Opini
Sistem Kapitalisme Diemban, Masyarakat Menjadi Korban
Oleh: Lia Purwati
(Penulis, Penggiat Literasi Islam Pekanbaru-Riau)
TanahRibathMedia.Com—Sungguh miris membaca berbagai berita kriminalitas seperti pembunuhan yang dilakukan oleh suami kepada istrinya. Padahal lelaki jika sudah menjadi suami, maka dirinya harus menjadi qawwam atau pelindung bagi istri dan keluarganya. Namun, faktanya belakangan ini, alih-alih menjadi seorang pelindung, suami malah menjadi pelaku utama pembunuhan istrinya. Apakah dengan membunuh semua masalah menjadi tuntas? Lalu mengapa saat ini membunuh menjadi perkara mudah untuk dilakukan?
Belum lama ini, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan beredarnya berita suami di Cikarang yang tega membunuh istrinya. Mirisnya lagi, aksinya itu dilakukan di depan kedua anaknya yang masih balita (liputan6.com, 07-09-2023).
Kini nyawa manusia tampaknya sudah mulai tak berharga. Hanya karena persoalan biasa, bisa membuat nyawa melayang. Manusia seolah sudah tak memiliki rasa empati. Saat marah mulai menguasai diri, hilanglah sudah hati nurani.
Makin Sadis
Kasus pembunuhan akhir-akhir ini sangatlah sadis. Ditambah pelaku pembunuhannya merupakan sosok lelaki dambaan hati yang dahulunya sama-sama mengikat janji sehidup semati, kini tega menghabisi nyawa kekasih hati. Kalimat cinta dan kasih sayang yang dulu sering diungkapkan, kini malah hilang saat amarah itu datang. Padahal hewan saja yang tidak diberikan akal masih lebih sayang kepada keluarganya.
Kejadian seperti ini bukanlah kasus yang pertama. Akan tetapi, banyak kasus lainnya di luar sana yang tidak sampai diketahui oleh publik atau mungkin sampai saat ini belum terungkap. Penyebabnya tentu bermacam-macam, mulai dari masalah ekonomi, perceraian, hingga perselingkuhan. Semua penyebab ini mampu membuat individu menjadi kalut sehingga bertindak di luar batas.
Masalah Sistemik
Tingginya tingkat kriminalitas salah satunya tidak terlepas dari permasalahan ekonomi. Sistem ekonomi di era kapitalisme saat ini justru melahirkan banyak kesenggsaraan hidup. Pekerjaan yang sulit didapat, bahan pokok yang meningkat, serta tuntunan hidup yang makin tinggi sehingga membuat tingkat stres juga meningkat, alhasil para suami akhirnya melampiaskan amarah kepada pasangannya.
Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya perselisihan hingga pembunuhan atau tindak kriminalitas adalah dampak dari penerapan sistem sekuler kapitalisme.
Pergaulan juga dibiarkan berjalan sebebas-bebasnya. Sekadar contoh, seseorang yang sudah berumah tangga dan memiliki pasangan halal pun bebas berinteraksi atau memiliki hubungan gelap dengan lawan jenisnya. Alhasil, muncullah orang ketiga dalam pernikahan tersebut yang menyebabkan perkelahian hingga akhirnya terjadi hal yang tidak diinginkan.
Di sistem ini, pasangan suami istri ibarat mainan yang jika bosan tinggal dicampakkan. Pernikahan yang sakral dan sarat akan ikatan mulia di hadapan Sang Pencipta malah dijadikan mainan tanpa unsur keimanan. Beginilah sesungguhnya potret kebobrokan kehidupan dalam negara sekuler kapitalisme, ideologinya tidak mampu menciptakan suasana sakinah, mawadah, warahmah dalam keluarga atau ikatan pernikahan.
Tingginya angka kriminalitas di masyarakat seharusnya mampu membuat masyarakat sendiri sadar bahwa kapitalisme hanya membuat kerusakan tanpa adanya solusi yang mendasar.
Islam Solusinya
Sebagai umat muslim, kita wajib meyakini bahwa hanya Islam yang mampu mengatur segala kehidupan manusia, serta menyelesaikan segala bentuk permasalahan kehidupan. Begitu juga permasalahan dalam pernikahan. Islam mengajarkan untuk selalu mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah Swt..
Akidah Islam-lah yang menjadi landasan untuk selalu mengikuti aturan Allah tersebut. Apabila keimanan seseorang di dalam rumah tangganya sangat kuat kepada Allah, niscaya suami istri akan selalu bersabar dalam segala keadaan. Bahkan membuatnya yakin bahwa ujian diberikan karena Allah percaya mereka mampu melaluinya. Ketika individu bersabar dengan segala bentuk ujian, maka akan membuahkan pahala yang banyak di akhirat kelak.
Islam juga menganjurkan mengubah posisi menjadi lebih rendah ketika sedang marah. Misalnya, saat marah dalam keadaan berdiri, maka dianjurkan untuk duduk, jika marah dalam keadaan duduk, maka dianjurkan untuk berbaring. Bahkan ketika amarah tak kunjung hilang, dianjurkan untuk mengambil wudhu.
Selain itu, Islam juga mengatur hubungan dalam pernikahan. Posisi suami sebagai qawwam (pemimpin) mengharuskan istri untuk selalu taat akan perintah suaminya. Selama perintahnya tidak bertentangan dengan hukum yang ada dalam syariat Islam. Begitu pula suami, harus selalu membimbing serta mengayomi istrinya, serta anak-anaknya. Suami dan istri harus saling menghormati, menghargai, dan membantu satu sama lain dengan cara yang makruf, yang dibenarkan oleh syariat.
Islam adalah ideologi yang mampu menyelesaikan segala permasalahan dengan sempurna. Begitu pun dalam hal ekonomi, masyarakat akan hidup berkecukupan jika menerapkan ekonomi yang sesuai aturan Islam. Dengan menerapkan aturan yang berasal dari Allah, bukan dari manusia, niscaya akan memberikan kesejahteraan dan kemaslahatan. Demikian juga dengan penerapan sistem pergaulannya. Negara yang menerapkan Islam akan meminimalikan atau mencegah adanya perceraian, perselingkuhan, dan hal semacamnya dengan sistem pergaulan yang tidak sembarangan dan bebas seperti saat ini.
Semua itu hanya bisa didapatkan jika menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Negara yang menerapkan aturan Islam secara kafah (menyeluruh) akan selalu bertanggung jawab penuh atas rakyatnya karena setiap perbuatan pasti akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Swt. kelak. Wallahu a’lam bisshawwab
Via
Opini
Posting Komentar