Opini
Kehormatan Ibu dalam Kubangan Kapitalisme
Oleh: Naila Ahmad Farah Adiba
(Siswi MAN Batam)
TanahaRibathMedia.Con—Tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu pada setiap tahunnya di mana seluruh Nusantara bahkan dunia ikut merayakannya. Seolah penghormatan kepada seorang wanita yang telah berjasa bagi kita, yakni seorang ibu hanya pada hari itu saja. Padahal jika ingin dikalkulasikan, jasa seorang ibu itu tidak akan pernah bisa terbalas.
Ingatlah ketika seorang ibu mengandung seorang anak, berbagai kesulitan dirasakannya. Bahkan ketika melahirkan anaknya, nyawa yang menjadi taruhannya. Bukan hal yang mudah untuk menjadi sosok seperti seorang ibu. Karena itulah Allah begitu memuliakan seorang ibu, bahkan hingga disebutkan dalam sebuah hadis bahwa surga berada di telapak kakinya (HR An-Nasa'i, Ibnu Majah, Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Hakim).
Belum lagi air susu ibu yang mengalir dalam tubuh kita, yang diberikan kepada kita selama dua tahun lamanya. Maka sungguh miris ketika jasa seorang ibu hanya dihargai ketika tanggal tertentu atau pada waktu tertentu. Padahal seharusnya kita sebagai seorang anak, harus menghormati dan menghargai segala jasa yang telah ia berikan secara ikhlas kepada kita.
Maka sungguh tidak pantas apabila ibu hanya dihargai dan dihormati dengan cara seperti itu saja. Sedangkan di waktu yang sama mungkin sedang terjadi penganiayaan dan pembunuhan terhadap ibu kandung mereka sendiri. Kalau sudah begini, dimana hati nurani seorang anak? Dimana letak akal sehat kita sebagai manusia yang telah dianugerahi oleh Allah Swt.?
Tahun terus berganti, namun fenomena dan perayaan hari ibu ini tak memiliki kemajuan yang signifikan terhadap perkembangan kedepannya. Kenyataannya, kasus kriminal terhadap para ibu masih sangat tinggi. Sebenarnya apa yang menjadi akar atau pokok permasalahan dari fenomena yang hampir setiap waktu terjadi ini?
Ketidaksadaran masing-masing individu akan hakikatnya sebagai seorang hamba yang seharusnya patuh pada perintah dan hukum Allah, mengakibatkan terjadinya berbagai kerusakan dan kehancuran di seluruh tanah kehidupan. Termasuk di dalamnya tindak kriminal terhadap para ibu yang begitu besar jasanya untuk kehidupan anak-anaknya.
Namun, tidak bisa dimungkiri juga ketika seorang anak berbuat yang tidak pantas terhadap ibunya, mungkin itu adalah karena efek utang kepengasuhan di masa kecilnya yang tidak terpenuhi. Tapi apapun yang dilakukan oleh ibu kita, ia tetap adalah orang yang berjasa, karena berkatnya lah kita lahir ke dunia.
Sehingga ketika masing-masing individu sudah memiliki kesadaran akan tugas dan konsekuensinya sebagai seorang hamba, maka ia akan mematuhi segala aturan yang telah Allah tetapkan dalam Al-Qur'an dan As-sunah. Termasuk perintah untuk berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam surah Al-Isra' ayat 23.
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
Sehingga tidak ada lagi yang namanya kekerasan terhadap orang tua sendiri, terlebih seorang ibu. Kemudian diperlukan juga kontrol masyarakat yang berfungsi sebagai pengingat kita dikala melakukan sebuah kesalahan atau perbuatan yang dikarang oleh Allah Swt..
Dan yang terakhir adalah adanya sebuah negara yang berasaskan Islam. Sehingga menghargai kehormatan seorang ibu dengan semestinya. Bukan seperti saat ini, di dalam kubangan sistem kapitalisme, kehormatan seorang ibu seolah tak ada harganya sama sekali.
Ibu hanya seolah mesin penghasil keturunan, tak lebih dari itu. Padahal dalam Islam, kemuliaan seorang wanita, terlebih seorang Ibu sangat tinggi derajatnya. Maka kembalikanlah segalanya pada Islam, agar hidup kita selalu tentram. Karena sejatinya, hanya Islam yang menghormati dan menghargai seorang wanita dengan sebaik-baiknya.
Wallahu a'lam bish showwab.
Via
Opini
Posting Komentar