Opini
Umat Butuh Sistem Pemersatu, Adakah?
Oleh : Ummu Afifah
(Terapis Thibun Nabawi)
TanahRibathMedia.Com—Hati setiap orang pasti akan terenyuh saat melihat kondisi para pengungsi Rohingya. Begitu juga yang tampaknya dirasakan oleh ulama Aceh, Abi Asbi Albayuni yang meminta pada pemerintah Aceh untuk merelokasi para pengungsi dari basement gedung Balai Meseuraya Aceh (BMA) ke tempat penampungan yang lebih layak.
Ia mengatakan bahwa, fasilitas yang tidak layak untuk mereka para pengungsi Rohingya, sementara kita memiliki fasilitas yang lebih baik. Ia berharap kepada pemerintah Aceh untuk segera merelokasi penempatan mereka ke tempat lebih layak dan lebih manusiawi. (khazanah.republika.co.id, 18-01-2024).
Begitulah ketika kita melihat Rohingya sebagai umat Islam yang terapung di lautan tanpa adanya perlindungan. Di manapun kapal mereka mendarat, maka mereka tidak mendapat perlakuan yang layak sebagai manusia.
Betapa mirisnya nasib muslim Rohingya. Padahal kita hidup di muka bumi ini tentunya di hadapan Sang Pencipta derajat kita adalah sama, yang membedakan manusia yang satu dengan manusia lainnya adalah dalam ketakwaan semata.
Dalam konteks kemanusiaan, kita tetap menitikberatkan pada hubungan yang bersifat ta'awun (tolong menolong). Terlepas mereka itu adalah orang yang seakidah ataupun bukan, tetaplah mereka adalah manusia yang wajib untuk dilindungi jiwa, raga, harta, jiwa, kehormatan serta keamanan.
Namun, dalam sistem kapitalis semua ada harganya, semua dinilai dari materi, semua dinilai dari untung maupun kerugiaannya. Dalam sistem kapitalis, ide ini tidak menjadikan setiap manusia memiliki perlindungan terhadap individu. Setiap orang tidak memiliki rasa kepedulian terhadap sesama atau setiap manusia bersifat individualis.
Sifat individualis inilah yang akhirnya membuat setiap orang merasa egois terhadap orang lain. Sifat ini sengaja dibuat oleh sistem yang lahir dari sistem kehidupan yang lebih mementingkan dirinya tanpa memiliki sifat kasih dan sayang. Sifat tidak peduli ini memang sengaja ditanamkan agar antar sesama manusia tidak peduli terhadap nasib saudaranya yang lain.
Kasus Rohingya sebagai contoh nyata tidak adanya perlindungan dari penguasa, karena mereka bukan rakyat Indonesia, sekat nasionalisme juga yang mengakibatkan manusia cenderung membiarkan nyawa seorang manusia lain seakan tidak miliki harga sama sekali.
Inilah keadaannya jika sistem yang diterapkan adalah sistem kapitalisme. Tidak ada perlindungan bagi setiap individu dan tidak adanya jaminan kesejahteraan. Namun, yang ada adalah upaya penguasa menjadi regulator (perantara) bagi rakyat dan korporasi. Penguasa dalam sistem kapitalis mencari keuntungan atas rakyat sebagai pelindung dan pengusaha (korporasi).
Dari sini jelas kesengsaraan akan terus dialami oleh manusia selama diterapkannya sistem kapitalis. Tidak ada sedikitpun rasa perlindungan dan kepengurusan terhadap rakyat, semua dihitung dari keuntungan materi. Jadi, wajar jika muslim Rohingya dianggap sebagai beban bagi negara karena secara otomatis kepengurusan negara kepada muslim Rohingya akan membutuhkan dana yang besar. Itu berarti pengeluaran negara akan membengkak. Hal ini merugikan pihak kapitalis karena mereka secara otomatis berkurang pendapatan karena dialokasikan ke muslim Rohingya.
Sangat berbeda dengan Islam, di sepanjang sejarah dalam Khil4f4h Utsmaniyah, Khalifah Abdul Hamid II, memberikan perlindungan bagi Bangsa Yahudi yang diusir oleh Hitler. Pemerintahan Islam mengurus mereka dengan sebaik-baiknya kepengurusan. Inilah bukti, bahwa sistem Islam mampu mewujudkan rahmatan lil 'alamin bagi setiap umat manusia, tanpa memandang agama, suku, ras, dan bahasa.
Dalam sistem Islam yang mulia dengan diterapkannya syariat Islam secara komprehensif, kita dapat melihat betapa berharganya nyawa seorang muslim. Bahkan dikatakan oleh Rasulullah saw. bahwa hilangnya nyawa seorang muslim lebih besar perkaranya daripada hilangnya dunia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Ù„َزَÙˆَالُ الدُّÙ†ْÙŠَا Ø£َÙ‡ْÙˆَÙ†ُ عَÙ„َÙ‰ اللَّÙ‡ِ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َتْÙ„ِ Ù…ُؤْÙ…ِÙ†ٍ بِغَÙŠْرِ ØَÙ‚ٍّ
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Ketika negara menerapkan sistem Islam sebagaimana dahulu pernah berkuasa selama 14 abad dan dua pertiganya menguasai dunia, Islam memberikan perlindungan atas akidah (agama), jiwa raga, harta benda, kehormatan, keturunan, akal, keamanan dan lain-lain.
Dalam sistem Islam negara betul-betul memiliki rasa takut pada Allah Swt.. Penguasa sangat takut jika dalam kepemimpinannya tidak optimal menjadi pelindung dan pengurus bagi rakyat dan umat manusia.
Wallahualam bishowab
Via
Opini
Posting Komentar