Nafsiah
Cermin Masa Depan
Oleh: Maman El Hakiem
TanahRibathMedia.Com—Ini bukan cerita dongeng tentang cermin ajaib, atau cerita mistis saat bercermin akan tampak bayangan orang lain. Bercermin setidaknya melihat kenyataan diri, meskipun terbatas pada sudut kaca dengan jangkauan yang terbatas. Apa yang terlihat di cermin adalah pantulan gambar dari benda yang sebenarnya.
Ketika kita berhenti sejenak di depan cermin, kiranya dapat belajar tentang makna kehidupan ini. Saat bercermin bukan hanya wajah kita yang terpantul di sana. Di balik citra fisik yang terlihat, ada refleksi dari harapan dan cita-cita yang menggetarkan hati kita. Bercermin sesungguhnya adalah menghadapi diri sendiri, merenung tentang langkah-langkah yang akan membentuk masa depan.
Pintu Masa Depan
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa cermin bukan hanya objek untuk melihat diri. Ia juga menjadi pintu menuju masa depan. Di setiap kilatan cahaya yang terpantul, terdapat potret impian yang menunggu untuk diwujudkan. Inilah saatnya untuk merangkai harapan menjadi langkah-langkah nyata.
Pertama, menguatkan keyakinan. Saat bercermin sebenarnya sedang mencoba memantaskan diri untuk menguatkan keyakinan. Begitu kita menatap masa depan, mata kita seharusnya dipenuhi oleh keyakinan. Harapan tidak hanya sebatas impian, melainkan panduan menuju pencapaian. Cita-cita menjadi pendorong, membakar semangat untuk menaklukkan setiap tantangan. Di dalam diri, kita membawa kekuatan untuk merubah impian menjadi kenyataan.
Kedua, menyematkan cita-cita atau harapan. Cita-cita bukan sekadar tujuan jangka pendek. Ia adalah perjalanan hidup yang memotivasi kita untuk terus berkembang. Dalam setiap langkah, kita menemukan pelajaran berharga. Jangan takut untuk berubah dan berkembang seiring waktu. Cita-cita bukanlah batasan, melainkan harapan yang bisa menjadi pemandu untuk menjelajahi potensi diri, sehingga mampu membalikan keadaan dari ketidakmungkinan menjadi mungkin, dari ketidakpastian menjadi pasti.
Ketiga, menumbuhkan keberanian. Dalam menjalani kehidupan di masa depan membutuhkan keberanian. Keberanian untuk memecahkan batasan diri, menghadapi ketidakpastian, dan berani mengejar impian. Setiap langkah yang diambil adalah bukti keberanian yang membuka pintu menuju puncak kesuksesan.
Dan, keempat, menyiapkan ketegaran jiwa. Proses mencapai harapan dan cita-cita tidak selalu mulus. Terkadang, badai kehidupan akan menguji tekad kita. Namun, inilah saatnya untuk menjaga semangat. Sebagaimana pohon yang tetap tegar di tengah badai, kita pun bisa melewati rintangan dengan kekuatan hati yang tak tergoyahkan.
Membaguskan Akhlak
Bercermin sesungguhnya adalah momen refleksi yang membuka mata kita pada harapan dan cita-cita. Namun, bukan hanya itu bercermin adalah renungan untuk memperbaiki akhlak diri untuk lebih baik. Sebagaimana doa yang diajarkan Rasulullah saw. di saat kita bercermin:
اَللّٰهُمَّ كَمَا حَسَّـنْتَ خَلْقِـيْ فَحَسِّـنْ خُلُقِـيْ
Artinya: "Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah keadaanku, maka perindah pulalah akhlakku." (HR Ahmad).
Akhlak yang baik tidak lain merupakan cermin atau refleksi dari pengamalan syariat atau aturan Allah Swt. Tidak ada akhlak bagi mereka yang tidak menjadikan tauhid sebagai landasan amal, dan syariat sebagai bangunan amalnya.
Bercermin adalah cara membaguskan akhlak. Caranya tentu dengan selalu mengevaluasi kekurangan diri agar keimanan selalu terjaga, ilmu bertambah, tidak sekadar melihat penampilan diri, tetapi juga bertindak dengan ketaatan pada hukum syariat. Setiap langkah yang diambil adalah investasi dalam membangun masa depan yang kita impikan. Seiring waktu, kita akan menyadari bahwa cermin sejatinya adalah katalisator perubahan dan pencapaian yang luar biasa.
Wallahu'alam bish Shawwab.
Via
Nafsiah
Posting Komentar