Opini
Solusi Atasi Konflik Palestina-Israel
Oleh: Ai Qurotul Ain
(Pengamat Kebijakan)
TanahRibathMedia.Com—Konflik Palestina-Israel sangatlah pelik dan tidak kunjung membaik. Perang terus bergenderang dengan ledakan demi ledakan yang memekakkan. Gedung-gedung tumbang, bahkan para wanita dan anak-anak menjadi sasaran.
Jangankan kesejahteraan, kemerdekaan tak kunjung mereka rasakan. Sejak peradaban Islam digantikan, keamanan dan ketenangan kian tenggelam. Dengan penuh perjuangan, mereka saudara kita di Palestina terus berupaya mewujudkan kedamaian.
Anak-anak tidak lagi memikirkan pendidikan bahkan mereka telah bersiap menghadapi kematian. Para ibu tak lagi menangis bersedih karena kehilangan, tetapi mereka bangga anaknya menjadi syuhada. Para pemuda dan tulang punggung keluarga tidak lagi sibuk memikirkan mencari kerja, tetapi mereka pertaruhkan nyawa untuk membela agama, walaupun tanpa senjata.
Konflik Palestina-Israel adalah Penjajahan
Palestina yang menjadi tanahnya para nabi adalah wilayah kaum muslim. Di dalamnya terdapat masjid yang Allah muliakan. Lalu sekelompok orang Yahudi meneror dengan senjata apinya. Tidak mengenal laki-laki atau perempuan, tua atau muda, mereka terus melakukan penyiksaan tanpa perikemanusiaan. Melakukan penyerangan dadakan dari darat maupun udara sampai menghancurkan tempat-tempat umum, seperti sekolah dan tempat ibadah. Bahkan berulang kali jemaah salat di Masjid Al- Aqsha ditembaki.
Zionis Israel sang penjajah terus menjarah, merebut, dan merampas wilayah kaum muslim secara paksa. Konflik ini makin meradang yang diawali sejak bermigrasinya Yahudi ke Palestina lebih dari 100 tahun yang lalu (CNBC Indonesia, 16-10-2023). Kedamaian digantikan dengan kondisi yang mencekam. Rakyat Palestina terus terpojokkan, mereka bagaikan hidup dalam penjara. Wilayah perbatasan terus diawasi sampai akhirnya sulit untuk bertahan dalam kondisi ini.
Maka jihad fisabilillah menjadi harga yang tidak tertawar lagi. Mereka sekuat tenaga melawan para penjajah dengan semangat untuk menang atau mati syahid menjadi cita-cita tertinggi. Begitu juga dengan Hamas, kelompok pejuang Palestina yang yang bersatu dan menyusun strategi untuk menghentikan kekejaman Israel.
Hanya yang Berkarakter Penjajah yang Membela Penjajah
Sangat mengherankan jika masih ada tokoh negara atau orang-orang yang sangat yakin mengatakan bahwa Hamas adalah pemicu kerusuhan. Bahkan lebih aneh lagi saat mereka menuduh Hamas sebagai teroris. Padahal dunia menjadi saksi bahwa yang selalu melakukan aksi teror bahkan kejahatan genosida adalah Zionis Israel.
Betapa tidak adil jika perlawanan terhadap kezaliman yang sudah berlangsung sangat lama, justru disebut pembuat kerusuhan. Sampai-sampai berbagai negara terang-terangan membela Israel. Tidak hanya pembelaan, bahkan memberi dukungan seperti persenjataan, dan kekuatan kebal hukum. Negara pendukung Israel meliputi Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan beberapa negara lainnya (CNN Indonesia, 12-10-2023).
Padahal sudah sangat jelas sepak terjang Israel yang sering kali melanggar perdamaian dunia, aturan perang, bahkan menjadi pembohong ulung terhadap pernyataannya sendiri. Pembelaan terhadap Israel ini jelas salah karena mereka hanya kelompok penjajah yang merampas wilayah. Dan makin jelaslah negara mana saja yang berkarakter penjajah.
Pembelaan terhadap Palestina
Konflik Palestina -Israel tampaknya sulit diselesaikan karena akan terus terjadi perbedaan persepsi tentang hak atas tanah Palestina. Berbagai belahan dunia memberikan penilaian masing-masing. Bahkan banyak di antaranya yang melakukan tindakan atau sekadar memberi pernyataan di media masa.
