Opini
Menjadi Muslimah Politisi
Oleh : Aisyah Ummu Azra
(Sahabat Tanah Ribath Media)
TanahRibathMedia.Com—Tahun ini tentu akan menjadi tahun bersejarah bagi Indonesia, karena di tahun inilah umat akan melakukan pesta demokrasi, tepatnya pada tanggal 14 Februari 2024 akan diselenggarakan pemilu serentak untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota.
Tahun ini tentu akan menjadi momen penting bagi para politisi untuk ikut bertarung dalam panggung politik praktis hari ini.Tak mau ketinggalan, perempuan pun ikut mewarnai panggung politik hari ini.
Hadirnya perempuan dalam pertarungan politik tentu perlu diapresiasi dimana hal tersebut menggambarkan bahwa kesadaran politik di tengah kaum perempuan mulai tampak, kesadaran melakukan perubahan mulai terlihat.
Namun sayangnya, masih banyak para aktivis politik yang maju dalam pertarungan politik praktis hari ini tidak didasari kesadaran dan pemahaman politik yang benar. Hingga miskinnya para aktivis dari visi misi politik yang hakiki.
Politik hari ini hanya dimaknai sebagai alat memperoleh kekuasaan, alat untuk menduduki jabatan. Kaburnya pemahaman politik dalam diri umat tentu sangat membahayakan bagi dunia politik dan tentu bagi umat. Sebab bila aktivitas politik hanya dimaksudkan untuk merebut kekuasaan dan memperoleh jabatan, maka nasib rakyat kian terpinggirkan. Harapan umat untuk dapat merasakan perubahan ke arah yang lebih baik pun akan lenyap. Rakyat hanya dibutuhkan suaranya saja. Setelah berkuasa rakyat akan ditinggalkan begitu saja.
Hal ini bisa kita lihat dari fakta 5 (lima) yang lalu saat pergantian rezim. Misal dalam fakta terkait dengan kemiskinan pada September 2019 ada 24,79 juta orang yang ter kategori miskin. Pada Maret 2023 angka kemiskinan tembus mencapai 25, 90 juta orang (www.kemenkeu.go.id).
Artinya masyarakat selama lebih kurang 5 (lima) tahun tidak mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Tapi nasib mereka makin parah dan sengsara. Tentu ini tidak bisa dilepaskan dari salah kaprahnya umat dan penguasa dalam memaknai arti politik yang sebenarnya, hingga terjebak pada politik praktis yang berujung pada nasib rakyat yang tragis.
Realitas ini tentu tidak bisa kita diamkan begitu saja, harus ada upaya untuk memahamkan umat terkait politik didalam Islam, terlebih lagi karena mayoritas penduduk di negeri ini adalah muslim. Maka sudah seharusnya mereka memaknai politik dalam perspektif Islam.
Islam hadir sebagai agama yang sempurna untuk mengatur seluruh urusan manusia, baik itu urusan manusia dengan Allah, dengan dirinya sendiri, maupun dengan sesama manusia.
Islam tidak bisa dilepaskan dari aktivitas politik. Sebab aktivitas politik inilah yang akan meneguhkan kedudukan umat Islam di dunia dan membawa pada kesejahteraan yang hakiki. Politik didalam Islam bermakna mengurusi semua urusan umat. Hal ini berarti apapun yang terkait dengan urusan umat hal itu termasuk dalam aktivitas politik. Di dalam Islam tidak ada larangan untuk melakukan aktivitas politik termasuk pada perempuan. Islam memandang keberadaan perempuan, khususnya muslimah sebagai seorang politisi amatlah penting, sebagaimana peran seorang muslimah yang sangat strategis sebagai penjaga peradaban Islam, mencetak generasi-generasi pemimpin dimasa mendatang.
Islam memberi peran besar bagi kaum muslimah sebagai seorang politisi melalui visi sebagai penjaga peradaban Islam. Baik sebagai ilmuwan, penggerak opini dakwah dan sebagai ibu generasi. Bahkan dalam ranah partai politik khususnya dalam institusi negara khil4f4h, seorang muslimah politisi pun boleh menduduki jabatan sebagai pimpinan partai politik yang bergerak dalam institusi negara khil4f4h.
Wallahu a'lam
Via
Opini
Posting Komentar