Opini
Refleksi Hari Guru, Berhasilkah Generasi dengan Merdeka Belajar?
Oleh: Riza Maries Rachmawati
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Beberapa waktu yang lalu tepatnya tanggal 25 November 2023 seluruh guru diberbagai wilayah di tanah air merayakan peringatan Hari Guru Nasional. Berdasarkan surat edaran dari Kemendikbudristek nomor 36927/MPK.A/TU.02.03/2023 tentang Pedoman Peringatan Hari Guru Nasional 2023, tema peringatan kali adalah Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar. Dengan tema tersebut ditekankan pentingnya guru untuk bergerak, bekerja sama, dan merayakan kebebasan belajar dalam konteks pendidikan. Selain itu, tema ini pun sejalan dengan kurikulum yang dibuat oleh Kementerian pendidikan saat ini yaitu Kurikulum Merdeka Belajar. Kurikulum ini dirancang dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila (www.kompasiana.com, 25-11-2023).
Rusaknya Generasi Saat Kurikulum yang Diterapkan Bermasalah
Pendidikan merupakan hal yang mempengaruhi kualitas suatu bangsa, maka tujuan dan kurikulum hal penting dalam pendidikan. Jika kita amati, selama ini kurikulum yang ada silih berganti mengalami perubahan dengan alasan demi perbaikan. Namun pada faktanya justru generasi yang dihasilkan semakin tidak karuan keadaannya. Saat ini banyak kita jumpai berbagai masalah serius yang menghinggapi generasi. Mulai dari kriminalitas seperti melakukan pembunuhan, penganiayaan, pelaporan terhadap guru, tawuran, begal, dan sejenisnya. Belum lagi masalah bullying, kesehatan mental, pelaku seks bebas, penyuka sesama, hingga tingginya angka bunuh diri. Fakta-fakta demikian jelas telah menunjukan bahwa kurikulum yang saat ini diterapkan tidak tepat dan bermasalah.
Sekularisme Kapitalisme Akar Masalahnya
Kurikulum pendidikan berasaakan sekularisme kapitalisme adalah akar masalahnya. Sekularisme merupakan cara pandang hidup yang memisahkan agama dari kehidupan. Karena itu dalam pendidikan saat ini keimanan dan ketakwaan tidak diajarkan di sekolah. Perkara agama dianggap sebagai urusan pribadi yang tak perlu dibawa dalam proses berkehidupan maupun pendidikan. Akhirnya lahirlah generasi yang tidak beradab, brutal, dan memuaskan egonya tanpa batasan syariat. Dari sekularisme lahirlah ide kapitalisme yang hanya berorientasi materi. Pendidikan yang berasaskan kapitalisme sangat berbahaya, sebab generasi hanya akan terus didorong hanya untuk siap menjadi pekerja untuk menghasilkan uang tanpa memikirkan masalah umat. Maka wajar jika pendidikan berasas sekularisme kapitalisme gagal mencetak generasi yang mulia.
Sistem Pendidikan Islam Sebagai Solusi
Islam memiliki sistem pendidikan yang mampu menjadikan generasi sebagai sosok-sosok mulia. Hal ini telah terbukti sepanjang penerapan sistem Islam selama 1300 tahun di bawah naungan Daulah Khil4f4h. Telah banyak generasi yang berkualitas yang dihasilkan oleh sistem pendidikan Islam, tidak hanya unggul dalam pemahaman agama namun juga mumpuni dalam ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Sebagai bukti, dunia saat ini bisa membaca biografi generasi Islam yang cemerlang seperti Imam Syafi’i seorang mujtahid sekaligus panglima perang, Jabir Ibn Haiyan sebagai bapak kimia, Al-Khwarizmi seorang matematikawan, Ibnu Sina ahli dalam bidang kedokteran sekaligus cendikiawan muslim yang terkemuka, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dimasa Khil4f4h sosok-sosok mulia ini begitu banyak ditemui. Hal ini menunjukan keberhasilan pendidikan Islam dalam mencetak generasi menjadi pilar-pilar pengokoh dan penjaga peradaban, bukan generasi yang sakit seperti dalam sistem pendidikan saat ini.
Keberhasilan ini jelas ditopang dengan sistem pendidikan yang jelas, matang, dan sahih. Adapun tujuan pendidikan Islam adalah membentuk generasi muslim yang berkarakter, yaitu berkepribadian Islam, menguasai tsaqafah Islam, menguasai ilmu-ilmu terapan (pengetahuan, ilmu, dan teknologi), serta memiliki keterampilan tepat guna dan berdaya guna. Kurikulum pendidikan yang dibuat harus sejalan dengan tujuan tersebut. Lembaga pendidikan Khil4f4h baik sekolah maupun perguruan tinggi harus membentuk para pelajarnya memiliki berkepribadian Islam. Tolok ukur kepribadian Islam adalah ketika seseorang memiliki pola pikir (aqliyah) dan pola sikap (nafsiyah). Aqliyah dan nafsiyah harus berjalan beriringan.
Untuk menunjang kurikulum pendidikan, maka metode pembelajaran dilakukan secara talqiyan fikriyan yaitu metode pembelajaran yang berusaha membangun kemampuan berpikir siswa. Penyampaian ilmu kepada siswa sebagai sebuah pemikiran, dilakukan dengan cara menyampaikan ilmu disertai dengan fakta yang terindera oleh siswa, agar siswa memahami ilmu serta menjadiknnya sebagai landasan berperilaku. Setiap ilmu yang dipelajari siswa selamanya disertai dengan dorongan untuk mengamalkannya.
Sebagai contoh pada tingkat TK-SD akan dikenalkan Allah sebagai Al-Khaliq (Maha Pencipta) dan Al-Mudabbir (Maha Pengatur) melalui pengamatan pada manusia, kehidupan, dan alam semesta sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah. Pengenalan ini harus sampai pada keyakinan kuat sehingga setiap siswa memiliki keimanan yang kokoh. Mereka yakin bahwa Allah yang menciptakan seluruh alam semesta dan sebagai hamba harus terikat pada syariat. Cara berpikir inilah yang akan digunakan untuk menghukumi perbuatan mereka sendiri dan fakta-fakta di sekitar mereka. Sehingga para pelajar akan peka terhadap permasalahan umat dan Islam. Materi ini akan diajarkan secara berkelanjutan dan makin mendalam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi hingga perguruan tinggi.
Sistem pendidikan Islam tidak hanya bertumpu pada negara tetapi bersifat menyeluruh. Islam juga mewajibkan para orang tua mendidik anak-anak mereka dengan akidah dan syariah Islam sejak dini. Rumah adalah tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak-anak. Tak hanya di dalam keluarga masyarakat juga dituntut menjadi tempat real untuk anak-anak belajar dan mengamati penerapan syariat. Islam mensyariatkan amar ma’ruf nahi munkar serta ta’awun atau tolong menolong menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian adanya keterpaduan tiga pilar yakni keluarga, masyarakat, dan negara akan menjamin keberhasilan membentuk generasi berkualitas. Dan hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh sistem Islam yakni Khil4f4h.
Wallahu’alam bi shawab
Via
Opini
Posting Komentar