Opini
Refleksi Hari Guru: Merdeka Belajar Berbuah Rusaknya Generasi
Oleh: Dwi R Djohan
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Seperti pada tahun sebelumnya, negeri ini akan merayakan Hari Guru yang bertepatan pada tanggal 25 November 2023. Sosok yang sangat berperan penting dalam dunia pendidikan sehingga bisa mencetak generasi penerus negeri ini dengan kecerdasannya, keahliannya dan kepeduliannya dalam mengisi dan menata negeri ini di masa depan.
Sebelumnya, mari kita bahas terlebih dahulu, mengapa Hari Guru bisa dirayakan dan dinyatakan sebagai salah satu hari penting berskala nasional meski bukan merupakan hari libur?
Melansir dari CNN Indonesia.com, Hari Guru berawal dari penghormatan pemerintah di era Soeharto, Presiden ke-2 Indonesia, kepada PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia). Penghormatan ini tertuang di Keppres No 78 Tahun 1994 tentang Hari Guru Nasional (HGN). Aturan itu ditetapkan sejak 24 November 1994. Menurut Keppres ini, guru memiliki kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, khususnya dalam rangka pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Hadirnya peran guru maka PGRI pun masuk di dalamnya sehingga pemerintah menetapkan 25 November sebagai Hari Ulang Tahun PGRI sekaligus Hari Guru Nasional.
Hadirnya guru dalam PGRI mencerminkan semangat guru skala nasional dengan beranggotakan guru bantu, guru desa, kepala sekolah sampai pemilik sekolah dari latar pendidikan yang berbeda-beda. Pada waktu itu, PGRI sendiri pun telah berusaha memenuhi kewajiban pengabdian bagi bidang pendidikan dan juga perjuangan mengisi kemerdekaan Indonesia. Dalam kongres yang diadakannya, PGRI telah sepakat dengan tiga hal yaitu Pertama, mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia. Kedua, mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dasar-dasar kerakyatan. Ketiga, membela hak dan nasib buruh umumnya dan guru pada khususnya. Sehingga seiring berjalannya waktu, PGRI terus memberi konstribusi bagi masa depan Indonesia. Itulah cuplikan tentang asal muasal HGN dan peran guru bagi negeri ini.
Pada tahun ini, perayaan HGN dirayakan dengan mengusung tema “Bergerak Bersama Rayakan Merdeka Belajar”. Tema ini diambil karena dikaitkan dengan kurikulum yang sedang digalakkan yaitu Kurikulum Merdeka. Dimana tujuan dari kurikulum ini adalah untuk memunculkan SDM (Sumber Daya Manusia) Unggul Indonesia yang mempunyai Profil Pelajar Pancasila. Dan tema ini mengibaratkan seluruh satuan pendidikan bersatu dengan peserta didiknya untuk bersama-sama bergerak mendukung kurikulum yang sedang berlaku sekarang. Bahkan dari logo peringatan HGN sendiri melukiskan betapa menyenangkannya pembelajaran yang sedang berlangsung. Karena di dalamnya terdapat gambar seorang bapak guru, ibu guru, siswa dan siswinya yang terlihat sedang bergembira. Lalu ada simbol-simbol pemanfaatan teknologi seperti wifi, hp dan laptop yang digambarkan sebagai alat penyokong kegiatan belajar-mengajar.
Selain itu juga terdapat gambar hati yang mempresentasikan bahwa ada sinergi antara peserta didik, orang tua siswa dan pendidiknya. Dengan adanya lambang dalam HGN itu, berharap ketiga komponen tadi bersatu untuk menciptakan semangat belajar merdeka dengan suka cita dan mencapai hasil yang maksimal. Namun, tema HGN ini menjadi pertanyaan besar mengingat berbagai realita generasi yang sarat akan masalah serius. Mulai dari berkutat dengan kriminalitas, kesehatan mental peserta didik hingga tingginya angka bunuh diri akibat tekanan nilai pelajaran, sosial masyarakat hingga tuntutan masa depan. Bukankah ini pertanda bahwa kurikulum yang saat ini diterapkan tidak tepat dan bermasalah?
Kata “Merdeka” seolah-olah kontra dengan pemikiran generasi yang bukan memilih untuk merdeka dalam menuntut ilmu sehingga bisa bermanfaat pada negara dan masa depan tetapi merdeka untuk menentukan masa depannya yang jauh dari kata bermanfaat meski itu untuk dirinya sendiri. Bukankah itu malah menjadi hal yang memprihatinkan?
Hal ini jelas harus menjadi perhatian pemerintah negeri ini. Kurikulum yang diharapkan bisa menciptakan generasi yang gemilang, tetapi malah sebaliknya. Fakta di atas pun menunjukkan bahwa sistem kapitalisme yang diterapkan di neger ini, tidak memiliki sistem membangun generasi yang berkualitas. Lalu mau dibawa kemana masa depan bangsa?
Islam Punya Solusi
Islam punya jawabannya. Karena Islam memiliki sistem pendidikan berkualitas yang berasaskan akidah dalam membentuk kepribadian generasi (Syaksiyah Islamiyyah). Dimana akidah ini mengandung pemahaman tentang untuk apa dia hidup, akan kemana setelah hidup hingga apa kaitannya antara dirinya, kehidupan dan alam semesta. Bukankah itu menggambarkan bahwa generasi akan memiliki visi dan misi hidup yang jelas serta terarah, berpikir jauh ke depan akibat keterikatan hidupnya dengan hal yang lainnya tadi dan punya rasa tanggung jawab yang tinggi. Inilah yang disebut generasi berkualitas demi masa depan peradaban.
Hal itu terwujud juga karena adanya keterlibatan tiga pilar yang terpadu yaitu keluarga, masyarakat dan negara yang menjamin keberhasilan membentuk generasi seperti itu. Bagaimana mungkin hal ini terjadi jika keluarga masih disibukkan mencari nafkah sedang negara tidak mencari solusi atas itu? Bagaimana mungkin bisa terwujud jika masyarakat masih dialihkan perhatiannya dengan perlombaan otonomi daerah sedang negara mendukung perlombaan itu? Dan bagaimana mungkin keterpaduan itu terwujud jika negara sendiri masih menggunakan sistem kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan? Jelas harapan itu tipis bahkan tidak ada. Maka solusinya hanya menerapkan sistem Islam sebagai penyelamat generasi.
Wallahu a’lam.
Via
Opini
Posting Komentar