Di samping adanya dukungan terhadap Israel, banyak juga negara yang membela Palestina. Hanya saja sangat disayangkan, mereka yang membela Palestina tidak mampu memberikan bantuan apa pun yang mampu menyelamatkan dan membebaskan dari penjajahan. Yang bisa dilakukan hanya mengirim bantuan materi seperti makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, dan sebagainya. Sisanya, kaum muslim hanya bisa menyaksikan penderitaan dan perjuangan mereka.
Kalimat kecaman juga banyak dilontarkan para pemimpin negara. Padahal seharusnya mereka bisa berbuat lebih dari itu. Sayangnya, saat ini banyak negara terjajah melalui birokrasi. Mereka terikat perjanjian bahkan takut dimusuhi. Hasilnya intervensi telah menekan dan membungkam berbagai negeri.
PBB tidak Mampu Redakan Konflik
Konflik ini memang banyak mendapat tanggapan. Ada yang menganggap ini hanya masalah kemanusiaan atau perebutan wilayah yang bisa diselesaikan dengan jalan damai. Akan tetapi, pada kenyataannya, lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang katanya sebagai organisasi keamanan dunia tidak mampu menyelesaikan masalah yang ada. Justru resolusi yang diberikan lebih berpihak kepada Israel. Pada 1947, PBB mengadopsi resolusi bahwa 54% tanah palestina diberikan kepada Israel. Bahkan pada 1948 Gerakan Zionis sudah menguasai 78% wilayah bersejarah Palestina. Sedangkan hanya 22% dibagi menjadi wilayah yang sekarang menjadi Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang terkepung (CNBC Indonesia, 16-10-2023).
Jangankan untuk memberi keamanan, PBB hanya memberi harapan tanpa ada perwujudan. Mereka justru memberi hadiah kedaulatan kepada Israel hingga diakui sebagai negara. Solusi pembagian wilayah yang katanya memberi keadilan justru memberi udara segar pada penjajah. Pantaskah tuan rumah memberi tanah untuk penjarah? Maka ini bukan solusi.
Cabut Masalah dari Akarnya
Banyak pihak yang menyatakan bahwa konfik ini harus segera dituntaskan, termasuk Kemenlu Indonesia. Akan tetapi, jika solusi yang dimaksud adalah sesuai dengan ketetapan PBB, faktanya lebih dari 70 tahun Palestina mengalami tragedi nestapa. Penderitaan terus memanjang dan puluhan ribu nyawa bahkan lebih terus berjatuhan.
Kemudian apakah kita hanya berharap kepada Hamas untuk meraih kembali kemerdekaan? Ini juga tidak efektif. Bahkan negara muslim lain sulit untuk mengirim militer membantu Palestina. Hal ini disebabkan adanya sekat negara yang menghalangi.
Akar masalah bisa dirunut dari awal perkara. Kedatangan penjajah memang membuat gara-gara. Maka akar masalahnya adalah bercokolnya penjajahan di Palestina dan negeri lainnya. Ini juga disebabkan karena kaum muslim tidak memiliki tameng yang menghadang penjajahan.
Maka sekat-sekat harus diruntuhkan dan umat harus dipersatukan. Sangat penting adanya seorang pemimpin (khalifah) yang dapat menyerukan pembebasan dari penindasan. Bahkan memimpin pasukan membela tanah Palestina dan negeri lainnya. Dengan persatuan umat muslim dalam institusi Khil4f4h ’ala minhaaj an-Nubuwwah akan memberi kekuatan dan ditakuti kafir penjajah.
“Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakang dia kaum muslim berperang dan berlindung.” (HR al-Bukhari Muslim).
Akhirnya, hanya Khil4f4h yang mampu mengusir Israel dari bumi Palestina. Maka wajib bagi kita untuk membela Palestina. Pembelaan yang paling dibutuhkan adalah memperjuangkan tegaknya Daulah Islam untuk mengembalikan tanah milik kaum muslim. Dengan begitu, kemanan akan dirasakan bagi siapa saja yang bernaung di dalamnya. Wallahu a’lam bisshawwab.
Via
Opini
Posting Komentar