Opini
Bullying Hilang, Generasi Cemerlang Datang
Oleh: Mia Agustiani, A.Md.
(Aktivis Muslimah Majalengka)
TanahRibathMedia.Com—Generasi saat ini ada yang sudah kehilangan arah. Mereka cenderung mencari jati diri dengan cara yang salah. Mempertahankan eksistensi dan tidak mau kalah hingga bullying kerap terjadi hingga di lingkungan sekolah.
Mereka seharusnya paham tujuan penciptaan seorang manusia yang tidak akan mungkin tercapai tanpa memahami dan berpegang pada agama. Hanya dengan pedomannya sajalah mereka mampu mengukir peradaban cemerlang sebagai tugas mulia.
Kasus bullying atau perundungan yang meresahkan ini membuat Kepolisian Sektor (Polsek) Leuwimunding secara masif melaksanakan kunjungan dan tatap muka dengan para guru dan siswa di sekolah-sekolah yang ada di wilayahnya. Hal ini dilaksanakan Kapolsek Leuwimunding, Iptu Budi Wardana, didampingi Kanit Binmas Polsek Leuwimunding, Aipda Nana Suherna, pada Kamis (12-10-2023) saat mengunjungi SMPN Leuwimunding. Kedatangan mereka untuk memberikan edukasi dan penerangan terkait aksi perundungan serta mencegah terjadinya aksi kekerasan dan tindak kriminal lainnya (www.kecenews.id, 13-10-2023).
Tindakan bullying adalah perbuatan yang tidak dibenarkan. Kekerasan berupa verbal atau non verbal jelas akan merugikan orang lain. Dampak fatal secara fisik akan menyebabkan luka, cedera, cacat, bahkan kematian. Sedangkan secara psikis akan menyebabkan trauma, penurunan akademis, depresi, bahkan ada yang rela mengakhiri nyawanya.
Sungguh miris karena faktanya hal tersebut banyak terjadi dikalangan pelajar, hingga menyebabkan mereka menjadi pelaku kriminal yang jauh dari tujuan menuntut ilmu. Sebenarnya perilaku bullying dapat terjadi karena beberapa sebab. Biasanya karena pelaku memiliki masalah pribadi akibat pola asuh yang salah atau pernah menjadi korban bullying sehingga timbul rasa ingin membalas lewat orang lain agar merasakan penderitaan yang sama.
Selain itu, kurikulum sekolah juga bisa menjadi salah satu pemicunya. Pelajar mengalami arah yang salah dalam pembentukan karakter. Dimana pelajar hanya disiapkan untuk mencari materi berupa popularitas, eksistensi, serta kekuasaan. Sebenarnya akar persoalan dari perilaku menyimpang yang dilakukan, apapun bentuknya, terjadi karena kurang pahamnya dalam konsep benar dan salah, tidak adanya ketakwaan pada tiap individu hingga mudah tersulut emosi dan tergoda hawa nafsu, serta tidak adanya sanksi tegas yang diterapkan oleh negara.
Pemuda kerap menjadikan tontonan sebagai tuntunan. Pemahaman agama yang diperoleh dari keluarga juga tidak mencukupi. Hingga akhirnya pemuda hidup semaunya dan ingin serba bebas dengan berlindung di balik hak asasi manusia. Ini adalah realita yang niscaya untuk kita jumpai saat hidup dalam cengkraman sistem sekulerisme. Kontaminasi gaya hidup ala liberal yang serba bebas telah melahirkan generasi yang arogan. Pemikiran mereka pun tidak mampu untuk menjadi penuntun karena terus dicemari oleh sekularisme. Syariat Islam yang ditinggalkan menyebabkan pemuda tidak lagi mengenal identitasnya.
Karena tanpa aturan agama, sangat mungkin untuk terjadi yang salah menjadi benar yang benar menjadi salah. Hingga pemuda menjadi sulit diatur.
Adapun langkah edukasi aksi perundungan yang dilakukan hanyalah solusi pragmatis yang tidak menyentuh akar permasalahan. Fenomena bullying mencerminkan betapa rusaknya cara berpikir dan bersikap sehingga perlu penanganan secara komprehensif dari berbagai pihak.
Berbeda halnya dengan pemuda bertakwa. Darinya akan tercermin akhlak yang mulia. Ketika akidah Islam dijadikan standar berpikir dan syariat dijadikan tolok ukur perbuatan, maka berbagai kebaikan akan lahir.
Islam mengajarkan untuk tidak merendahkan orang lain, maka haram hukumnya ketika seseorang membully. Seperti tertuang dalam firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 11.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
Ketakwaan individu akan seiring sejalan dengan lingkungan yang perhatian. Amar ma'ruf nahi mungkar akan ditegakkan dalam setiap tindakan yang menyalahi syari'at. Dengan begitu suasana keimanan pemuda akan senantiasa terjaga. Juga akan ada upaya saling kontrol dalam lingkungan masyarakat sehingga mampu menghidupkan kembali syari'at Islam.
Betapa indah hidup dalam naungan Islam. Dimana negara memiliki peran penuh untuk menghilangkan bullying. Yaitu dengan memastikan sistem sosial, budaya, tontonan, dan hukum yang diterapkan sesuai dengan ketentuan Islam.
Efek jera dalam menghukumi pelaku bullying akan melekat pada hukum yang diberlakukan, yaitu hukum qishash. "Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qisas-nya (balasan yang sama). Barangsiapa melepaskan (hak qisas)nya, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang zalim." (QS Al-Maidah: 45).
Penerapan hukum sesuai syari'at yang membuat jera memastikan pelaku tidak akan melakukan kejahatan termasuk bullying. Sanksi tegas yang ada di dalamnya akan membuat pemuda berpikir ulang, bahkan tidak pernah terpikirkan untuk melakukannya. Hingga akhirnya bullying hilang, generasi cemerlang datang.
Sudah saatnya pemuda diarahkan untuk siap mengemban tanggungjawab sebagai penerus masa depan peradaban cemerlang. Menjauhkan diri dari hal yang sia-sia dan menyibukkan mereka untuk senantiasa meraih rida Illahi bukan sekadar eksistensi diri.
Wallahu'alam Bishawab.
Via
Opini
Posting Komentar