Opini
Semangka dan Nasionalisme
Oleh: L. Nur Salamah, S.Pd.
(Tim Redaksi Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Semangka. Buah ini adalah satu-satunya buah kesukaan anak kami yang keempat. Sejak dalam kandungan hingga lahir dan berusia tiga setengah tahun hanya mau makan buah semangka saja. Ketika mendengar atau melihat buah semangka, yang tergambar adalah wajah calon mujahid, Haris 'Izzuddin Ahmad.
Selain itu, kata semangka juga digunakan oleh sebagian orang sebagai akronim yaitu semangat karena Allah. Namun, baru-baru ini semangka mendadak viral, berbagai gambar maupun emoji semangka menghiasi beranda sosial media. Pasalnya, irisan buah semangka yang berwarna merah, hijau dan putih adalah lambang bendera Palestina. Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk kepedulian atau dukungan masyarakat terhadap rakyat Palestina yang terus-menerus dijajah dan dibombardir oleh entitas penjajah Yahudi laknatullah.
Tidak ada yang salah dengan buah semangka. Tidak juga ada yang salah ketika masyarakat memberikan dukungannya terhadap rakyat Palestina. Bahkan menjadi suatu keharusan bagi kaum muslimin seluruh dunia untuk membela Palestina. Namun yang menjadi pertanyaan, mengapa harus irisan semangka yang menjadi simbol? Jangan latah atau sekadar ikut-ikutan. Mari kita gali sedikit tentang sejarahnya. Pada tahun 1967, sempat terdapat larangan untuk mengibarkan bendera Palestina oleh penjajah Yahudi. Untuk mengelabuhi, maka irisan semangka dijadikan kamuflase dari bendera tersebut. Karena mengandung warna yang sama yaitu: hijau, putih, merah, dan hitam.
Sedangkan Bendera Palestina sendiri bukanlah representasi dari kaum muslim seluruh dunia, melainkan bendera Nasionalisme Bangsa Palestina.
Kita sebagai orang awan, yang dari sisi keilmuan sangat fakir, belum memungkinkan memberikan penjelasan masalah ini, janganlah mudah terbawa arus, hanya ikut-ikutan mensyiarkan bendera Palestina atau irisan semangka sebagai lambang Palestina, hanya supaya tidak dicap kudet dan segala macamnya. Karena setiap amal perbuatan kita kelak akan diminta pertanggungjawaban. Sehingga jangan asal berbuat sebelum mengetahui ilmunya.
Tanah Kharajiah
Satu hal lagi, bahwa Palestina adalah tanah kharajiah (tanah yang ditaklukkan tanpa peperangan) pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Sehingga status tanah tersebut adalah milik kaum muslimin seluruh dunia bukan tanah pribadi Bangsa Palestina.
Jika kita hendak memberikan dukungan dengan mengibarkan bendera, maka bendera yang tepat bukanlah Bendera Palestina, akan tetapi bendera tauhid yang melambangkan persatuan kaum Muslim seluruh dunia yakni bendera Rasulullah saw. (al-Liwa) dan panjinya Rasulullah saw. (ar-Rayah) saja.
Di samping masalah bendera, hal penting lainnya yang perlu kita ketahui adalah bahwa konflik yang terjadi antara Palestina dan Entitas Yahudi adalah penjajahan, penjarahan dan perampokan. Maka apa yang dilakukan oleh rakyat Palestina dalam hal ini adalah Hamas bagian dari sebuah perjuangan untuk mempertahankan dan merebut kembali tanah yang dijarah oleh Penjajah Yahudi. Oleh karena itu kita harus mengetahui akar permasalahan yang sebenarnya. Jika tidak, maka tidak akan pernah bisa memberikan solusi yang benar.
Analogi
Palestina, ibarat tanah/ rumah yang sedang dirampok. Penghuninya disiksa dan dibunuh. Hartanya diambil dan dijarah. Sebagai saudara apakah cukup kita hanya berdoa? "Aku doakan semoga perampoknya cepat pergi. Aku dukung kalian. Aku bersama kalian". Penghuninya sudah disiksa dan dibunuh kita sebagai tetangga hanya teriak-teriak dari rumah. Hanya berdoa dan mengecam. Jelas itu tidak menyelesaikan persoalan.
Sikap yang benar sebagai saudara atau tetangga, langsung gerak cepat membantu mengusir perampok tersebut. Jika tidak memiliki kemampuan atau kekuatan, lapor kepada pihak RT atau RW supaya segera ada tindakan.
Maka sikap Kaum Muslimin seharusnya adalah memberikan aksi nyata, jika tidak memungkinkan, maka serulah kepada penguasa-penguasa negeri muslim untuk mengirimkan tentaranya mengusir perampok tersebut yaitu mengusir Penjajah Yahudi, kalau perlu dimusnahkan. Agar penjajahan tidak terulang kembali. Jadi, tidak sekadar ikut-ikutan memviralkan irisan buah semangka. Jelas ini solusi yang tidak solutif bahkan bisa bertentangan dengan syariat Islam.
Berjuang Menyadarkan Umat
Adapun sebagai solusi jangka panjang, tidak ada yang pantas untuk kita lakukan sebagai wujud pembelaan kita terhadap saudara kita di Palestina selain terus berada dalam jalan perjuangan dan dahwah, menyadarkan umat bahwa solusi yang syar’i untuk Palestina yakni persatuan umat Islam dalam bingkai daulah yang akan mengemban dakwah ke seluruh dunia dengan jihad termasuk membebaskan bumi Palestina dari penjajahan tanpa harus mempromosikan bendera Nasionalisme.
WaAllahu'alam Bisshowwab.
Via
Opini
Posting Komentar