Opini
Melakukan lntoleransi Atas Nama Toleransi?
Oleh: Umi Hanifah
(Aktivis Muslimah Jember)
TanahRibathMedia.Com—Perayaan Natal adalah ritual ibadah buat pengikutnya, tentu tidak ada korelasi dengan penganut agama yang lain. Sangat ironi, atas nama keberagaman dan toleransi Kemenag menyerukan merayakan Natal bersama secara nasional.
Menag menyampaikan, pemerintah akan merayakan Natal Nasional tanggal 27 Desember 2023 di Surabaya sebagaimana diputuskan panitia. Ia menyebut, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi menjadi Ketua Umum Natal Nasional tahun ini.
Menurut Menag, mengapa Surabaya dipilih, salah satu keinginannya bahwa Natal tidak semata milik umat Kristiani, tetapi seluruh agama terutama bangsa Indonesia. Natal harus dirayakan bersama dengan bahagia, agar Natal bisa mencerminkan kebersamaan bangsa Indonesia. Kemenag.co.id (07-12-2023).
Merayakan Natal bersama berarti melakukan ibadah penyembahan kepada Tuhan selain Allah, yaitu Yesus Kristus. Padahal lslam tegas melarang hal tersebut dalam surat Al-Kafirun ayat 1-6:
“Katakanlah, "Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Ayat di atas turun berkenaan ajakan Nabi saw. kepada kafir Quraisy untuk masuk lslam, namun mereka menawarkan pilihan, "Orang-orang kafir Quraisy berkata kepada Nabi saw.,
"Jika engkau berkenan, ikutilah kami satu tahun dan kami akan kembali kepada agamamu satu tahun." Sebagaimana yang di riwayatkan oleh Abdurrazaq dari Wahab.
Lalu, Allah Swt. menurunkan firman-Nya, " "Katakanlah (Muhammad). "Wahai orang-orang kafir." sampai akhir ayat surah Al-Kafirun. Ibnul Mundzir juga meriwayatkan hadis serupa dari Ibnu Juraji.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, surat ini menyatakan tentang pembebasan diri dari apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Surah ini juga memerintahkan untuk membersihkan diri dari segala bentuk kemusyrikan dengan sebersih-bersihnya.
MUI sendiri juga sudah lama mengharamkan adanya perayaan Natal bagi umat lslam. Untuk membentengi akidah umat, Komisi Fatwa MUI pada 7 Maret 1981 mengeluarkan fatwa tentang haramnya hukum bagi umat Islam untuk melaksanakan dan mengikuti perayaan natal karena termasuk dalam perkara syubhat.
Fatwa di atas ditandatangani oleh Ketua Komisi Fatwa MUI, yaitu K.H.M. Syukri Ghozali dan Sekretaris Drs. H. Masudi. Salah satu pimpinan MUI, K.H Hasan Basri menjelaskan fatwa itu untuk menjaga kerukunan hidup beragama dan sekaligus memurnikan akidah masing-masing agama. (Muhammadiyah.or.id).
Padahal terkait mu’amalah orang lslam dengan non lslam diperbolehkan misal dalam jual beli, pinjam meminjam, bertetangga, membantu dan lainnya namun dalam ranah akidah jelas dilarang. Inilah akibat di terapkannya sistem sekularisme-liberalis, sistem yang menjadikan manusia tidak terikat dengan aturan agama, hingga berani mengutak-atik dan melanggar syariat menurut nafsunya. Maka lahirlah kebebasan membuat aturannya sendiri.
Di antara kebebasan itu adalah bebas berakidah, manusia merasa bebas mau memeluk agama atau tidak, hari ini lslam besok pindah Nasrani atau sebaliknya bahkan bergonta ganti agama sesuai keinginan adalah hak asasi yang harus dilindungi.
Seruan merayakan Natal bersama sejatinya tindakaan intoleransi, karena prinsip agama yang sudah baku di paksakan atas nama toleransi. Apakah manusia kedudukannya lebih tinggi dari Allah Swt.? Sehingga membuat aturan yang bertentangan dengan kehendak Allah Swt. meskipun ia seorang pejabat?
Harusnya seorang pemimpin menjelaskan mana yang boleh dan tidak terkait perayaan hari raya antar umat beragama, bukan malah mengaburkan pemahaman agama yang sudah jelas. Sehingga ada kesan yang tidak mau merayakan Natal bertindak intoleransi, sedang yang mau merayakan bersama bersikap toleran. Adakah agenda di balik semua tindakan tersebut?
Firman Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah ayat 120:
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).”...
Saatnya umat lslam cerdas bahwa ada agenda tersembunyi di balik perayaan Natal bersama, yaitu pendangkalan akidah atas nama toleransi. Umat lslam dalam sistem ini senantiasa menjadi korban kebijakan pemimpin yang tidak takut dosa. Padahal menyerukan kesesatan dan diikuti banyak orang maka ia akan mendapatkan dosa investasi selamanya.
Allahu a’lam
Via
Opini
Posting Komentar