Opini
Tak Hanya Sebatas Kata, Palestina Butuh Perisai Nyata
Oleh: Nai Ummu Maryam
(Tim Redaksi Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Hampir 100 tahun Palestina berada dalam penderitaan. Penjajah Zionis Yahudi dengan angkuh dan pengecut terus membordir Palestina. Pembantaian massal yang dilakukan oleh Yahudi dengan mengebom Rumah Sakit al-Ma'madaani di Jalur Gaza sehingga menyebabkan ribuan orang menjadi syuhada. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, wanita, dan lansia. Pun, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai sedikitnya 4.651 orang. Sedangkan 14.254 orang lainnya terluka (CNBC Indonesia, 20-10-2023).
Apa yang dilakukan penjajah Israel beserta antek-anteknya merupakan pelanggaran berat. Mereka melakukan pembantaian massal kepada warga Palestina dengan bom, rudal dan senjata yang mengenai warga sipil, wanita, anak-anak, hingga gedung yang vital seperti sekolah dan rumah sakit.
Kaum Muslimin Bersaudara Bagaikan Satu Tubuh
Sebagai kaum muslimin, kita wajib membuka mata dan mengambil peran untuk saudara kita di Palestina. Tidak cukup hanya sebatas kata, pidato, atau diplomasi yang berisi kecaman atau sekadar kutukan atas tindakan penjajah Yahudi. Pun, seperti pungguk merindukan bulan ketika berharap adanya bantuan dari PBB.
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa seorang muslim adalah saudara muslim yang lain.
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, beliau berkata: Rasulullah saw. bersabda: Seorang muslim itu adalah saudara muslim yang lain. Oleh sebab itu, jangan menzalimi dan meremehkannya dan jangan pula menyakitinya.” (HR Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Derita Palestina merupakan derita seluruh umat Islam di dunia. Apa yang telah dilakukan oleh penjajah Israel adalah tindakan genosida, mereka lah teroris yang sesungguhnya. Mereka memutarbalikkan fakta dengan mengatakan bahwa warga Palestina dan Hamas adalah teroris. Sungguh ini opini yang keliru. Justru, yang bertindak sebagai teroris adalah zionis Israel laknatullah yang merampas wilayah Palestina.
Sejarah Singkat Perampasan Wilayah Palestina
Bermula dari seorang tokoh utama gerakan Zionisme yakni Theodore Herzl yang disebut sebagai Bapak Negara Israel. Ia menuliskan sebuah buku dengan judul Der Judenstaat yang berisi ingin mendirikan negara Yahudi. Theodore Herzl lalu memberanikan diri untuk meminta wilayah kepada khalifah di masa itu yakni Sultan Abdul Hamid II. Reaksi Khalifah Sultan Abdul Hamid II pada masa itu menolak dengan keras dan tidak memberikan wilayah Palestina meskipun hanya sejengkal.
Sebagai seorang khalifah, Sultan Abdul Hamid II memahami bahwa wilayah Palestina merupakan tanah kharijiah yakni tanah yang ditaklukkan tanpa peperangan pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang harus dijaga dan dipertahankan. Penjajahan yang dilakukan oleh Zionis Yahudi bermula pasca melemah dan runtuhnya Khilafah Utsmani/Ottoman Turki. Penjajahan dimulai dari peristiwa Perjanjian Sykes-Picot pada 1916 antara Inggris dan Prancis. Inggris dan Prancis membagi peninggalan Khilafah Utsmaniyah / Ottoman Turki di wilayah Arab. Pada perjanjian tersebut ditegaskan bahwa Prancis mendapat wilayah jajahan Suriah, Lebanon, Afrika (Mesir, Ethiopia, Libiya dll) sedangkan Inggris memperoleh wilayah jajahan Irak dan Yordania. Sementara itu, Palestina khususnya old city dijadikan status wilayahnya sebagai wilayah internasional. Pada tahun 1917 Pemerintah Inggris melalui Menteri Luar Negeri, Arthur Balfour mengirimkan surat kepada pemimpin Yahudi Inggris, Lord Rotschild bahwa Pemerintah Inggris menyerahkan Palestina kepada mereka.
Palestina Butuh Perisai Nyata
Kondisi Palestina hari ini adalah tanggung jawab seluruh kaum muslimin. Maka, ada beberapa peran yang harus kita lakukan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peran dalam jangka pendek, pertama yaitu melalui jihad ilmu dan harta. Dengan belajar memahami Islam, lalu mengajarkannya kepada umat. Tidak lupa menyishikan sebagian harta kita untuk membantu saudara kita di Palestina, serta tidak lupa selalu melangitkan doa-doa untuk mereka.
Konflik antara Palestina dan Yahudi tidak akan pernah berakhir, dan akan senantiasa terulang tanpa ada kekuatan yaitu persatuan kaum muslimin, yang tidak tersekat oleh ide Nasionalisme. Jadi hal yang mesti kita lakukan adalah menyadarkan umat agar mereka sadar dan mau berjuang untuk mewujudkan institusi Islam yang akan mampu menghadapi dan mengusir penjajah Yahudi dari bumi para Nabi.
Sebagai dukungan dan bantuan kita, yakni terus menyeru kepada penguasa negeri muslim agar mengirimkan pasukan militer untuk membantu saudara kita yang ada di Palestina. Ya, inilah peran dengan jangka panjang.
Sejatinya Palestina membutuhkan tentara atau militer untuk membantu menghabisi musuh-musuh Islam. Melalui penguasa-penguasa yang mukhlis mereka menggerakan para tentaranya. Sungguh, Palestina saat ini membutuhkan tentara dari negeri-negeri Muslim. Palestina butuh tentara Yordania, seperti Ibnu al-Walid, dan Abu 'Ubaidah yang mengusir orang-orang Romawi dari Negeri Syam. Mereka juga membutuhkan tentara dari Mesir seperti Shalahuddin yang mampu mengalahkan tentara Salib. Mereka juga membutuhkan tentara Mesir, Qutuz dan Baibars yang mampu mengusir Mongol dan Tatar di 'Ain Jalut. Mereka membutuhkan tentara seperti sosok Sultan Abdul Hamid II dengan gagah berani mengucapkan bahwa Palestina tidak untuk diperjualbelikan walau hanya sejengkal, karena Palestina adalah milik kaum muslimin dan tidak ada kekuasaan atas Yahudi sedikit pun di sana.
Maka dari itu sebagai umat Islam pentingnya persatuan, karena umat Islam bagaikan satu tubuh. Apabila satu tubuh sakit, maka tubuh yang lain juga mengalami kesakitan. Tidak ada solusi lain untuk konflik di Palestina kecuali dengan jihad dari para militernya. Umat Islam wajib bersatu di bawah satu komando yakni dengan tegakknya perisai nyata yakni institusi Kh1l4f4h.
Wallahua'alam.
Via
Opini
Posting Komentar