Opini
Ilusi Bahan Pangan Murah untuk Rakyat
Oleh: Pudji Arijanti
(Pegiat Literasi Untuk Peradaban)
TanahRibathMedia.Com—Akhir tahun seolah menjadi 'langganan' harga pangan mengalami kenaikan.
Diketahui harga cabai hingga gula pasir mengalami tren kenaikan. Apalagi menjelang Natal dan Tahun Baru kemudian dilanjutkan Ramadan, bisa dipastikan bahan-bahan kebutuhan pokok mengalami kenaikan drastis.
Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) harga tiga jenis cabai sama-sama mengalami kenaikan. Cabai merah keriting dengan harga rata-rata Rp69.150 per kilogram, cabai rawit hijau dengan rata-rata Rp68.000 per kilogram dan cabai rawit merah dengan rata-rata Rp 90.000 per kilogram.
Kemudian gula pasir juga mengalami kenaikan. Harga gula pasir dijual dengan rata-rata Rp18.000 per kilogram. Sementara, gula pasir lokal Rp16.500 per kilogram. Diketahui, pemerintah sebelumnya sudah menaikkan Harga Acuan Pembelian (HAP) gula pasir dari Rp14.000 menjadi Rp166.000 per kilogram. Liputan6.com (26-11-2023).
Seyogianya kenaikan harga bahan pokok setiap akhir tahun dan hari-hari besar keagaaman menjadi beban bagi masyarakat khususnya masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah. Harga pangan yang cenderung mahal bahkan mengalami kecenderungan berulang pada waktu-waktu perayaan hari raya, perayaan akhir tahun dan sebagainya menunjukkan negara tak mampu menjamin pangan murah untuk rakyat.
Lalu siapa lagi yang merasa terbebani dengan melonjaknya harga pangan, tentu saja rakyat yang hidupnya makin miskin.
Negara seharusnya melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi dan memiliki formulasi untuk mengatasi kenaikan harga pangan. Dengan sistem ekonomi saat ini tentu saja sulit terwujud, jika selama ini negara mencukupkan diri sebagai alat pengatur bukan pemilik kebijakan. Negara seharusnya mampu mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan dengan berbagai cara sehingga masyarakat selalu terpenuhi kebutuhan akan bahan pangan dengan mudah.
Selama ini rakyat cukup dibuai dengan kata sabar dan pasrah dengan kondisi seperti ini. Pemerintah pun memberikan solusi tidak pada akarnya. Untuk menjaga persediaan pangan dan stabilitas harga, pemerintah hanya cukup menggelar sejumlah operasi pasar dan pasar murah di berbagai kota.
Padahal peran kartel dan mafia barang mendominasi harga pasar. Solusi inilah penyebab harga-harga tidak stabil dan selalu berulang kelangkaan barang. Keberadaan negara dengan sistem kapitalis, memang miskin ide dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat. Karena seluruh perannya telah diambil alih oleh swasta pemilik modal, sehingga permainan harga pasar aman dalam kendalinya.
Bagaimana Islam Mengambil Perannya?
"Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR Bukhari).
Islam menjadikan penguasa sebagaai raa’in yang wajib mengurus rakyat dan memenuhi kebutuhannya. Negara harus melakukan segenap cara untuk mewujudkan kesejahteraan per individu.
Oleh sebab itu sistem Islam memiliki berbagai mekanisme untuk menjaga kestabilan harga pangan ditengah-tengah umat.
Dalam Islam memiliki konsep kestabilan harga barang ditentukan oleh mekanisme pasar. Maka Islam melarang mematok harga barang. Dengan konsep ini, harga barang akan lebih terjangkau oleh seluruh rakyat.
Negara lah yang akan mengatur dan menetapkan distribusi bahan pangan sehingga rakyat mudah mengakses kebutuhannya.
Mekanisme pasar serta non pasar juga wajib diatur. Mekanisme pasar, seperti mengatur jalannya pasar agar sesuai dengan syariat. Sedangkan aspek non pasar negara wajib memastikan ketersediaan bahan-bahan untuk sebuah produksi.
Kemudian yang dilakukan oleh kepala negara menghapus penimbunan barang, menghapus kartel, monopoli karena semua itu yang mengakibtkan pasar menjadi kacau dan menyebabkan kelangkaan barang dan harga menjadi bergejolak.
Demikianlah dalam sistem Islam seorang kepala negara memenuhi kewajibannya sebagai pelindung warga negaranya, dalam ketersediaan bahan pangan. Karena sesungguhnya yang demikian bukan hal yang sulit, karena sistem yang mengaturnya adalah wahyu yang berasal dari Ilahi.
Wallahu'alam Bisshawab
Via
Opini
Posting Komentar