Reportase
40 Tokoh Se-Kota Batam Berkumpul Mencari Solusi atas Masalah Generasi
TanahRibathMedia.Com—"40 tokoh se-kota Batam berkumpul untuk mencari solusi atas berbagai masalah yang menimpa perempuan dan generasi saat ini," tutur panitia Ratu (Risalah Akhir Tahun): Politik Oligarki, Petaka Perempuan dan Generasi, Senin (25-12-2023).
Peserta yang hadir, kata panitia, merupakan tokoh lintas profesi, mulai dari praktisi pendidikan, praktisi kesehatan, mubalighah, Ketua RT, Ketua dan para penggerak Majelis Taklim dari berbagai wilayah di kota Batam.
Agenda yang diselenggarakan setiap akhir tahun ini berlangsung kurang lebih sekitar tiga jam. Antusiasme peserta terlihat dari semangatnya dalam mengajukan pertanyaan maupun memberikan tanggapan serta berbagai masukan agar acara tersebut ada tindak lanjutnya, tidak hanya berhenti sampai di situ saja.
Seorang praktisi pendidikan, Ustazah Nur Kasih, S.Ag., sebagai pembicara pertama, menyajikan fakta terkait berbagai ancaman yang terjadi di Kepri, khususnya di Batam yakni kasus Rempang.
"Batam saat ini sudah masuk kawasan FTZ (Free Trade Zone), KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) yang wilayahnya meliputi: Batam, Bintan, Karimun, Malaysia, dan Singapura. Kemudian PSN (Proyek Strategis Nasional). Atas nama PSN tersebut, penduduk pribumi di kawasan Barelang (asli etnis Melayu) Islam semakin tergusur dan menjadi sasaran penindasan," bebernya.
Mereka, lanjutnya, yang notabene nelayan, hidupnya tergantung dengan laut, jika direlokasi ke daerah Nagoya atau Pasar Jodoh, jelas sulit bagi mereka untuk beradaptasi. Bahkan mungkin tidak bisa hidup.
Mbak Kasih, sapaan akrabnya juga menyampaikan bahwa berbagai konflik agraria ini terjadi karena diterapkannya sistem sekuler kapitalisme yang menjunjung tinggi kepemilikan individu dan penguasa hanya bertindak sebagai regulator dan fasilitator antara rakyat dan pengusaha.
"Ribuan konflik agraria yang terjadi saat ini tidak terlepas dari sistem kapitalisme sekuler yang diadopsi oleh negara. Akar permasalahan munculnya konflik agraria yaitu: Pertama, tidak jelasnya penentuan kepemilikan lahan. Kedua, negara hadir hanya sebagai regulator atau fasilitator. Negara hanya berpihak kepada korporat dan rakyat kecil hanya menjadi tumbal," terangnya.
Konsep ekonomi kapitalisme, imbuhnya, membolehkan apapun dimiliki individu atau swasta. Baik itu kepemilikan individu, umum atau negara. Bahkan klaim kepemilikan negara dan umum dapat diberikan kepada swasta. Peraturan dan perundang-undangan justru berpihak atau mendukung penguasaan lahan oleh korporasi dengan dalih konsesi atas nama investasi.
Selanjutnya, Aktivis Muslimah Peduli Generasi, Ustazah Yeni Indriani, ST., sebagai pembicara kedua lebih banyak memaparkan solusi Islam. Ia menyampaikan banyaknya permasalahan yang muncul saat ini karena tidak fokus kepada Al-Qur'an.
"Problem yang banyak ini muncul, di negeri kita, di keluarga kita, dalam diri kita, karena kita tidak fokus kepada Al-Qur'an," ujarnya.
Bisa jadi, sambungnya kembali, kita membaca Al-Qur'an tetapi tidak menerapkannya dalam kehidupan. Merasa solusi kita sebagai manusia lebih baik dari solusi yang Allah berikan dalam Al-Qur'an.
Teh Yeni, sapaan akrabnya juga mengatakan bahwa jika mengaku orang beriman seharusnya sami'na wa ath'na.
"Jika kita mengaku orang beriman, maka jika diseru kepada Allah dan Rasul-Nya maka jawabnya sami'na wa ath'na," tegasnya.
Sistem kapitalisme demokrasi, tandasnya, dalam memimpin disandarkan kepada untung dan rugi. Sangat berbeda dengan Islam. Dalam sistem Islam, seorang pemimpin, imam, khalifah, sebagai perisai atau junnah, tidak akan pernah mengantarkan rakyatnya pada kesengsaraan.
Sebagai aktivis peduli generasi, Ustazah Yeni, juga menjelaskan arti sejahtera itu dihitung satu satu. "Di dalam kepemimpinan Islam, yang namanya sejahtera itu dihitung satu persatu. Jika masih ada yang menderita maka ini PR besar bagi pemimpin," terangnya.
Terakhir, ia menegaskan bahwa apabila menginginkan perubahan serta mengharapkan rahmat Allah harus berdakwah mewujudkan institusi Khil4f4h.
"Bagi mereka yang menginginkan perubahan, yang mengharapkan rahmat Allah, maka tidak ada cara lain kecuali dengan berdakwah untuk mewujudkan institusi Islam yakni Khil4f4h ala minhajnubuwwah," ungkapnya.
Setelah kedua pembicara memaparkan fakta, analisis dan solusi, dilanjutkan dengan sesi diskusi dan ditutup dengan pernyataan tegas salah satu tokoh, siap melawan oligarki ini dengan menerapkan Islam secara kaffah. []Nur Salamah
Via
Reportase
Posting Komentar