Opini
Beban Hidup Tinggi, Fitrah Keibuan Terkikis Mati
Oleh : Meliyanti dan Musyrifah Aini
(Aktivis Muslimah)
TanahRibathMedia.Com—Baru baru ini masyarakat Belitung digemparkan dengan pemberitaan seorang ibu yang tega membunuh bayinya yang baru lahir. Mirisnya alasan pembunuhan bayi oleh ibunya sendiri itu disebabkan karena faktor ekonomi (tribunnews, 23-1- 2023).
Melihat fakta yang terjadi KDRT hingga pembunuhan terhadap anak karena faktor ekonomi menjadi kasus yang sering ditemukan belakangan ini. Ini membuktikan bahwa beban hidup yang tinggi saat ini, mematikan fitrah keibuan seorang ibu.
Padahal Allah menitipkan rahim kepada seorang ibu, yang namanya sama dengan salah satu nama Allah yaitu Ar-Rahim (penyayang) agar seorang ibu memiliki sifat penyayang yang menjadi modal untuk mendidik dan merawat anaknya. Tentunya ada beberapa faktor yang mempengaruhi terkikisnya fitrah keibuan ini. Salah satunya adalah akibat terabaikannya peran seorang ibu.
Dalam Islam peran ibu selain sebagai ummun warobatul bait (ibu dan pengurus rumah tangga) ibu juga berperan sebagai madrasah utama bagi anak anaknya.
Seorang ibu tentunya harus berkualitas, karena di tangan ibulah anak akan di didik menjadi pribadi yang bertakwa, sehingga membentuk generasi yang berkualitas dan berkepribadian Islam. Kemudian faktor yang kedua akibat lemahnya iman, ini diakibatkan oleh lalai dan jauhnya ibu dari aturan-aturan Allah.
Seorang ibu harusnya dituntut untuk mengerti agama, ini menjadi pilar penting untuk bisa membentengi diri dan anak- anaknya dari hal hal yang menjerumuskan dalam dosa serta membahayakan.
Namun kelalaian dan jauhnya seorang ibu dari aturan-aturan Allah ini disebabkan oleh sistem sekularisme-kapitlisme yang diterapkan saat ini. Di mana sistem ini memisahkan antara agama dan kehidupan, yang menjadikan manusia saat menjalankan aktivitas kesehariannya tidak melibatkan Allah dan melalaikan syariat Islam.
Allah hanya dilibatkan pada saat melakukan ibadah ritual saja. Akibatnya, tidak ada keterikatan antara manusia dan Rabb-Nya, yang berefek pada matinya fitrah yang harusnya ada pada seorang ibu. Faktor lainnya adalah tidak berfungsinya peran keluarga, menjadikan ibu ikut terbebani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
Di samping itu, negara sebagai pengurus umat atau rakyat tidak mampu menjamin kesejahteraan rakyat secara individu per individu. Lagi-lagi ini karena sistem kapitalisme yang diterapkan. Negara lebih berpihak kepada pemilik modal dan oligarki dibandingkan membela kepentingan rakyatnya.
Sistem saat ini juga membuat fungsi keluarga yang masing-masing anggota memiliki tanggung jawabnya tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masyarakat harusnya sadar bahwa sistem yang ada saat ini bermasalah, dan dibutuhkan sebuah sistem pengganti yang mampu menjamin kesejahteraan baik kesejahteraan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Islam sebagai ideologi menawarkan sebuah sistem pemerintahan yang disebut khil4f4h. Sistem ini adalah sebuah sistem yang menerapkan aturan-aturan Islam di dalam kepemimpinannya. Dalam sistem ini, fungsi keluarga diatur dalam syariat rumah tangga dimana kewajiban mencari nafkah dinisbahkan kepada suami, sedangkan wanita mengurus manajemen rumah tangga.
Sebagaimana firman Allah Swt.,
“Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (istri) dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah: 233)
Wanita dalam Islam dimuliakan dengan tidak dibebankan untuk mencari nafkah sehingga fitrahnya terjaga. Selain itu Islam juga mewajibkan negara sebagai pengurus umat untuk menjamin kesejahteraan seluruh anggota keluarga melalui berbagai mekanisme, baik dari jalur nafkah, dukungan masyarakat, maupun santunan negara.
Selain itu, Islam juga mengatur ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan ketersediaan dana khusus untuk mewujudkan kesejahteraan tersebut.
Allahualam bishowab
Via
Opini
Posting Komentar