Opini
Toleransi Bukan Berarti Ikut Merayakan
Oleh: Zaitun Zahra
TanahRibathMedia.Com—Islam dengan konsep aturan serta jalannya yang telah meletakkan jurang pemisah antara kekafiran dan keimanan; kesyirikan dan ketauhidan, kebathilan dan kebenaran, kebid'ahan dan sunnah. Jurang pemisah ini sesungguhnya menjadi ujian besar bagi manusia dalam kehidupan. Namun, apakah dengan demikian manusia bisa tunduk pada aturan tersebut atau lebih memilih kebebasan dari semua tuntutan itu?
Islam sebagai agama yang sangat sempurna, menjunjung syaratnya, dan melindungi kehormatan, darah, serta harta benda manusia. Islam sebagai agama yang penuh dengan kasih sayang memberikan jurang pemisah dan menjadi rambu-rambu bagi kaum muslimin dan mukminin agar tidak meniru gaya-gaya orang kafir.
Agama Islam adalah agama yang haq dan adil, yang mengajarkan bagaimana cara bermuamalah, cara bersosialisasi, juga cara berbaur dengan berbagai jenis manusia termasuk kepada agama di luar Islam. Islam mengajarkan bagaimana caranya bersikap toleransi yang benar antar umat beragama.
Namun dalam hal ritual (ibadah) tidak boleh mencampur adukkan antara yang Islam dan yang bukan Islam:
لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ
Artinya: "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (QS Al-Kafirun: 6).
Penegasan pada ayat di atas tentu sangatlah jelas, bahwa hal yang sudah berkaitan dengan ritual (ibadah dan perayaan), tidak boleh umat Islam menirukan ritual (ibadah dan perayaan) dari agama lain.
Jangan Keliru!
Tidak sedikit sikap toleransi saat ini menjadi salah kaprah, sebab dari ketidaktahuannya tentang agamanya dengan baik, yakni tentang perintah dan larangan, terlebih lagi, dia sudah tidak tahu, tetapi tidak ingin mencari tahu dan tidak mau menuntut ilmu.
Seorang muslim tidak sepantasnya mempelajari ilmu (agama) hanya karena ingin tahu saja, atau ingin mengejar gelar dan ingin menjatuhkan orang lain (bersaing) semata. Namun, yang harus ditanamkan dalam diri sebelum menuntut ilmu ialah, karena dengan ilmulah, ia bisa lebih mengenal agamanya dengan baik, lebih memahami tentang perintah dan larangan Allah Swt..
Kedudukan ilmu sangat penting bagi setiap muslim, sebab itu, dalam Islam, Allah dan Rasul-Nya mewajibkan untuk menuntut ilmu bagi setiap muslim.
Toleransi dalam Beragama
Toleransi (sikap menghargai) dalam Islam tidak pernah mengajarkan untuk ikut serta dalam hal ritual dan perayaan orang-orang kafir, akan tetapi Islam mengajarkan untuk bersikap menghargai.
Hal ini tentu tidak mengurangi keyakinan bahwa hanya Islamlah menjadi satu-satunya agama yang di ridai oleh Allah Ta'ala. Sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Artinya: "Sesungguhnya agama (yang diridai) disisi Allah hanyalah Islam." (QS Al-imran: 19).
Maka bisa disimpulkan, haram hukumnya menyerupai atau menirukan orang kafir.
Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.”
(HR Abu Dawud, Al-Libas, 3512. Al-Albany berkata dalam Shahih Abu Dawud, Hasan Shahih no. 3401).
Umat Islam juga di larang memberikan respon dalam bentuk apapun yang intinya ada unsur dukungan, membantu dan memeriahkan perayaan orang kafir apalagi sampai menyerupai mereka (tasyabbuh).
Dilarang bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir, karena ini menunjukkan sikap rela terhadapnya dan memberikan rasa gembira di hati mereka. Berkaitan dengan ini juga Imam Ibnul Qayyim berkata: "Mengucapkan selamat terhadap syiar dan simbol khusus kepada orang kafir, ialah haram."
Seperti, memberi ucapan selamat kepada hari raya mereka, puasa mereka (dan yang semisalnya), meskipun pengucapnya tidak terjerumus ke dalam kekufuran, namun ia telah melakukan keharaman yang besar, karena sama saja kedudukannya dengan selamat atas sujudnya mereka kepada Tuhan mereka.
Bahkan di hadapan Allah hal ini lebih besar dosanya daripada orang yang memberi ucapan selamat kepada peminum khamr, pembunuh, pezina dan sebagainya. Dan kebanyakan daripada kaum muslim yang tidak memahami ajaran agamanya dengan baik, hingga pada akhirnya terjerumus dalam hal demikian, ia tidak menyadari, berapa besar keburukan yang telah ia lakukan. Dengan demikian, barangsiapa memberi ucapan selamat atas kemaksiatan, lebih-lebih pada kekufuran, maka ia telah mengundang murka Allah.
Seyogianya agar umat Islam terhindar dari perbuatan tersebut, solusinya ialah dengan mendalami Islam dengan baik, karena hanya dengan syariat Islam yang sempurna ia dapat terselamatkan.
Wallahua'alam
Via
Opini
Posting Komentar