Nafsiah
Tak Sekadar Bingkisan dan Bungkusan
Oleh: Nai Ummu Maryam
(Tim Redaksi Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Jika dibuat daftar nama guru di sebuah kertas, tentu tidak hanya satu nama yang telah berjasa dalam hidup kita. Sumbangsih yang mereka berikan sangat luar biasa bagi diri ini yang masih banyak kekurangan. Mulai dari sosok orang tua sebagai guru terbaik dalam hidup. Lalu ada para guru yang mengajar di sekolah formal dan non formal hingga para guru yang menunjukkan kepada jalan menuju iman dan Islam.
Ketika bulan November tiba, telah berseliweran status dan caption di sosial media tentang hari guru. Tidak bisa dimungkiri semarak peringatan Hari Guru Nasional setiap 25 November membuat jagat dunia maya ramai dengan berbagai foto bersama guru-guru tercintanya. Bingkisan dan bungkusan juga beragam macam dihadiahkan kepada sang guru sebagai tanda ucapan terima kasih.
Sesekali senyum manis di bibir para guru pun menyeka namun tak seirama dengan hasrat di hati. Masih terasa secercah harapan dan kesedihan yang dirasakan para guru di sistem kehidupan hari ini. Tak terpancar di wajahnya memang, namun berbekas mendalam di hatinya. Yakni tentang kesejahteraan para guru. Tidak semua guru memiliki nasib beruntung. Ada yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan gaji yang dikatakan layak. Namun ironisnya masih ada guru yang berstatus honorer dengan gaji yang sangat minim. Keikhlasan dan pengorbanannya kian teruji ketika gaji keluar 3-6 bulan sekali. Sungguh miris.
Jika kondisi ekonomi para guru masih jauh dari kesejahteraan bagaimana bisa mereka fokus untuk mengajar? Tentunya mereka harus mencari pekerjaan tambahan sehingga mampu menutupi biaya kebutuhan hidup untuk keluarganya. Bisa dikatakan bahwa esensi memuliakan guru belum sepenuhnya diterapkan. Masih sekadar seremonial belaka yang berbalut bingkisan dan bungkusan.
Dalam Islam telah diatur adab-adab sebagai murid dan guru termasuklah dalam rangka memuliakannya. Tidak hanya dilakukan pada individu saja namun negara juga berkewajiban memberikan kesejahteraan kepada para guru karena jasa dan pengabdiannya tidak diragukan lagi, karena memuliakan guru adalah bagian dari syariat Islam yang dengannya mampu mendatangkan keberkahan terhadap ilmu yang diperoleh sehingga menjadi amal jariyah bersama.
Dalam sistem Islam, peran negara sangat penting untuk memperhatikan kesejahteraan para guru. Seperti yang pernah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar setara dengan 4,25 gram emas). Jika harga emas pergramnya 1 juta, artinya gaji guru perbulan mencapai Rp.63.750.000. Ini tanpa memandang status guru tersebut sebagai ASN atau pun honorer. Tidak kah kita merindukan para pemimpin atau atasan seperti teladan Khalifah Umar bin Khattab dan para sahabat lainnya?
Semoga penghormatan kita kepada guru-guru bukan hanya sekadar basa-basi seremonial belaka. Langitkan doa-doa untuk mereka dan amalkan segala ilmunya. Semoga penghormatan kita kepadanya bukan karena mengejar eksistensi diri agar terlihat keren di sosial media.
Untukmu wahai para guru, semoga jasamu di dunia tidaklah sia-sia. Semoga menjadi pemberat timbangan amal kebaikanmu di sisi Allah nantinya. Aamiin.
Wallahua'alam
Via
Nafsiah
Posting Komentar