Opini
Wujudkan Ketahanan Pangan Tidak Sebatas Angan
Oleh: Umi Hanifah
(Aktivis Muslimah Jember)
TanahRibathMedia.Com—Sungguh miris harga beras saat ini sangat mahal, padahal beras adalah bahan pangan pokok yang setiap orang pasti membutuhkannya. Di akhir tahun 2023 kehidupan masyarakat tak kunjung membaik, ditambah harga berbagai kebutuhan melonjak tak terkendali seperti cabai, gula, telur dan lainnya membuat beban hidup makin berat.
Berdasarkan data panel harga pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), Jumat (3-11-2023) rata-rata harga beras premium naik 0,94% menjadi Rp15.110 per kg.
Begitupun dengan harga beras medium yang juga mengalami kenaikan 0,68% menjadi Rp13.260 per kg. Harga beras medium tersebut masih jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah dalam Perbadan No.7/2023 sebesar Rp10.900 - Rp11.800 per kg. (Bisnis.com, 3-12-2023).
Padahal tanah negeri ini subur, seharusnya bisa menghasilkan beras melimpah dan masyarakat tidak sulit mendapatkannya sekaligus dengan harga terjangkau. Namun sayang selama ini nasib petani hidup segan namun tidak juga mati. Menggarap sawah atau tanah pertanian perlu biaya besar, banyak dari petani tidak sanggup melakukannya karena kendala tersebut.
Kapitalisme Sumber Masalah Pangan
Dari tahun ke tahun harga beras makin mahal, hal ini menjadikan pertanyaan besar, apa ada yang salah dalam mewujudkan ketahanan pangan?
Pertama, tanah atau lahan yang luas namun hanya para kapitalis yang bisa mengelolanya. Kalaupun petani ada yang bisa menggarap namun hasilnya tidak sepadan dengan modal yang telah di keluarkan, apalagi kebanyakan masyarakat kelasnya petani gurem. Selalu kerugian yang dialami para petani, karena hasil panen tidak mampu mengembalikan modal awal.
Kedua, dengan dikuasainya tanah oleh oligarki maka kebanyakan masyarakat menjadi buruh tani. Para oligarki juga menguasai dari hulu hingga hilir, benih unggul, pupuk, obat serta alat-alat pertanian, pabrik pengolah beras, distribusi dan lainnya, hal ini menjadikan mereka akan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Terbukti harga pangan selalu melonjak, oligarki semakin sejahtera sebaliknya rakyat bertambah sengsara.
Ketiga, tidak adanya dukungan dari pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan. Pupuk mahal dan langka, obat pertanian juga tidak murah, alat-alat pertanian masih sederhana, serta bibit unggul yang mahal menghambat produksi pangan hingga menjadi lumrah jika banyak permintaan harga menjadi mahal.
Inilah akibat di terapkannya sistem kapitalisme, sistem yang membebaskan pada siapa saja untuk menguasai hajat masyarakat. Tentu saja para oligarki yang mampu melakukannya dengan ditopang oleh kebijakan penguasa. Artinya pemimpin dalam sistem ini justru berpihak pada pemilik modal, sementara kesengsaraan ratusan juta manusia tak pernah dihiraukan.
Islam Mampu Mewujudkan Ketahanan Pangan Murah Berkualitas
Islam sebagai sebuah sistem memiliki mekanisme praktis untuk mewujudkan ketahanan pangan. Pertama, kebijakan ekstenfikasi yaitu negara akan memberikan tanah pada siapa saja yang mampu menggarapnya, karena tanah yang di telantarkan oleh pemiliknya selama tiga tahun berturut-turut akan di tarik negara dan diberikan pada siapa saja yang meminta dan mampu untuk mengerjakannya.
Negara juga akan membuka tanah yang sulit di jangkau masyarakat, misal di sekitar rawa, danau dan sebagainya untuk siapa yang mengelola. Kemudian siapa saja yang meminta pada negara untuk menggarapnya, negara akan memberinya kemudahan sebagai bentuk pelayanan kepada rakyat. Karena pemimpin adalah seperti penggembala yang harus memelihara agar peliharaannya kenyang dan aman.
Kedua, kebijakan intenfikasi yaitu negara memfasilitasi pengembangan bibit unggul, pupuk, obat, teknologi canggih penanaman hingga panen dan fasilitas lain untuk memudahkan mewujudkan pangan yang bermutu dengan gratis. Semua biaya besar tersebut berasal dari kas negara atau baitul maal.
Harta yang digunakan untuk mendukung kebijakan di atas bisa dari harta milik negara berupa ghanimah, jizyah, fai’, harta orang yang tidak punya ahli waris, harta orang murtad, dan lainnya. Harta milik umum (hutan, tambang, air) dengan semua kekayaannya yang dikelola negara saja karena individu atau swasta dilarang menguasainya. Kemudian hasil harta milik umum dikembalikan kepada pemiliknya yaitu rakyat, bisa dibuat untuk pengembangan pertanian dan sebagainya dengan murah bahkan bisa gratis.
Sistem lslam berasal dari Pencipta yang Maha Baik dan pasti membawa kebaikan ketika diterapkan untuk muslim maupun non muslim. Maka yang bisa mewujudkan ketahanan pangan sesuai harapan hanyalah penerapan sistem lslam, dengan murah, merata dan berkualitas. Sedangkan penerapan sistem kapitalisme tidak akan mampu mewujudkan ketahanan pangan serta menyusahkan.
Allahu a’lam
Via
Opini
Posting Komentar