Opini
Kondisi Muslimah Saat Ini: Kemajuan atau Kemerosotan?
Oleh: Sunaini
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Iklan dan produk kecantikan makin gencar diluncurkan. Beragam merk dan keunggulan yang ditawarkan kepada konsumen. Apalagi ketika media sosial menjadi pendukung lajunya periklanan. Maka, bisa dipastikan sasaran utamanya adalah kaum Hawa.
Perempuan kerap kali dijadikan brand ambassador. Bahkan seringkali seorang muslimah rela mengeksplorasi auratnya demi sebuah pekerjaan. Pada akhirnya terikat kontrak belum lagi ditambah dengan cuan-cuan yang besar dan menjanjikan sehingga sulit untuk keluar dari keadaan ini.
Di samping itu negeri muslim semakin banyak menarik perempuan untuk bekerja. Baik menjadi wirausaha maupun menjadi buruh di sebuah perusahaan. Lowongan pekerjaan lebih banyak membuka kesempatan kepada perempuan. Begitupun di perusahaan milik pemerintah juga lebih banyak porsi untuk perempuan bekerja.
Lantas apakah dengan perempuan bekerja, dapat dikatakan sebuah indikasi kemajuan suatu negeri atau sebaliknya?
Muslimah dalam Sistem Kapitalisme
Perlu disadari secara bersama bahwa di negeri ini ideologi yang diterapkan dalam kehidupan bernegara adalah ideologi kapitalisme. Kapitalisme menjadikan sekularisme sebagai akidah yang memisahkan antara aturan agama dengan aturan kehidupan publik. Sebagai contoh seorang muslimah dianjurkan untuk menunaikan salat dan berpuasa. Pada saat yang sama mereka "dipaksa" mengikuti aturan berpakaian di perusahaan. Mengharuskan tidak memakai kerudung, memakai celana layaknya laki-laki, baju masuk ke dalam dan memakai ikat pinggang. Tentu keadaan ini adalah gambaran bahwa aturan Islam tidak dipakai dalam wilayah umum. Aturan Islam hanyalah dipakai ketika ibadah ritual saja. Artinya sekularisme itu benar-benar nyata di terapkan di negeri ini.
Akan tetapi, keadaan ini diperparah oleh ketidakmampuan para perempuan untuk menentukan akar masalahnya. Mereka seolah-olah "menerima dengan murni" bahwa keadaan ini tidak ada kaitannya dengan agama. Bahkan mereka mencintai ideologi kapitalisme dengan asas sekularismenya.
Keadaan seperti ini terus diperkuat dari segala sisi, pemerintah bekerjasama dengan asing dan lokal untuk menancapkan jeratan sistem ini pada setiap sendi kehidupan. Alhasil untuk merubah keadaan ini perlu usaha yang kuat dari setiap muslimah.
Muslimah harus sedini mungkin menyadari bahwa slogan kemajuan ekonomi dan perempuan bukanlah solusi. Akan tetapi, merupakan rayuan gombal agar muslimah terus terjebak dan terus merosot dari keadaan fitrah Islam.
Islam adalah Cahaya, Islam adalah Ideologi
Berbicara ideologi berkaitan dengan ide-ide yang dijadikan rujukan dalam mengambil keputusan, baik itu ucapan, perbuatan maupun prinsip hidup. Umat Islam khususnya muslimah harus yakin apakah ideologi yang diambil sudah Islam secara totalitas atau belum.
Islam memiliki aturan yang sempurna untuk mengatur kehidupan. Baik kehidupan ibadah maupun kehidupan sosial dan pekerjaan, pendidikan, pemerintahan, mengatur lahan, sumber daya alam dan hak kepemilikan. Aturan Islam selalu selaras dengan fitrah perempuan. Tidak menjadikan perempuan sebagai ajang promosi dan eksploitasi.
Islam senantiasa menjadikan perempuan agar dapat menjalankan fungsinya. Perempuan akan diberikan peluang agar dapat menuntut ilmu sehingga menjadi ibu yang tangguh untuk anak-anaknya. Perempuan juga dapat bekerja menjadi guru, dokter, maupun pedagang akan tetapi tetap menjaga aturan berpakaian dan aturan interaksi antara laki-laki asing (ajnabi).
Perempuan dalam sistem Islam yang memilih bekerja bertujuan untuk menyebarkan kebaikan Islam karena fasilitas kehidupan pribadinya sudah dijamin oleh negara. Keadaan seperti ini hanya dapat dirasakan ketika negeri Islam hanya menjadikan Islam sebagai satu-satunya sistem yang mengatur kehidupan individu, sosial dan bernegara. Oleh sebab itu, kembali kepada aturan Islam secara komprehensif adalah solusi agar keadaan perempuan muslimah kembali bangkit dari keterpurukan dan kemerosotan.
Wallahu 'alam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar