Opini
Nikmat Dunia yang Fana
Oleh : Aisyah Ummu Azra
(Aktivis Dakwah)
TanahRibathMedia.Com—Saat ini kita benar-benar dipertontonkan dengan kenikmatan dunia yang penuh tipu daya. Banyak manusia termasuk kaum muslimin terjebak dengan nikmat dunia. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi pemburu dunia (harta, tahta, wanita). Untuk meraih dunia, mereka rela mengerahkan daya upaya dan melakukan berbagai cara. Tak peduli, benar atau salah. Tak peduli halal atau haram, pun tak peduli apakah hal tersebut menzalimi orang lain atau tidak. Baginya yang terpenting hanyalah bisa menikmati semua kenikmatan yang ada di dunia ini.
Wajar bila saat ini kita melihat banyak orang berlomba-lomba untuk meraih kekuasaan. Mulai dari menjadi Kepala Desa hingga Presiden. Tak peduli untuk meraih kekuasaan itu harus menghabiskan dana yang sangat besar. Jutaan hingga triliunan rupiah. Tak peduli juga dari mana dana tersebut diperoleh. Apakah dari harta halal atau haram.
Tidak aneh jika saat ini kita temukan penguasa yang tidak lagi bijak dalam memberikan solusi permasalahan masyarakat. Bahkan tak sedikitpun kekuasaan mereka bermanfaat untuk umat.
Tak hanya berlomba untuk meraih kekuasaan, betapa banyak kita jumpai orang-orang yang melakukan perlombaan untuk mendapatkan harta, menjadi kaya raya. Kerja siang malam hanya untuk mengumpulkan harta. Tak peduli, apakah pekerjaan itu halal atau haram. Yang penting mereka bisa mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya, demi meraih dunia yang senantiasa didamba.
Hal ini menjadi bukti bahwa alam kapitalisme benar-benar telah menggeser nilai kemuliaan manusia terletak pada materi. Semua diukur dari harta dan tahta. Padahal jelas, sebanyak apapun harta diperoleh, di mata Allah Swt. ia sangatlah remeh-temeh. Sebagaimana dinyatakan oleb Abu 'Ubaid bin 'Umair rahimahullaah;
"Sungguh dunia itu remeh di mata Allah Swt. Buktinya Allah memberikan dunia kepada siapa saja, baik yang Dia cintai atapun yang tidak Dia cintai. Adapun iman hanya Allah berikan kepada orang yang Dia cintai." (Abu Nu'aim al Asbahani, Hilyah al-Awliyaa',3/270)
Artinya, dunia ini sangatlah remeh, hingga Allah Swt. tidak memilih siapa yang akan diberikan harta, tahta, dan wanita. Apakah muslim atau kafir, mukmin atau fasik, taat atau maksiat. Sedangkan keimanan hanya Allah Swt. berikan kepada orang-orang pilihan yang Dia cintai.
Selain remeh, kenikmatan dunia amat sedikit. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. "Demi Allah. Tidaklah (nikmat) dunia dibandingkan dengan (nikmat) akhirat kecuali seperti seseorang dari kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka lihatlah air yang menempel di jarinya itu." (HR Muslim).
Hadis ini bermakna bahwa nikmat dunia hanya seperti air yang menempel diujung jari. Amat sedikit. Tak seberapa dibandingkan kenikmatan surga di akhirat nanti.
Kalaupun kita berhasil meraih semua nikmat dunia, kita harus menyadari bahwa nikmat itu bersifat fana dan sementara. Pasti suatu saat akan berakhir. Sebagaimana yang disampaikan oleh Muthraf bin asy-Syahir rahimahullaah, "Sungguh kematian itu akan merusak (mengakhiri) nikmat dari orang-orang yang Allah beri nikmat. Karena itu carilah oleh kalian nikmat yang tidak akan pernah berakhir (yakni surga)." (Adz-Dzahabi, siyar A'lam an-Nubalaa'; 4/190).
Tentu, ketika kematian itu datang, tak ada sedikit pun bagian dari dunia ini yang kita bawa, selain kain kafan pembalut tubuh yang terkulai kaku. Semua kenikmatan dunia yang kita perjuangkan selama hidup akan kita tinggalkan, semua akan hilang dan lenyap. Ingatlah yang setia membersamai kita hanyalah amal shaleh. Maka sudah semestinya kita berlomba-lomba dalam melakukan amal saleh bukan sibuk mengejar nikmat dunia dan terlena dengan kenikmatan dunia yang fana.
Wallahu'alam
Via
Opini
Posting Komentar