surga, dan tangan siapa yang akan menolong kita dari panasnya api neraka. Tugas kita hanyalah menyampaikan ilmu dan kebaikan. Tidak berharap materi atau jumlah uang di dalam amplop. Bersyukur, apabila ada yang mengamalkan, maka menjadi pahala jariyah bagi yang menyampaikan," pungkasnya. []Nai
Via
Straight News
Posting Komentar