Opini
Nasib Muslim Rohingya Makin Pilu, Sekat Nasionalisme Jadi Pemicu
Oleh: Sunaini, S.Pd., CTrQ.
(Aktivis Muslimah dan Praktisi Pendidikan)
TanahRibathMedia.Com—Salah satu keuntungan adanya teknologi canggih bagi manusia adalah kita bisa mengetahui informasi dengan cepat terkait berita terkini di dalam dan luar negeri. Misalnya konflik kaum minoritas muslim Rohingya yang berada di negara Myanmar yang bisa diakses hanya dalam hitungan detik.
Dilansir dari (tirto.id, 30-11-2023) bahwa nasib muslim Rohingya ini tidak diakui status kewarganegaraannya.
Tidak ada tempat bagi mereka. Malangnya mereka juga menerima berbagai penyiksaan. Akibatnya etnis Rohingya mengungsi untuk mendapatkan perlindungan atau suaka. Tercatat lebih dari seribu muslim Rohingya ini terombang-ambing di atas kapal kayu yang berbekal seadanya. Mereka pun menuju negara tetangga seperti Malaysia, Indonesia, dan Filipina. Sedangkan di Indonesia tempat tujuan mereka adalah Provinsi Aceh. Dengan harapan Aceh dapat menerima, karena Aceh adalah wilayah yang kental nilai-nilai Islam.
Nasionalisme Menyekat Pertolongan kepada Sesama Muslim
Nasionalisme adalah suatu paham dan semangat mencintai negeri. Namun, semangat ini kemudian menjadi keliru dipahami tatkala umat tidak peduli terhadap persoalan umat muslim di luar negaranya. Apalagi ketika lahirnya aturan yang pada akhirnya keluar statement "urus saja masalah negera sendiri, mereka urus urusan mereka sendiri".
Inilah gambaran bobroknya paham nasionalisme (nation state). Menjadikan umat muslim di seluruh dunia menjadi terpecah-pecah. Sehingga tidak mungkin mudah untuk melakukan pertolongan secara individu ataupun kelompok.
Ketika muslim Rohingya meminta perlindungan atau suaka ke suatu wilayah misalnya, ke daerah Pidie, Aceh dan telah diterima. Tentu hal ini bukanlah solusi jangka panjang. Karena daerah memiliki budaya yang berbeda, serta keterbatasan dari berbagai hal. Seharusnya negaralah yang paling utama bertanggung jawab atas hal itu, apalagi pemimpinnya adalah seorang muslim.
Kenyataan pahit memang terus berulang di dalam sekat nasionalisme dengan sistem demokrasi kapitalisme. Asas materialisme telah memperhitungkan untung rugi ketika memberikan pertolongan. Negara lebih memilih hubungan kerjasama ekonomi dari pada memberikan perlindungan untuk umat muslim. Karena itulah dalam nation state sulit membantu persoalan seperti di atas.
Solusi Persoalan Rohingya
Sebagai umat Islam di wilayah manapun berada harus menyadari bahwa derita mereka adalah derita kita juga. Kaum muslimin itu adalah satu tubuh. Ketika ada anggota tubuh yang sakit maka akan sakitlah anggota tubuh yang lainnya. Di samping itu, negeri-negeri kaum muslimin harus kembali bersatu dalam satu ikatan akidah Islam dan dalam satu komando kepemimpinan Islam. Perumpamaan seikat lidi yang bersatu terikat oleh satu tali aturan Islam yang kuat. Kemudian, berdiri hanya satu kayu penguasa yang mampu menyatukan lidi-lidi hingga bergerak serempak untuk membawa sampah yang tidak berguna, dialah seorang khalifah.
Oleh sebab itulah umat Islam di seluruh dunia harus bangun untuk menyadari bahwa harus ada satu pemimpin Islam di bawah naungan Daulah Islamiyyah yang mengikuti metode kenabian. Semoga segera terwujud dan akan menjadi sebuah keniscayaan.
Wallahu 'alam bisshawab.
Via
Opini
Posting Komentar