Opini
Generasi Bermental Rapuh, Akhiri Hidup Ditempuh
Oleh: Nurlinda
(Aktivis Muslimah Muda)
TanahRibathMedia.Com—"Buat orang yang aku tinggalin, maafin aku yah! Aku capek hidup di dunia.”
Demikian isi salah satu surat yang ditinggalkan mahasiswi Udinus Semarang. EN (24 tahun) ditemukan meninggal dunia di dalam kamar kosnya. Mahasiswi asal Kota Banjarmasin itu pun menginginkan agar kematiannya jangan dibuat booming sebab ia merasa bahagia dengan memilih mengakhiri hidupnya. (suaramerdeka, 12-10-2023).
Pada hari yang sama, terjadi kasus seorang mahasiswi berinisial NZ yang mengakhir hidupnya. Ia ditemukan tak bernyawa di Mall Paragon Semarang. Secarik kertas berisi pesan pilu ditemukan dalam tasnya. Dalam surat tersebut NZ mengaku mengakhiri hidupnya karena tidak kuat menanggung beban dan merasa mengecewakan orang tuanya.
Direktur Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI drg. R. Vensya Sitohang, M. Epid menyebut catatan kasus bunuh diri di tahun 2022, yaitu 826 kasus. Angka ini meningkat 6,37 persen dibandingkan 2018 yakni 772 kasus. Catatan ini jauh lebih tinggi dibandingkan rekor kasus terbanyak bunuh diri di Singapura yang terjadi sepanjang tahun 2023 yaitu sebanyak 476 korban (detik health, 13-10-2023).
Pun, dr. Khamelia dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyebut akhir-akhir ini makin banyak remaja yang melakukan percobaan mengakhiri hidupnya dengan melukai diri sendiri. Aksi ini dipicu sulitnya menahan impulsivitas atau dorongan kecenderungan impulsif yang tidak bisa dikendalikan. Impulsif adalah kecenderungan untuk bertindak secara cepat, tetapi tanpa berpikir panjang.
Faktor Penyebab
Meningkatnya kasus bunuh diri menandakan rapuhnya mental remaja hari ini. Kerapuhan mental ini dipengaruhi oleh sistem kehidupan yang mewarnai manusia saat ini. Adalah sistem sekuler kapitalisme telah menempatkan agama pada ranah pribadi dan mengharamkan agama mengatur kehidupan manusia.
Setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan kerapuhan mental remaja. Dan ketiga faktor diantaranya sangat dipengaruhi oleh sistem sekuler kapitalisme.
Pertama, faktor individu. Remaja hari ini tidak memahami makna kehidupan dan tidak mengenal hakikat dirinya. Sistem sekuler menjadikannya remaja yang berpikir instan dalam mencapai tujuan. Tidak mengenal halal dan haram, ketika tidak mampu mencapai target serta tujuan, cara instan pun dipakai, salah satunya bunuh diri.
Kedua, faktor keluarga. Remaja bermental rapuh seringkali lahir dari keluarga broken home, orang tua yang bercerai. Jika pun lengkap, motherless dan fatherless melanda keluarga Indonesia. Bukan sebuah prestasi, Indonesia berada di peringkat ketiga fatherless country.
Ketiga, lingkungan. Masyarakat yang individualis membuat remaja merasa sendirian dengan masalah yang sedang dihadapinya. Nilai-nilai materialisme mewarnai kehidupan masyarakat kapitalis sekaligus sebagai standar pencapaian kesuksesan. Alhasil, terjadilah persaingan jumlah harta, tingginya kedudukan dan ketenaran sehingga menyisakan status gagal sukses.
Keempat, negara. Sistem sekuler kapitalisme telah menggerus peran negara sebagai pelayan rakyat, tidak adanya jaminan kebutuhan asasi termasuk lapangan pekerjaan dengan gaji manusiawi. Semua diserahkan kepada pihak swasta termasuk pelayanan publik.
Abainya negara pula yang membuat para ayah sibuk bekerja hingga tidak sempat mendidik anak. Bahkan sang ibu ikut pula mencari 'receh-receh' rupiah untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang tidak pernah cukup.
Islam Punya Solusi
Satu-satunya sistem yang mampu membentuk mental yang benar pada diri remaja hanyalah sistem Islam kafah (menyeluruh). Islam mewajibkan negara sebagai pengurus urusan rakyat. Rasulullah saw. bersabda: "Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan Ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR Bukhari).
Khalifah akan mengurus rakyatnya dengan menerapkan syariat Islam secara komprehensif. Penerapan syariat Islam adalah konsekuensi keimanan sekaligus penjamin keberkahan hidup manusia. Yaitu dengan terwujudnya maqasid syariat, diantaranya menjaga agama, akal, nasab, harta, jiwa, kehormatan diri, kemanan dan keutuhan negara. Sehingga, hadirlah Islam rahmatan lil alamin.
Sistem pendidikan Islam yang berasas akidah Islam akan membentuk manusia yang berkepribadian Islam. Paham jati dirinya sebagai hamba Allah Swt. sehingga akan menyesuaikan pola pikir dan sikapnya pada aturan Allah.
Adapun masyarakat Islam, dipenuhi dengan suasana keimanan. Tak ada perlombaan mengumpulkan harta, persaingan jabatan dan mencari ketenaran. Yang ada hanyalah berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul khoirot. Perlombaan ini akan melahirkan ketenangan dan ketenteraman.
Sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan akan memudahkan dan mendukung keluarga sebagai madrasah pertama untuk anak. Sehingga para ibu dan ayah bisa fokus dalam menancapkan akidah yang kuat bagi anak-anaknya. Anak pun akan tau tempat pulang dan bercerita jika menghadapi masalah.
Sinergi keluarga, masyarakat dan negara di sistem Islam kaffah akan menguatkan mental remaja. Bahkan melahirkan generasi cemerlang yang akan tercatat dan sejarah. Sebutlah Usamah bin Zaid, si panglima termuda pada masa Rasulullah Saw. dan Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan kota Konstantinopel pada usia 21 tahun. Oleh sebab itu Islam adalah satu-satunya sistem yang mampu menjaga mental generasi agar selalu sehat sesuai fitrahnya.
Wallahu a'lam.
Via
Opini
Posting Komentar