Parenting
Hak Anak dan Mendidiknya
Oleh: Zaitun Barha
(Aktivis Muslimah Batam)
TanahRibathMedia.Com—Untuk melahirkan seorang anak, bukanlah sebuah hal yang mudah bagi seorang ibu, sebab taruhannya adalah nyawa, pun tak mudah juga dalam mendidiknya.
Ketika orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi saleh/saliha, maka yang seharusnya diperhatikan terlebih dahulu ialah masing-masing dalam diri kedua orang tuanya, karena didikan yang pertama itu di mulai dari dalam rumah, bukan di luar rumah (sekolah, ataupun tempat belajar lainnya). Terlebih lagi pada seorang ibu, karena ibu adalah madrasah pertama untuk anaknya (الأم مدرسة الأولى).
Setiap Anak, Berhak untuk Menjadi Saleh dan Saliha
Anak adalah anugerah yang agung dari Allahuta'ala dan hendaknya seorang ibu dan ayah mendidiknya dengan apa yang telah di wajibkan atas mereka, memberikan perhatian, bimbingan dan arahan yang baik (melalui Al-Qur'an dan Sunnah), sehingga orang tua kelak akan meninggalkan generasi yang baik, yang bermanfaat untuk dirinya (orang tua) dan umat Islam.
Tentu saja membimbing anak harus diiringi dengan niat yang baik, memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala dan memperbanyak doa yg penuh harap kepada-Nya. Dalam Al-Qur'an, ada beberapa surah yg di dalamnya adalah doa atau permintaan para Nabi yg menginginkan Anak yang saleh dan Saliha, sesuai firman-Nya:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْن
Artinya: "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (keturunan) yang termasuk orang-orang saleh."
(QS Ash-shaffat: 100)
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ
Artinya: "Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." (QS Ali-Imran/38).
Syariat dan logika manusia mengatakan bahwa, hal yang demikian (mendapatkan anak yang saleh dan saliha), adalah perlunya usaha, tidak serta merta hanya berdoa lalu tidak ada usaha dari keduanya (orang tua).
Akhlak Anak, Berawal dari Ibunya
Seperti pada kisah Nabi Nuh 'Alaihissalam, yang memiliki istri (Walighah) yang durhaka dan pembangkangan, sehingga melahirkan anak tertua mereka juga anak yang durhaka dan zalim (Kan'an namanya), lalu apakah Nabi Nuh 'Alaihissalam tidak mendidiknya? Apakah Nabi Nuh 'Alaihissalam tidak menasehatinya? Wallahi Nabiyullah Nuh 'Alaihissalam, tiada hentinya mendidik dan menasehati anak dan istrinya, lalu kenapa Allah tidak memberikan hidayah kepada keduanya? Sebab tidak ada usaha dari mereka untuk mengambil hidayah tersebut (hidayah itu di jemput, bukan ditunggu).
Maka, untuk mendapatkan anak yang saleh/saliha, ialah tergantung dari didikan seorang ibu (الأم مدرسة الأولى), memilih calon ibu adalah awal dari mendapatkan anak saleh dan saleha.
Doa Anak Saleh adalah Amal yang tak Terputus.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata bahwa, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda;
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.
(رَوَاهُ مُسْلِمٌ)
Artinya: "Apabila anak Adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu; sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya."
(HR Muslim).
Dari hadis di atas, pada poin yang menjelaskan tentang doa anak yang saleh, ialah yang dapat menenangkan kedua orang tuanya ketika telah wafat.
Dan perlu di perhatikan bahwa, Rasulullah menyebutnya, doa anak yang saleh dan bukan hanya doa seorang anak, maka yang menjamin doa tersebut sampai kepada orangtuanya ialah, anak yang saleh.
Untuk itu, siapa yang menginginkan anak yang saleh dan saleha, ialah mendidiknya harus berpatokan pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, juga mengambil teladan para Nabiyullah dan orang-orang saleh terdahulu untuk di jadikan sebagai contoh dalam mendidik anak-anaknya, bukan mengandalkan pengalaman yang baik semata.
Allahua'alam
Via
Parenting
Posting Komentar