Nafsiah
Apa Orientasi Hidup Kita?
Oleh: Afifah
TanahRibathMedia.Com— "Di dunia tipu-tipu. Kamu tempat aku bertumpu. Baik, jahat, abu-abu.Tapi warnamu putih untukku."
Ya, sejatinya dunia yang kita tinggali juga punya sisi yang penuh dengan kepalsuan. Allah pun sudah menegaskan dalam firman-Nya: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu." (QS Al-Hadid : 20).
Kehidupan dunia memang penuh kenikmatan dan perhiasan dunia (seperti keluarga, harta kekayaan, perdangan, tunggangan, dan lain-lain). Bagi orang yang beriman, hal tersebut merupakan ujian. Ujian menjadi sarana atau wasilah menuju surga walaupun di dalamnya penuh dengan tipu-tipu, kesedihan dan kesusahan. Namun, bagi orang-orang kafir mereka tertipu dengan kesenangan dan kenikmatan yang ada, mereka menggunakannya untuk kemaksiatan. Mereka merasa seakan-akan dipakai di jalan ketaatan.
Di dunia memang tempatnya senda gurau dan kenikmatan yang tampak. Namun, bagi orang yang beriman mereka akan fokus pada kenikmatan yang tidak tampak yaitu meraih rida Allah yang nantinya akan mengantarkan kepada pahala di akhirat dan mengantarkannya kepada surga.
Dan meraih rida Allah bukanlah hal yang mudah butuh perjuangan dan kerja keras. Maka untuk mengetahui bagaimana meraih rida Allah kita wajib menuntut ilmu (tholabul ilmi). Supaya apa? agar kehidupan dunia yang sebentar itu bisa mengantarkan kita kelak kepada rida Allah.
Imam Al Ghazali pernah berkata, "Ilmu itu seperti obor, iblis akan menggoda manusia untuk memadamkan semangatnya untuk mengejar ilmu."
Begitulah tipu daya iblis. Membuat manusia agar memilih jalan ke arah manapun yang dia sukai, tanpa arah (maksiat) yang justru akan menjadi temannya di neraka. Namun, manusia yang memiliki ilmu, dia akan leluasa melakukan apa saja, yang pasti sesuai dengan aturannya Allah.
"Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu." (HR Ahmad).
Tinggal kita nya mau atau tidak untuk melakukannya? Karena, modal dasar melakukan ketaatan adalah niat atau kemauan. Akan ada jalan ketika ada azzam, akan ada banyak alasan atas ketidakmauan.
So, kalo bukan sekarang kapan lagi?
Via
Nafsiah
Posting Komentar